Kanker memang salah satu penyakit yang paling ditakuti banyak orang. Bahkan penyakit ini bisa menyerang siapapun, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Tak heran memang bila penyakit ini sering dianggap sebagai momok yang sering menghantui masyarakat modern.
Union for International Cancer Control (UICC) mengatakan sebanyak 21,7 juta orang terkena kanker secara langsung. Wah, cukup mencengangkan ya. Tapi hal itu tak perlu membuat kita risau. Karena dari info tersebut kita jadi kembali disadarkan agar bisa melakukan tindakan pencegahan dan pendeteksian sejak dini.
Sayangnya, Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP, mengatakan pasien baru mendeteksi kanker ketika sudah stadium lanjut. Bahkan pasien lebih percaya mitos pengobatan dibanding medis, inilah yang membuat kondisi lebih parah lagi.
“Masyarakat dihimbau untuk tidak begitu saja percaya tentang mitos seputar kanker yang banyak beredar, alih-alih menyembuhkan, justru dapat memperburuk kondisi pasien kanker. Segera lakukan konsultasi dengan dokter untuk deteksi kanker sejak dini,” ujar Prof. Aru Sudoyo, saat ditemui dalam acara memperingati Hari Kanker Sedunia, ‘We Can. I Can’ di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Banyak sekali mitos yang beredar soal kanker. Beberapa infonya bahkan sangat merisaukan. Sekarang, yuk kita kenali mitos apa saja yang paling banyak beredar di masyarakat dan kenali fakta yang sebenarnya.
Mitos 1: Kanker disebabkan oleh manusia dan merupakan penyakit modern.
Fakta: Kanker bukanlah sekadar penyakit modern buatan manusia, namun telah ada sejak ribuan tahun lalu. Catatan medis di Mesir dan Yunani menemukan tanda-tanda kanker pada kerangka manusia dari 3000 tahun silam. Meski gaya hidup, diet, dan polusi udara berdampak pada risiko terkena kanker, namun tidak dapat sepenuhnya disimpulkan kanker sebagai penyakit modern buatan manusia. Banyak penyebab kanker datang dari alam. Satu dari enam kanker yang mendunia disebabkan oleh berbagai virus dan bakteri.
Mitos 2: Superfood dapat mencegah kanker.
Fakta: Secara terpisah, buah beri, akar bit, brokoli, bawang putih, teh hijau, dan superfood lainnya dapat mencegah kanker. Tidak benar, namun, makanan di atas dapat menjadi bagian dari kebiasaan makan dan hidup sehat dalam rangka pencegahan kanker. Tetaplah penting memperhatikan apa yang kita makan, sebab buah dan sayuran memang lebih sehat dari jenis makanan lainnya. Penelitian sudah membuktikan bahwa tiga komponen utama hidup sehat yaitu: 1) menjaga berat badan yang ideal; 2) olah raga teratur; dan 3) mengikuti diet/menu sehat, dapat menurunkan risiko terkena kanker hingga 35 persen (50 persen pada kanker tertentu). Menghindari alkohol berlebihan serta tidak merokok menurunkan risiko lebih besar lagi.
Mitos 3: Mengonsumsi makanan asam menyebabkan kanker.
Fakta: Tidaklah benar bahwa mengonsumsi makanan asam meningkatkan risiko kanker, sementara makanan dengan tingkat alkalin lebih tinggi sebaliknya. Sel kanker tidak dapat hidup pada lingkungan dengan kadar alkalin yang tinggi, namun sel-sel lain di tubuh manusia juga demikian! Adalah keliru bahwa makanan dapat ‘membentuk alkalin dalam tubuh’. Makan sayuran hijau memang sehat, tetapi bukan berarti berdampak pada tingkat keasaman atau tingkat alkalin tubuh kita. Lingkungan asam di seputar sel kanker lebih disebabkan oleh cara tumor menciptakan energi dan menggunakan oksigen, dibandingkan dengan selaput sehat lainnya. Tidak ada bukti bahwa makanan dapat memanipulasi tingkat keasaman tubuh yang menyebabkan kanker.
Mitos 4: Pengobatan kanker lebih merusak daripada menyembuhkan.
Fakta: Pengobatan terhadap kanker (kemoterapi, radioterapi atau bedah) merupakan perawatan serius. Efek sampingnya kerap terasa kuat, sebab pengobatan yang diciptakan untuk mematikan sel kanker juga dapat mengganggu fungsi beberapa sel sehat, misalnya sistem pembentukan darah (lekosit dan akar rambut). Pada kanker stadium awal, kemoterapi dan radioterapi masih diharapkan dapat menyembuhkan – disebut sebagai “tujuan kuratif” – sedangkan pada stadium lebih tinggi misalnya 3 dan 4, masih bermanfaat untuk meringankan penderitaan (misalnya nyeri) dan mempertahankan kualitas hidup. Pembedahan masih merupakan pengobatan efektif terhadap beberapa jenis kanker, terutama pada stadium dini. Pada stadium lanjut pengobatan paliatif tersebut tetap dilakukan bagi pasien kanker untuk memberikan keseimbangan kualitas dan kuantitas hidup, sebagai hak pasien untuk menentukan pilihannya.
Mitos 5: Biopsi membuat tumor menjadi ganas.
Fakta: Banyak orang yang menolak pemeriksaan biopsi terhadap tumor yang diidapnya karena dikhawatirkan “benjolan akan menjadi kanker” atau “akan menjadi ganas”. Hal ini merupakan mitos yang amat merugikan karena seringkali pengobatan menjadi terlambat. Ada dua hal yang perlu dimengerti di sini. Pertama, sebuah benjolan yang jinak tidak akan menjadi ganas karena biopsi. Tumor jinak akan tetap jinak, demikian pula sebaliknya. Kedua, kanker tidak akan dapat diobati bila tidak diketahui jenisnya. Hal yang sama juga berlaku pada pembedahan.
Mitos 6: Berlebihan dalam mengonsumsi makanan berlemak (dan pola makan yang buruk) dapat memicu resiko kanker. Beberapa jenis penyakit kanker yang muncul akibat berlebihan dalam konsumsi asupan lemak, yaitu kanker empedu, kanker usus dan ginjal.
Fakta: Lemak memadat tidak menyebabkan kanker, yang buruk adalah lemak berlebih pada tubuh kita sendiri yang banyak diakibatkan oleh karbohidrat dan gula yang berlebih.
Dengan mengetahui mitos dan fakta seputar kanker tersebut diharapkan kita bisa lebih paham lagi soal pencegahan kanker. Saatnya untuk menjaga pola hidup lebih sehat lagi, ya ladies.
Advertisement
- Cara Mencegah Kanker Serviks Sejak Dini dari Ahli
- Penting! Ini 7 Gejala Kanker Otak yang Perlu Wanita Ketahui
- Faktanya Setiap 1 Jam, 1-2 Perempuan Meninggal karena Kanker Serviks
- 7 Makanan Super Sehat Untuk Mencegah Risiko Kanker Payudara
- Nutrisi Pada Kunyit Bermanfaat Mengobati Kanker, Really?
(vem/asp/nda)