Penyakit adalah cobaan dari Tuhan, terkadang membuat seseorang merasa begitu berat menerima dan berusaha untuk sembuh. Beberapa penyakit hingga hari ini belum ada obatnya, dan orang yang menderitanya berjuang sekuat tenaga untuk bertahan dan tidak putus asa. Shabana Islam, wanita ini menderita penyakit yang sangat langka, namun Shabana tidak menyerah dan bersedih terus menerus.
Seperti dilansir dari dailymail.co.uk, Shabana Islam (35) menderita kondisi genetik langka yang disebut dermatitis aktin kronis, selama 20 tahun ia harus hidup bagaikan tawanan. Kulitnya mudah melepuh seperti terbakar. Saking parahnya, kadangkala Shabana Islam harus berjuang mati-matian hanya untuk turun dari tempat tidurnya.
Advertisement
"Rasanya seperti terbakar api yang sangat panas dan dalam waktu yang bersamaan kulit saya disuntik serpihan kaca," kata Shabana.
Kulit Shabana juga sering sekali mengalami dehidrasi, lalu pecah dan berubah menjadi luka yang menyakitkan setiap kali ia bergerak. Untuk meredakan nyeri yang dirasakannya, Shabana akan melumuri tubuhnya dengan krim steroid dan emolien, semacam pelembab non-kosmetik yang dirancang khusus untuk mengatasi kulit mengering.
Setelah itu, barulah ia menutup seluruh kulitnya dengan perban. Hanya saja apapun cara yang ia lakukan untuk meredakan rasa sakitnya, nyatanya tak ada satupun yang benar-benar bekerja. Hingga akhirnya dia mencoba cara ekstrem untuk meredakan sakitnya. Semisal air panas dimasukkan ke dalam botol kemudian ditempelkan ke kulitnya, atau memegang radiator panas.
Ketika dipegang, kulit Shabana juga terasa panas. Bahkan wanita berumur 35 tahun itu tak bisa menangis karena air matanya akan membuat mata dan wajah wanita asal London yang yang pecah-pecah tersebut terasa perih.
Penyakit Shabana masih misterius. Sebab dokter belum memberikan diagnosis yang pasti untuk wanita ini. Mereka hanya menduga ini adalah 'chronic actin dermatitis', gangguan langka di mana kulit penderitanya melepuh setelah terpapar cahaya. Namun biasanya kondisi ini dialami pria berumur 50 tahun ke atas.
Penyakit ini membuat Shabana menghentikan karirnya sebagai perancang busana. Meskipun ia terkurung di rumahnya, namun Shabana berusaha untuk bertahan dengan membuat gerakan amal yang ia beri nama Skin Deep Behind the Mask(SDBM). Gerakan ini bertujuan untuk membantu dan memberikan dukungan pada orang-orang dengan gangguan kulit yang sama dengannya.
Shabana tetap optimis dengan hidupnya. Bagi Shanaba, hidup adalah anugerah yang harus disyukuri, seperti apapun keadaannya.
(vem/chi)