Oleh Laras Eka Wulandari
Bagi wanita, payudara merupakan salah satu organ yang penting, baik dari segi fungsi maupun estetika. Namun bagian paling sensual bagi wanita ini juga kerap menjadi momok mematikan terbesar di dunia, kanker payudara. Sayangnya, kasus ini meningkat setiap tahun.
Belum Ditemukan VAKSINNYA
Advertisement
Rafael Lozano, Msc, MD, profesor kesehatan dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of Washington mengatakan bahwa setiap tahunnya kasus kanker payudara meningkat 3.1 persen di seluruh dunia. Di antara beberapa jenis kanker payudara, HER2 adalah ancaman serius di Indonesia. Jumlah kasusnya mencapai sekitar 35 persen dari semua kasus kanker payudara.
“Kanker payudara sampai sekarang masih bertengger sebagai ‘pembunuh’ wanita terbesar baik di dunia maupun di Indonesia. Hingga kini belum ditemukan apa yang menjadi penyebabnya, yang ada hanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. HER2 adalah kanker payudara agresif yang dikategorikan ‘ganas’,” papar DR.dr. Samuel J. Haryono, SpB, Onk (K), pakar bedah onkologi dari MRCCC Siloam Hospitals, Jakarta.
Kanker payudara muncul tanpa gejala. Tidak heran, para pasien baru memeriksakan penyakitnya jika sudah ada keluhan di stadium lanjut. “Kesadaran wanita untuk memeriksakan payudaranya secara berkala masih sangat minim. Sekitar lima puluh persen pasien baru memeriksakan sakitnya jika sudah ada keluhan. Bisa pada warna kulit, puting susu yang masuk ke dalam, atau cairan keluar dari puting susu. Pada kasus tersebut biasanya sudah menginjak stadium 3A-4 stadium (lanjut). Maka sangat sulit untuk ditangani,” kata Samuel.
Penyebab pasti dari kanker payudara juga belum dapat dipastikan. Hanya faktor risiko yang bisa diketahui, seperti kapan pertama kali mengalami menstruasi, di usia berapa melahirkan (usia di atas 35 tahun berisiko), dan umur berapa menopause terjadi. Selain faktor-faktor tersebut, pemakaian KB dalam jangka waktu panjang dan suntik hormon dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. “Wanita yang memakai KB dalam jangka waktu lama tubuhnya akan terekspos hormon estrogen secara berlebihan. Estrogen menstimulasi sel-sel dari payudara untuk tumbuh dan membelah secara aktif. Maka kemungkinan sel DNA menjadi rusak akan semakin besar sehingga meningkatkan risiko perkembangan kanker payudara. Begitupula dengan suntik hormon yang sedang marak dilakukan. Walau diberikan dalam jumlah kecil, tapi kalau dilakukan secara terus menerus juga akan menimbulkan risiko yang sama dengan pemakaian KB,” ujar Samuel. Sebenarnya, seorang wanita memiliki faktor risiko tersebut, bukan berarti wanita tersebut pasti pasti akan menderita kanker payudara, melainkan ia hanya berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan yang lainnya.
Faktor-faktor risiko itupun bukanlah pemicu tunggal, tetapi juga dipengaruhi oleh hal lain seperti genetik dan riwayat penyakit. “Sel-sel kanker ibarat sebuah pohon dengan akar yang menjalar, serta cabang, daun dan buah yang rimbun. Mengetahui apa yang menjadi penyebab kanker payudara adalah sebuah proses yang panjang, karena proses sel berubah menjadi kanker bukan proses yang pendek, butuh belasan bahkan puluhan tahun untuk bisa menjadi kanker,” papar Samuel lagi.
Menyerang PEREMPUAN MUDA?
Belakangan, penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan sekitar 60 persen kasus kanker payudara justru terjadi pada wanita muda di negara-negara berkembang, dan separuhnya berakhir meninggal dunia. Walaupun jumlah kasus tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan dengan yang terjadi di negara-negara maju, namun penyakitnya lebih ganas karena berkembang dari ekspresi berlebihan Human Epidermal growth factor Receptor-2 (Her2). HER2 adalah protein yang ditemukan dalam setiap sel payudara yang normal untuk membantu pertumbuhan sel normal. Gen HER2 ditemukan pada DNA sel dan mengandung informasi untuk permbuatan protein HER2. Fungsinya adalah mengirimkan sinyal yang ‘memerintahkan’ sel untuk tumbuh dan membelah diri.
Pada kanker payudara dengan jenis HER2 positif (HER2+), sel kankernya memiliki jumlah gen HER2 yang sangat banyak pada tiap sel. Kondisi ini disebut over-ekspresi protein HER2. Terlalu banyaknya jumlah protein HER2 menyebabkan sel kanker tumbuh dan membelah jauh lebih cepat.
Maka kanker dengan status ini akan mudah kambuh. Untuk itu, kanker payudara dengan HER2 positif (HER2+) disebut kanker payudara agresif yang cenderung lebih kebal dengan obat-obatan, radioterapi, dan kemoterapi. “Kanker dengan status HER2 positif (HER2+) akan mudah kambuh karena pembelahan sel yang sangat cepat dari normal. Jadi, jika seseorang sudah terdeteksi terkena kanker payudara, dianjurkan untuk segera melakukan pemeriksaan status HER2-nya,” ujar Samuel.
