Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang penting dijaga. Penyakit gigi dan mulut diderita oleh 38,5% penduduk Indonesia dan 90% dari anak sekolah di dunia. Sebagian besar orang dewasa juga pernah menderita karies gigi. Hal ini terjadi karena umumnya anak-anak senang makan makanan manis atau yang mengandung gula.
Apabila anak terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung gula dan jarang membersihkannya, maka gigi akan mengalami kerusakan, salah satunya adalah karies atau gigi berlubang. Padahal, gigi dan mulut merupakan bagian penting tubuh yang harus dipertahankan kebersihannya, sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk dan menyerang kesehatan. Di samping itu, mulut adalah cermin dari kesehatan gigi.
Sebagai orang tua, Moms perlu melakukan upaya pencegahan dini dengan mengajarkan anak-anak cara menyikat gigi yang benar serta mengawasi mereka setidaknya sampai usia 8 tahun. Mom dianjurkan untuk memerhatikan makanan serta kudapan anak sehari-hari.
Advertisement
Anak yang belajar sejak dini dengan baik dan benar cara menjaga kesehatan gigi, tidak akan banyak mengalami masalah kesehatan gigi di kemudian harinya. Mom juga dihimbau membawa anak ke dokter gigi secara rutin untuk melakukan perawatan pencegahan dan segera melakukan penambalan gigi jika perlu, sehingga risiko masalah gigi dan komplikasinya dapat terdeteksi dan ditangani sedini mungkin.
Seperti halnya yang disebutkan oleh drg. Felicia Melati Sp.KGA, masalah utama kesehatan gigi dan mulut adalah karies atau yang biasa dikenal sebagai gigi berlubang. Menurut Riskesdas 2013, terjadi peningkatan prevalensi terjadinya karies pada penduduk Indonesia dibandingkan tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4 % menjadi 53,2 %. Prevalensi karies anak balita (Riskesdas 2007) di Indonesia adalah sekitar 90%. Faktor penyebabnya karena orang tua belum menganggap penting kesehatan gigi anak.
Mereka berpikir bahwa gigi sulung yang bermasalah nantinya akan diganti dengan gigi permanen. Sebenarnya kesehatan gigi anak harus menjadi prioritas karena akan memengaruhi kualitas hidup dan tumbuh kembang anak.
“Perlu dilakukan penambalan jika terdapat karies pada gigi, semakin cepat dilakukan penanganan maka semakin baik," tuturnya saat ditemui di Jakarta.
Karies kecil yang tidak dirawat akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu ruangan dalam gigi yang berisi jaringan saraf dan pembuluh darah. Jika hal tersebut terjadi, maka perawatannya tidak dapat langsung ditambal begitu saja namun perlu dilakukan perawatan saraf terlebih dahulu dan memerlukan beberapa kali kunjungan, tergantung dari kasusnya.
Setelah perawatan saraf selesai, barulah dilakukan penambalan untuk mengembalikan bentuk anatomis gigi yang berperan penting pada pengunyahan. Biasanya diperlukan suatu teknik restorasi khusus pada gigi yang berlubang besar karena jaringan gigi yang hilang sudah banyak dan meluas.
“Tindakan pencegahan yang biasa dilakukan oleh dokter gigi adalah aplikasi topikal fluor. Topikal fluor dapat berupa gel, foam ataupun varnish." ujar dokter Felicia.
"Fluor berfungsi menjadikan gigi lebih tahan terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri sehingga tidak mudah berlubang. Aplikasi fluor biasanya dilakukan setiap 6 bulan sekali. Dapat juga dilakukan sealant pada pit dan fissure gigi yang dalam sehingga gigi lebih mudah dibersihkan. Sealant umumnya dilakukan pada gigi permanen yang baru erupsi untuk mencegah terjadinya karies,” tutup dokter Felicia.
(vem/asp/feb)