Tidak ada tindakan medis yang tidak mengandung resiko. Tetapi, bahaya yang timbul akibat aborsi akan kecil bagi ibu hamil yang sehat. Apalagi jika aborsi dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu.
Menurut nhs.uk, bahaya yang yang muncul akibat aborsi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya pada saat aborsi dilakukan dan bahaya yang muncul setelah proses aborsi.
1. Resiko saat aborsi dilakukan
Meskipun bahaya yang timbul kecil pada saat aborsi berlangsung, akan ada masalah pada kehamilan. Diantaranya: pendarahan yang berlebih, bisa terjadi pada 1 dari 1000 orang melakukan aborsi; kerusakan pada leher rahim, terjadi tidak lebih dari 10 kasus setiap 1000 aborsi; dan kerusakan pada rahim, dapat terjadi pada 4 orang dari 1000 orang yang melakukan aborsi dengan operasi dan terjadi pada 1 orang setiap 1000 kasus aborsi dengan obat yang dilakukan pada usia kehamilan 12-24 bulan.
2. Resiko setelah proses aborsi
Resiko utama setelah aborsi adalah infeksi rahim. Hal ini bisa terjadi bila pada saat aborsi, tidak seluruh jaringan janin dibersihkan dari rahim.
Advertisement
Jika anda mengalami infeksi setelah aborsi, akan keluar darah yang banyak dari dalam vagina. Infeksi ini juga akan menimbulkan nyeri seperti nyeri ketika sedang haid. Infeksi bisa diobati dengan menggunakan antibiotil.
Jika infeksi tidak segera diobati, dapat menyebakan infeksi yang lebih parah seperti penyakit radang panggul yang dapat menyebabkan ketidaksuburan dan kehamilan di luar rahim. Resiko dapat dikurangi dengan cara mengkonsumsi antibiotik pada saat aborsi. Aborsi yang dilakukan berulang kali, dapat menyebabkan kerusakan pada rahim dan meningkatkan resiko keguguran.
Handayani Rahayuningsih
(vem/ova)