Usia Max Brown 13 tahun, dan karena demamnya tak kunjung turun, ibunya memberinya ibuprofen, obat yang biasa dipakai ibu-ibu lain untuk menurunkan demamnya.
Tak disangka, demamnya bukannya malah turun dan membaik, kondisi Max semakin parah. Karena reaksi alergi, bibir Max lecet parah dan menghitam. Tubuhnya juga kesakitan setiap disentuh, hingga akhirnya ia hilang kesadaran dan harus dirawat di ruangan intensif.
Max diduga menderita SJS atau Stevens Johnson Syndrome, suatu kondisi yang menyebabkan sel-sel di lapisan atas kulit mati. Ia menghabiskan sebulan lamanya dirawat di rumah sakit, dengan kondisi kritis dan nyaris meninggal kapan saja.
Penyebab kondisi kritis Max
Advertisement
Dokter yakin 100% bahwa ibuprofenlah yang menyebabkan reaksi alergi pada Max. Padahal, Max juga pernah mengonsumsi ibuprofen dan ia baik-baik saja. Namun benarkah ibuprofen satu-satunya penyebabnya?
Setelah mengonsumsi ibuprofen dalam beberapa hari tubuh Max dipenuhi ruam dan lecet, kulitnya melepuh, mengelupas dan bibirnya bengkak serta menghitam. Hal ini sangat mengerikan dan membuat ibunya merasa sangat bersalah.
Max kemudian dites dan didiagnosis menderita SJS. Sebuah penyakit alergi langka yang mungkin saja muncul tiba-tiba. Ibuprofen seperti pemicu yang membuat alergi ini meledak dan menjadikan kondisi Max jadi semakin parah.
Setelah seminggu di rumah sakit kondisinya terus memburuk bahkan ia tak bisa membuka matanya. Berat badannya turun enam kilo. Dokter bahkan membantu menutup seluruh tubuhnya dengan perban agar tak terasa kesakitan dan memberinya alat bantu pernafasan, demikian seperti dilansir DailyMail.co.uk.
Setiap hari, perban Max harus diganti untuk menghentikan infeksi. Terbayang bagaimana ia selalu kesakitan setiap ada yang menyentuh kulitnya. Rasa sakit tersebut kemudian membuatnya hilang kesadaran. Selama empat minggu, Max menjalani hidupnya di antara hidup dan mati, untunglah perawatan segera diberikan sehingga kemudian kulitnya mulai beregenerasi.
Kondisi Max kemudian berangsur-angsur pulih, namun beberapa bekas lukanya masih kentara dan membutuhkan perawatan.
Hati-hati ya ibu-ibu saat memberikan obat kepada anak-anak atau keluarga Anda. Selalu pastikan tidak ada kandungan yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Apabila Anda ragu, lebih baik kunjungi dokter.