Sukses

Beauty

Jiwa dan Raga Sempurna

Sudah rajin olahraga tapi masih sering sakit? Mungkin keseimbangan jiwa dan raga Anda belum terpenuhi.

Oleh Laras Eka Wulandari

Banyak orang sudah merasa cukup menjaga kesehatan tubuh dengan melakukan olah fisik saja. Padahal untuk mendapatkan kesehatan seutuhnya, jiwa juga mendapat perhatian. “Tidak sedikit penyakit datang dari jiwa yang sakit karena stres. Hanya mereka yang seimbang kesehatan raga dan jiwanya akan mendapatkan kesehatan seutuhnya yang tentunya mendatangkan kebahagiaan lahir dan batin,” ujar Ketut Arsana, Mahatma Terapis, Guru Spiritual, Instruktur Yoga dan Pendiri Ubud Bodyworks Centre, Ubud Aura Retreat Centre, Ashram Munivara, dan Santham Buana Foundation. Ditemui dalam acara Namaste Festival di Jakarta, Ketut berbagi rahasia untuk hidup sehat seutuhnya.

AMATI TIGA SIKLUS HARIAN

Ketut mengatakan dengan pasti gaya hidup menentukan kesehatan seseorang. Pola makan adalah hal pertama yang harus diperhatikan. Ketut menjelaskan tiga siklus pencernaan tubuh yang berlangsung secara sistematis selama 24 jam. Siklus pertama, bekerja pukul 12.00-20.00. ini adalah saatnya organ pencernaan bekerja aktif. “Maka saat inilah waktu yang tepat untuk menyantap makanan padat seperti karbohidrat dan protein,” ujar Ketut.

Siklus kedua berlangsung pada pukul 20.00-04.00 dimana tubuh menyerap dan mengedarkan zat makanan ke seluruh tubuh. “Saat inilah proses penyerapan makanan meningkat. Maka dianjurkan untuk menyantap buah dan sayur,” tambah Ketut.

Sementara di siklus ketiga yang berlangsung pukul 04.00-12.00, tubuh melakukan metabolisme dan membuang sisa makanan. Dianjurkan untuk makan buah dan sayuran untuk sarapan pagi yang berguna membersihkan usus. “Jika kita makan karbohidrat dan protein saat sarapan, maka akan menumpuk di pembuangan, dan memicu penyakit,” jelas Ketut. Namun menurut Ketut sah-sah saja mengonsumsi karbohidrat dan protein saat sarapan, jika Anda melakukan aktivitas fisik yang berat. “Lakukan semua secara cerdas. Yaitu sesuai dengan kondisi tubuh,” ujar Ketut.

Membiasakan pola makan tersebut, secara otomatis membuat tubuh mengetahui apa yang dibutuhkan. “Jika tubuh membutuhkan glukosa, maka tubuh secara otomatis akan makan buah-buahan. Pemanis buatan akan membuat ketagihan dan kegemukan,” jelas Ketut. Saat mengubah pola makan ini, jangan lupa kurangi juga asupan zat makanan yang mengandung bahan pengawet, pemanis buatan, garam, dan aneka bahan makanan yang digoreng.

Untuk membersihkan darah dari racun, Ketut menyarankan minum segelas air hangat yang dicampur dengan air perasan jeruk lemon dan satu sendok teh madu, setiap pagi sehabis bangun tidur. “Atau Anda bisa berpuasa sesuai kondisi dan kebutuhan. Puasa adalah obat paling baik untuk segala macam penyakit. Dengan berpuasa berarti kita telah mengontrol pola makan yang sebelumnya salah,” sarannya.

Selain makan, jangan abaikan olahraga. Kegiatan olahraga tidak perlu yang berat, yang penting rutin. “Olahraga bisa membuat otot yang kaku akibat keras berpikir menjadi lebih rileks. Lakukan olahraga di tempat terbuka akan lebih baik. Setiap hari bangunlah lebih awal. Berolahragalah selama 30 menit di pekarangan rumah. Rasakan nikmat Tuhan dengan menghirup udara segar di pagi hari sambil mendongakan kepala ke langit. Energi tubuh kita akan terpancar keluar. Bukan hanya sehat tapi juga awet muda, dan membuat kita jadi lebih bersyukur,” tutur Ketut.

KITA PUNYA KETERBATASAN

Jika kesehatan fisik dimulai dengan mengatur pola makan, untuk kesehatan jiwa Ketut menyarankan memulai dengan mengubah pola pikir. Banyak yang menilai uang atau materi adalah segalanya. Maka tidak heran jika mereka berlomba-lomba untuk mencapai target. Penting memang mempunyai ambisi mencapai target sebagai  dorongan semangat

kesuksesan. “Tapi manusia adalah makhluk yang memiliki keterbatasan. Orang yang hanya mengejar materi sama dnegan air sungai yang tidak bisa bermuara ke lautan,” kata Ketut.

