Coba lihat permukaan kulit Anda. Secara normal, permukaan kulit manusia ditumbuhi rambut, ada bagian yang tebal seperti di kulit kepala dan bagian lain, ada juga yang tipis hingga tak tampak (tapi ada). Sebuah kondisi langka dan misterius dialami wanita bernama Shanyna Isom, seluruh permukaan kulitnya tidak ditumbuhi rambut, tetapi kuku.
Kejadian aneh ini dimulai pada tahun 2009, ketika Shanyna mengalami gangguan asma akut. Dia dibawa ke bagian gawat darurat dan diberi steroid dalam dosis besar. Asma yang berlangsung bisa diatasi, namun tubuh Shanyna mengalami reaksi alergi pada steroid yang diberikan. Permukaan kulitnya mulai gatal tak terkendali. Meskipun sudah diresepkan benadryl dan obat alergi lainnya, kondisi kulit Shanyna terus memburuk, dilansir oleh odditycentral.com.
Advertisement
"Kondisi itu tidak terkendali dan saya tidak tahu itu apa. Tiba-tiba muncul ruam hitam seperti koreng di kulit lalu kuku-kuku itu terus tumbuh keluar, dia akan lepas lalu tumbuh lagi kuku baru dengan sendirinya," ujar Kathy, ibu Shanyna.
Dokter Tidak Tahu Kenapa Kondisi Ini Terjadi Dan Belum Ada Obatnya
Dengan kondisi kulit yang aneh ini, Shanyna yang merupakan mahasiswi hukum sudah berkali-kali memeriksakan kondisinya. Bahkan kondisi ini terus memburuk hingga permukaan kakinya menghitam dan harus berjalan dengan bantuan tongkat. Segala macam tes kesehatan hingga biopsi sumsum tulang belakang sudah dilakukan, namun dokter tidak tahu apa yang terjadi di tubuh Shanyna. Yang menyedihkan, belum ada obat untuk mengatasi kondisi ini.
"Dokter bilang, putri saya akan seperti itu disepanjang sisa hidupnya, tapi saya tidak bisa menerima hal ini," ujar Kathy.
Keluarga Shanyna terus mencari pengobatan, hingga pada tahun 2011, dia datang ke John Hopkins. Dokter di sana menemukan bahwa tubuh Shanyna memproduksi 12 kali jumlah folikel (bahan alami tubuh untuk menumbuhkan rambut). Rambut dan kuku sama-sama terbentuk dari folikel, sehingga folikel yang berlebih itu pada akhirnya membentuk kuku di permukaan kulit Shanyna.
Pengobatan Sangat Mahal
Kondisi Shanyna bisa dipulihkan, namun biaya yang harus dikeluarkan sangat banyak. Asuransi tidak sanggup membayar semua biaya pengobatan. Ditambah lagi, Kathy keluar dari pekerjaannya sebagai resepsionis medis agar bisa merawat penuh putrinya. Pada akhirnya, Kathy membangun Yayasan SAI untuk menggalang dana bagi orang-orang yang terkena gangguan penyakit langka dan misterius.
"Saya tidak tahu apakah akan tersenyum atau menangis," ujar Shanyna. "Saya sangat tersentuh oleh kemurahan hati masyarakat dan saya sangat bersyukur," lanjutnya.
Semoga saja Shanyna segera mendapat kesembuhan dan tidak ada lagi kasus serupa yang terjadi.
- Suami Ubah Abu Istri Jadi Kembang Api untuk Mengucapkan Selamat Tinggal
- Kisah Penderita Alopecia Berhenti Sekolah Karena Guru Yang Tega
- Orang Menyuruhku Mengaborsinya, Tetapi Bagiku Dia Sebuah Keajaiban
- Setelah Buta 12 Tahun, Aku Bahagia Bisa Melihat Istriku Lagi
- Permintaan Terakhir Ibu Penderita Kanker Payudara, Aku Ingin Hadir di Pernikahanmu