Usia anak-anak adalah usia pertumbuhan. Asupan nutrisi mereka harus tercukupi sehingga tumbuh kembang mereka, baik fisik maupun mental, bisa maksimal. Namun, apa jadinya kalau di usia sedini 8-10 tahun mereka mengalami eating disorder alias perilaku makan yang menyimpang?
Seorang anak perempuan bernama Lyndsay (15 tahun, bukan nama sebenarnya) di Montreal mengalami eating disorder pada saat dia masih berusia 8 tahun. Pada waktu itu, seorang teman bermainnya terus-menerus memanggilnya gemuk hingga akhirnya dia mengalami anoreksia. Dia mulai melewatkan waktu makannya sekali dalam sehari, hingga akhirnya dia melewatkan sehari dengan tidak makan apa-apa. Lyndsay berkilah dengan berbagai alasan pada orang tuanya agar ia tidak ‘harus’ makan. Hingga kini, ia masih terus berjuang melawan penyakit psikologis ini, seperti dilansir oleh montreal.ctvnews.ca.
Lalu ada Jonathan, yang mengalami anoreksia pada usia 9 tahun karena anak-anak di lingkungan rumahnya memanggilnya gemuk. Dia berhenti makan rutin dan berhasil menurunkan berat badannya hingga 20 pounds. Dia lalu ingin terus kurus dan mengurangi semakin banyak berat badannya hingga ia terobsesi. Hal ini mengakibatkan dia harus dirawat di rumah sakit selama hampir 4 bulan. Kini dia sudah berusia 11 tahun dan mulai menjalani kehidupannya yang normal lagi dengan jadwal dan porsi makan yang sesuai dengan tumbuh kembangnya.
Advertisement
Dokter dari Rumah Sakit Anak di Montreal, Dr. Franziskan Baltzer menyatakan bahwa terjadi peningkatan yang pesat pada pasien eating disorder usia anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan belum matangnya psikis anak sehingga mereka depresi ketika mendapatkan tekanan terus-menerus dari lingkungan negatif tentang berat badan mereka.
Mazhi
(vem/ova)