Ladies perkembangan jamu di Indonesia mulai dari jamu yang diracik oleh Acaraki kemudian diproduksi di rumah-rumah lalu dijual dengan cara digendong atau jamu gendong sampai dengan produksi masal seperti jamu Iboe ternyata melewati sebuah proses yang panjang.
Seperti yang dilansir dari laman agribisnis.web.id dimulai dari Zaman Baru yaitu sekitar abad pertengahan 15-16 masehi istilah jamu itu sendiri diciptakan. Jamu berasal dari kata jawa kuno Djampi dan Oesodo. Nah, pasti ladies sudah bisa menebak apa arti kedua kata tersebut bukan?
Ya 'djampi' sendiri berarti penyembuhan, ramuan obat-obatan atau doa-doa atau aji-ajian. Sedang kata 'oesodo' berarti kesehatan. Jika digabung kira-kira jamu adalah ramuan obat-obatan yang digunakan dengan tujuan untuk memperoleh kesehatan.
Advertisement
Pengobatan pada jaman dulu diperkenalkan oleh dukun atau tabib untuk masyarakat umum dengan istilah jamu sedang untuk para priyayi adalah djampi, dan pada tahun 1875 masehi bukti dari penggunaan istilah jamu diperkuat dengan tulisan pada Serat Parimbon Djampi Ingkang Sampoen Kangge Ing Salami-laminipoen.
Menurut herbalkuherbal.blogspot.com, jamu disebarluaskan secara masal pertama kali dengan cara dijual oleh ibu-ibu yang memikul gendongan berisi berbagai macam ramuan jamu. Yang kita kenal jamu gendong yaitu pada abad 16 masehi. Produksi rumahan jamu mulai dilakukan pada tahun 1825 oleh Ny. Item dan Ny. Kembar di Ambarawa.
Tahun 1910 pabrik jamu pertama kali didirikan di Surabaya dengan nama “Jamu Iboe”. Lalu disusul pada tahun 1918 “Jamoe cap Djago” yang diproduksi di Semarang. Dan kemudian berkembanglah pabrik-pabrik lain maupun industri rumahan yang memproduksi jamu hingga di ekspor ke luar negri.
Oleh: Rahmawati
(vem/rsk)