Air sungai yang jernih adalah air yang bermuara di lautan lalu kembali dibawa air hujanke pegunungan dan kembali mengalir kembali menjadi  sungai. “Hati ibarat lautan yang ada pada diri manusia yang dapat menjernihkan pikiran sehingga jauh dari stres. Jika seseorang sudah mengalami stres maka penyakit akan cepat datang,” ujar Ketut.

Ketut mengingatkan, sakit juga bisa diawali dari sakit secara kejiwaan. “Stres bisa menyebabkan gemuk, karena stres membuat sistem tubuhnya tidak berjalan normal.

Banyak orang stres melampiaskan emosinya dnegan mengonsumsi makanan tidak terkendali. Makanan di dalam tubuh belum dibuang sudah ditambah lagi. Maka bisa menyebabkan penyakit,” tutur Ketut.

Saat mengejar target umumnya manusia meberikan energi sepenuhnya kepada otak, maka tidak jarang jika energi pada otak habis, stres pun akhirnya datang. Maka itu Ketut menyarankan untuk mengubah pola dengan memberikan porsi yang lebih besar pada jiwa (hati) sebanyak 80% dan 20% sisanya pada otak.

“Hati adalah pemberi inspirasi pada otak,” ungkap Ketut. Cara yang paling mudah adalah dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Rasakan kasih Tuhan sehingga kasih Tuhan akan memancar dan memberikan inspirasi kepada otak. “Karena kala masalah datang akan selalu ada jalan keluarnya karena terinspirasi oleh jiwanya yang ada dalam keadaan tenang,” kata Ketut.

Menurut Ketut, sekarang ini banyak orang yang tubuhnya saja yang sehat tapi jiwanya tertidur. Mereka hanya mengikuti keinginannya saja. Salah satu ciri jiwa seseorang sehat dan hidup adalah saat orang tersebut mampu memahami keadaan. Pemahaman dirinya muncul. Jika ia melihat bahwa keinginannya tidak bisa terpenuhi ia akan menerimanya, berhenti melakukannya, dan mencari hal lain. “Jiwa yang sehat dapat mengendalikan nafsunya, bukan sebaliknya,” jelas Ketut. Keinginan yang tidak bisa tercapai dapat menyebabkan stres,lain halnya jika ia memahami batas kemampuannya.

YOGA UNTUK JIWA RAGA

Ketut menerangkan, yoga adalah sebuah pertemuan pikiran, tubuh, dan jiwa. Pada dasarnya yoga mengajarkan tiga aspek disiplin diri kepada manusia yakni disiplin tubuh (asana), disiplin napas (pranayama), disiplin mental atau meditasi (dhayana).

Yoga melatih pikiran dan perasaan agar lebih tenang. Lewat yoga Anda bagaikan membentangkan sehelai kain lebar-lebar, dimana Anda akan melihat ada peregangan pada kain. Saat Anda meniupkan oksigen pada kain tersebut maka oksigen tersebut akan lebih mudah masuk dan menyebar. Tubuh pun demikian, saat Anda meregangkan tubuh dan melatih pernapasan, semakin banyak oksigen yang tersebar ke seluruh tubuh Anda, maka tubuh akan merasa lebih nyaman dan sehat.

“Melakukan yoga secara otomatis imunitas tubuh Anda akan meningkat karena seluruh organ tubuh internal dan eksternal berfungsi secara optimal. Anda juga akan jauh dari cidera karena yoga menjadi oli yang dapat melicinkan sendi dan tendon sehingga lebih fleksibel,” kata Ketut.

Gerakan yoga juga menitikberatkan pada satu titik dimana seseorang akan berlatih memusatkan seluruh pikirannya untuk mengendalikan panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan. Maka yoga dapat meningkatkan kesadaran seseorang dalam memilih dan mengonsumsi makanan sehingga tubuh akan lebih terjaga, sehat dan langsing.

Bedanya yoga dengan olahraga lainnya adalah, seseorang yang melakukan olahraga hanya akan mendapatkan oksigen. Sedangkan seseorang yang melakukan yoga akan mengendalikan jiwa, pikiran dan gerak tubuh. Orang tersebut juga akan mendapatkan oksigen dan prana (spirit dari oksigen). Energi dari dalam tubuh yang semula terperangkap menjadi bergerak berputar keluar dan masuk kembali sehingga bisa menyembuhkan. “Yoga dapat mengendalikan hawa nafsu sehingga bukan hanya memikirkan kesenangan duniawi tapi juga lebih menghargai hidup,” ujar Ketut.

Ketut menjelaskan, inti dari yoga adalah pengetahuan. Salah satunya mengetahui bagaimana kita menjadi manusia dan bagaimana tubuh kita bekerja. Tanpa disadari kita makin melepaskan diri dari kehidupan alami kita. “Setiap hari kita bangun tidur, duduk, pergi ke kantor, duduk lagi, lalu pulang dan tidur lagi. Semua energi di dalam diri kita terperangkap sehingga penyakit akan datang satu per satu. Dengan rutin melakukan yoga berarti kita meluangkan waktu untuk diri kita sendiri sehingga hidup menjadi seimbang,” tutupnya.

Source : Good HouseKeeping Edisi Januari 2013 Halaman 73

(vem/GH/dyn)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading