Menjelang buka puasa, tentu banyak penjual makan dan minuman untuk menu berbuka puasa. Dan akhirnya kita pun kalap dan membeli banyak menu berbuka.
Padahal, kita harus berhati-hati dalam memilih makanan karena saat berpuasa kita rentan sekali terkena penyakit maag. Menurut Assistant Brand Manager Mylanta, Dinda Parameswari, studi internal Mylanta menemukan bahwa 63 persen sakit maag timbul karena pola makan.
"Makan tidak teratur dan makan sembarangan menjadi faktor terjadinya sakit maag," ucapnya saat ditemui dalam acara 'Mylanta Ajak Masyarakat untuk Makan Bijak', di Kota Kasablank, Jakarta, Selasa (15/5).
Advertisement
Selain dua faktor tersebut, Dinda mengungkapkan penyakit maag juga muncul karena kebiasaan makan berlebihan. Ia mengatakan, 2,5 juta orang berpotensi sakit maag karena menerapkan pola makan yang berlebihan. Apalagi perut sebelumnya dalam kondisi kosong.
"Bisa dibayangkan jika saat berbuka puasa dengan perut yang kosong kita langsung makan banyak karena lapar mata. Inilah mengapa sakit maag kerap terjadi pada orang yang berpuasa,"tambahnya.
Makan berlebih saat berpuasa dapat terlihat dari peningkatkan volume sampah yang didominasi oleh sampah organik seperti sisa makanan. Data Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada 2016, mengungkap adanya peningkatan volume sampah sebesar 10 persen hanya pada 10 hari pertama Ramadhan.
Dinda pun menyarankan saat berbuka puasa sebaiknya makan tidak berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan, seperti Mylanta yang memulai kampanye "Makan Bijak". Sebab, mengonsumsi makanan secara tidak berlebih juga dapat membantu menjalani ibadah puasa dengan lebih nyaman.
"Kampanye ini bertujuan untuk mengajak semua orang untuk tidak makan berlebihan dan sesuai kebutuhan,"ujarnya.
Kampanye tersebut pun bisa dimulai dengan hal-hal kecil seperti menyisihkan makanan jika porsinya terlihat terlalu besar, kemudian membawanya pulang jika tidak habis.
Mylanta pun menyediakan booth hasil kerja sama dengan Eat & Eat dan memfasilitasi kotak makan bagi masyarakat yang ingin membungkus makanannya. Bungkus makanan itu, bisa difoto lalu dibagikan di media sosial untuk mengajak seluruh masyarakat melakukan gerakan serupa dan mengubah kebiasaan menyisakan makanan.
(vem/asp)