Sukses

Beauty

Sadari Bahaya Kanker Payudara, Yuk Periksakan Diri Dari Sekarang

Indonesia sedang mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak menular. Pada periode tahun 1990-2015, terjadi peningkatan kematian akibat penyakit tidak menular (dari 37% menjadi 57%), penurunan kematian akibat penyakit menular (dari 56% menjadi 38%), serta peningkatan kematian akibat kecelakaan (dari 7% menjadi 13%).

Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan perilaku hidup, seperti pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, merokok, dan lain-lain. Oleh karena itu, penanggulangan penyakit tidak menular semakin menjadi perhatian dan penting untuk dilakukan.

Untuk itu, dalam rangka rangkaian peringatan hari Kesehatan Nasional yang jatuh setiap tanggal 12 November, serta sebagai bagian dari komitmen untuk mempromosikan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dengan dukungan PT Roche Indonesia dan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), menyediakan mammografi yang telah beroperasi secara gratis pada tanggal 18-19 November 2016 di JI Expo, Kemayoran untuk melayani masyarakat yang ingin melakukan deteksi dini kanker payudara.

GERMAS bertujuan untuk menurunkan beban penyakit menular dan tidak menular, menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk, menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan. Bukan hanya itu, GERMAS juga membantu penguatan sistem kesehatan melalui pendekatan siklus hidup, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), serta pemerataan layanan.

copyright by Vemale.com/Anisha Saktian Putri

Dengan fokus pada tiga kegiatan, yakni meningkatkan aktivitas fisik, konsumsi sayur dan buah, serta deteksi dini penyakit tidak menular, GERMAS dilakukan sebagai penguatan upaya promotif dan preventif di bidang kesehatan.

Penyediaan mobil mamografi dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan deteksi dini kanker, khususnya kanker payudara. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) tahun 2012, diperkirakan terdapat 14 juta kasus kanker baru yang muncul dan 8,2 juta kematian karena kanker di seluruh dunia.

Data Riset Kesehatan Indonesia (Riskesdas) 2013 mencatat prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per seribu orang, atau sekitar 330.000 orang. Kanker payudara adalah kanker pembunuh utama pada perempuan Indonesia dengan insiden sebesar 40 per 100.000 perempuan (Globocan 2012).

Dijelasan dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan, kegiatan deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan mamografi merupakan salah satu upaya promotif dan preventif yang tengah digalakkan Kementerian Kesehatan sebagai upaya menurunkan insiden kanker payudara.

Program promotif dilakukan dengan terus melanjutkan sosialisasi Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) dan mengajak perempuan pergi ke Puskesmas untuk Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis). Sadanis adalah pemeriksaan payudara oleh petugas kesehatan yang diintegrasikan dengan pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker serviks.

copyright by Vemale.com/Anisha Saktian Putri

“Kementerian Kesehatan sudah melakukan pelatihan Sadanis pada sekitar 7.000 bidan dan dokter di 3.000 Puskesmas yang tersebar di 300 Kabupaten/kota di Indonesia,” jelas Lily.

Program deteksi dini ini sudah dilakukan sejak tahun 2007. Sampai pertengahan tahun 2016, sudah 1,5 juta perempuan usia 30-50 tahun yang diperiksa. Dari jumlah itu, ditemukan kelainan benjolan payudara sebesar 0,2% atau 3.541 kasus. Angka 1,5 juta masih sangat jauh dari target yaitu seluruh perempuan usia 30-50 tahun di Indonesia yang jumlahnya diperkirakan mencapai 37,5 juta.

YKPI biasanya bekerjasama dengan Puskesmas-puskemas di Jakarta untuk menjaring peserta pemeriksaan mamografi gratis. Mobil mamografi YKPI sangat nyaman, terdiri dari dua ruangan yaitu ruangan untuk konsultasi dan pemeriksaan payudara oleh dokter atau Clinical Breast Examination (CBE), dan ruangan mamografi yang dipertahankan suhunya tetap dingin agar alat mamografi tidak cepat rusak. Petugas terdiri dari dokter dan radiografter yang harus seorang perempuan. Untuk setiap kelainan benjolan yang ditemukan dan dicurigai ganas, dokter akan menghubungi pasien untuk kemudian mendapatkan pendampingan dari YKPI untuk penanganan lebih lanjut.

Menurut dr. Hardina Sabrida, MARS dari RS Kanker Dharmais yang bertugas di mobil mamografi YKPI, mamografi dianjurkan dilakukan pada semua perempuan berusia di atas 35 tahun dan tidak sedang hamil. Perempuan menstruasi juga bukan kontraindikasi mamografi, hanya saja dikhawatirkan sedikit lebih sensitif dengan rasa tidak nyaman selama pemeriksaan.

“Namun alat mamografi yang ada di mobil mamografi YKPI adalah alat terbaru yang sudah tidak menyebabkan nyeri atau tidak nyaman saat dilakukan pemeriksaan,” jelas Hardina.

Hardina yang selama dua tahun terakhir rutin melakukan deteksi mamografi di mobil mamografi milik YKPI ini menjelaskan bahwa minimal ditemukan satu kasus kelainan benjolan payudara yang terindikasi kanker ganas dalam satu kali kegiatan pemeriksaan (peserta 50 orang).

Berdasarkan data dari unit mobil mammografi milik Yayasan Kanker Payudara Indonesia [YKPI] tahun 2015, dari jumlah 3427 pasien yang diperiksa, yang terdeteksi memiliki tumor jinak sebanyak 428 orang, dan ada 47 orang yang dicurigai memiliki kanker ganas.

Itulah mengapa kamu perlu memeriksakan diri ladies, apalagi jika usia sudah 30 tahun ke atas. Penting waspada kanker payudara dari sekarang.

(vem/asp/feb)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading