Sampai saat ini gigitan nyamuk masih menjadi penyebab menyebarnya berbagai penyakit yang berakibat fatal dan mematikan seperti Demam Berdarah (DBD), Malaria hingga Chikungunya. Karena begitu bahayanya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, penting bagi setiap orang khususnya orang tua untuk selalu menjaga buah hati dengan baik dan memastikan bahwa mereka jauh dari risiko gigitan nyamuk.
Selain waspada terhadap virus yang dibawa oleh nyamuk penyebab DBD, Malaria hingga Chikungunya, kali ini kita semua harus waspada terhadap penyakit bernama Japanese Encephalitis(JE).
Apa itu penyakit JE?
Advertisement
Dikutip dari laman traveldoctor.com, penyakit ini merupakan penyakit akibat virus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Culex tritaeniorhynchus dan Culex vishnui yang banyak ditemui di kawasan Negeri Matahari Terbit yakni Jepang. Dan kini, nyamuk penyebab virus ini rupanya juga banyak ditemukan di Indonesia.
Data dari (World Health Organization) dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention)menyebutkan bahwa virus JE telah membunuh ribuan orang tak hanya di Jepang saja melainkan juga orang-orang di negara kawasan Asia termasuk Indonesia. JE merupakan penyakit dengan virus yang mempengaruhi membran otak. Biasanya ditandai dengan gejala sakit kepala ringan serta demam.
Tapi sayangnya, penyakit ini belum banyak diketahui di Indonesia. Tidak banyak masyarakat yang sadar mengenai penyakit ini. Tidak sedikit masyarakat yang mengira penyakit ini hanya sebatas penyakit sakit kepala dan demam biasa.
Apa Saja Gejala dari JE?
Sebagian besar penderita JE tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Bahkan, beberapa orang tak pernah menyadari ia menderita JE. Umumnya, gejala dari risiko penyakit ini muncul setelah 5 sampai 15 hari setelah terjadi gigitan nyamuk Culex tritaeniorhynchus dan Culex vishnui. Penderita akan merasa sakit kepala, demam, menggigil, mual, muntah-muntah, kaku pada tengkuk, disorientasi, kejang, koma (penurunan kesadaran) hingga lumpuh.
Hampir sama dengan DBD, penderita akan mengalami fase penyakit akut dan mulai membaik beberapa hari kemudian. Tapi sayang, meski fase akut telah terlampaui, tidak sedikit penderita penyakit ini mengalami kondisi yang semakin buruk. Gangguan saraf kognitif dan psikiatri pada beberapa pasien dilaporkan menetap dan menyebabkan komplikasi hingga kematian.
Penularan, Pengobatan dan Pencegahan JE
Penularan penyakit ini akibat virus yang dibawa nyamuk melalui gigitannya. Para ahli kesehatan mengungkapkan bahwa nyamuk pembawa penyakit ini aktif di malam hari. Beberapa tempat yang lebih sering dijadikan rumah untuk nyamuk jenis ini adalah kawasan persawahan dan peternakan babi. Musim hujan dipercaya sebagai musim di mana jumlah dan risiko penyakit Japanese Encephalitismengalami peningkatan.
Mengenai obat, sampai saat ini belum ditemukan obat spesifik untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan masih berdasarkan gejala yang diderita pasien seperti istirahat cukup, mencukupi kebutuhan cairan tubuh, pemberian obat penurun panas atau demam, pemberian obat pengurang nyeri dan pemberian vitamin untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Sementara untuk pencegahan yang bisa dilakukan adalah memastikan tubuh tidak digigit nyamuk dengan menggunakan lotion anti nyamuk, menjaga kebersihan tempat tinggal, memakai pakaian yang menutup tubuh dan menghindari segala aktivitas yang memungkinkan terdapat banyak nyamuk baik itu saat siang atau malam.
(vem/mim)