Jika saat ini kamu merupakan orang tua dari anak yang sudah sekolah, kamu tentunya sudah tidak asing lagi dengan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan guru pada anak. Dalam dunia pendidikan, PR merupakan salah satu tugas yang bisa dibilang selalu ada. Tujuan pemberian PR ini pada dasarnya sangatlah baik yakni agar anak mau belajar di rumah.
Tapi Ladies, beberapa study akhir-akhir ini menyebutkan bahwa ada dampak yang cukup buruk dari pemberian PR. Dampak tersebut terutama pada kesehatan fisik maupun psikis anak, orang tua hingga keluarganya. Dikutip dari laman boldsky.com, meski PR menjadikan anak menjadi lebih giat belajar, tidak jarang adanya PR justru membuat anak semakin malas, stres hingga kurang nyaman.
Saat anak mendapatkan PR dari gurunya di sekolah, anak dituntut untuk mau mengerjakan PR tersebut dan belajar lebih giat lagi. Seperti yang kita sadari, banyak orang tua yang nantinya akan membantu anak mengerjakan PR atau sekedar belajar bersama. Aktivitas mengerjakan PR inilah yang dipercaya para ahli bisa mempengaruhi kesehatan anak juga keluarganya.
Advertisement
Adanya PR Mempengaruhi Berat Badan
Bagaimana bisa PR akan mempengaruhi berat badan? Penelitian menemukan bahwa ketika semakin banyak anak mendapatkan PR, semakin banyak pula waktunya yang digunakan untuk belajar dan membaca buku atau menulis. Ini sama saja dengan mengurangi waktu anak maupun keluarga yang membantunya mengerjakan PR buat beraktivitas lainnya termasuk olahraga atau melakukan gerak tubuh.
Ketika seorang anak dan keluarganya hanya disibukkan dengan aktivitas mengerjakan PR, tidak jarang ini bisa meningkatkan risiko kegemukan. Belum lagi, apabila anak memiliki kebiasaan belajar sambil mengonsumsi camilan atau makanan ringan. Tak hanya mempengaruhi berat badan, ini juga bisa meningkatkan berbagai risiko penyakit lainnya.
Risiko Depresi Semakin Tinggi
PR juga terkait dengan risiko stres berat atau depresi. Peneliti mengemukakan bahwa anak yang dituntut untuk belajar terlalu keras bisa mengalami kebosanan parah, stres hingga depresi. Belum lagi, jika anak memang memiliki kemampuan kognitif yang tidak terlalu cemerlang seperti anak-anak pada umumnya.
Tak hanya menyebabkan depresi pada anak, ini juga bisa menyebabkan depresi pada orang tua. Bagaimana bisa? Jadi begini, ketika orang tua mendapati anak tidak mau belajar, tidak lekas menangkap pelajaran yang ia ajarkan atau kemampuan berpikirnya tidak sesuai dengan harapan orang tua, orang tua akan merasa sedih, stres dan bingung. Orang tua yang menyadari anaknya kurang pandai sementara ia tak bisa menerima kenyataan tersebut, akan lebih mudah merasa patah semangat, putus asa dan khawatir.
Tapi jangan khawatir, selama setiap pendidikan dinikmati, hal itu tak akan berdampak buruk bagi kesehatan fisik maupun psikis.
(vem/mim)