Samuel menambahkan, jumlah pasien yang menderita kanker dengan status HER2 positif di Indonesia adalah satu dari empat sampai lima pasien dengan kanker payudara tahap akhir.
[initial]
Source: GoodHouseKeeping, Edisi Oktober 2012, Halaman 52
(GH/gil)Advertisement
Kombinasi PENGOBATAN
Pasien-pasien dengan HER2 positif menunjukkan respon yang kurang baik terhadap pengobatan konvensional yang sudah umum seperti kemoterapi, radioterapi dan terapi hormon. Penelitian terhadap kasus kanker payudara HER-2 positif berhasil menemukan trastuzumab yang merupakan antibodi reseptor HER2. Untuk mencapai hasil yang maksimal, penggunaan tratuzumab diketahui secara signifikan dikombinasikan dengan kemoterapi.
Trastuzumab adalah antibodi monoklonal pertama yang didesain untuk menyerang dan menghambat sinyal HER2 dan meneruskan kemoterapi langsung ke dalam sel kanker dengan status HER2 positif (HER2+). Penyebaran sel kanker bisa dicegah, ujar Samuel.
Para peneliti Mayo Clinic, Jacksonville, Florida yang dipimpin oleh Edith Perez, MD menemukan bahwa penggunaan trastuzumab dengan kombinasi kemoterapi telah diuji secara klinis di 12 negara. Dari penelitian itu ditemukan penurunan sebesar dua puluh lima persen (dalam risiko kambuhnya kanker payudara) ketika menggunakan terapi trastuzumab dikombinasikan dengan kemoterapi.
Selain menghambat fungsi HER2, trastuzumab juga mampu merangsang sistem kekebalan tubuh. Berbeda dengan kemoterapi yang selain membunuh sel-sel kanker juga membunuh sel-sel yang sehat. Trastuzumab adalah bom yang pintar karena targetnya hanya pada sel kanker dan tidak pada sel yang sehat, ujar Samuel.
Dalam fase metastatis, yakni saat sel kanker telah menjalar, pemberian anti HER2 bisa membuat pasien hidup sekitar tiga tahun dengan kualitas hidup lebih baik. Biasanya pasien dengan HER2 positif yang tidak diberi anti HER2 meninggal dalam waktu kurang dari satu tahun. Pada stadium awal, pemberian anti HER2 bisa memperbaiki kelangsungan hidup pasien hingga dua puluh persen, kata Samuel.
Tidak seperti kemoterapi, terapi kanker payudara dengan tratuzumab tidak memberikan efek samping, seperti rambut rontok, penekanan sumsum tulang, sariawan, dan muntah-muntah. Pertama kali trastuzumab akan diberikan pada pasien melalui infus. Biasanya terapi dilakukan dengan one day care. Terapi ini dilakukan di rumah sakit. Seorang perawat akan membantu dokter menginjeksi infus kepada pasien. Sayangnya metode pengobatan trastuzumab melalui infus ini memiliki efek kurang nyaman bagi pasien, karena memakan waktu untuk datang ke rumah sakit dan melakukan infus. Pengobatan ini menghabiskan waktu sekitar delapan jam. Metode pengobatan ini sangat cocok digunakan untuk pengobatan kanker jangka panjang. Berbagai penelitian tentang pengobatan kanker khususnya anti HER2 ini terus dilakukan dan dikembangkan, dengan tujuan untuk meminimalisasi efek samping yang ditimbulkan.
Bagi pasien yang melakukan terapi trastuzumab juga harus melakukan pemeriksaan jantung. Karena pada kasus tertentu pemakaian trastuzumab dapat menimbulkan gangguan jantung termasuk ketidakmampuan untuk memompa darah secara efektif, detak jantung tidak teratur, tekanan darah tinggi, gagal jantung, melemahnya otot jantung, dan penurunan fungsi jantung secara tiba-tiba, ujar Samuel. Tapi ia juga mengingatkan, kanker tidak bisa sembuh seratus persen, yang bisa dilakukan hanyalah menekan penyebaran sel-selnya saja.
Wajib TAHU
1. Kemoterapi cenderung memengaruhi kesuburan. Pasien yang melakukan kemoterapi dapat menopause lebih awal dan memungkinkan meningkat seiring bertambahnya usia. Tapi beberapa wanita ada yang mengalami menopause sementara, di mana periode menopause mereka berhenti dan kemudian kembali menstruasi.
2. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) adalah sel-sel di dalam saluran payudara yang didiagnosa sebagai awal kanker payudara tapi belum menyebar ke jaringan sekitar. DCIS dapat berisiko menjadi kanker payudara jinak yang tidak menyebar. Jika pasien didiagnosis dengan DCIS biasanya dokter akan menawarkan pembedahan untuk melakukan pengangkatan dan radioterapi untuk sisa-sisa di jaringan payudara. Kadang-kadang jika DCIS sangat besar, dokter mungkin menyarankan mastektomi (pengangkatan payudara sebagian atau seluruhnya).
3. Dari penelitian yang dilakukan oleh Nordic Cochrane Centre, ditemukan sebanyak 200 dari 2000 perempuan yang melakukan pemeriksaan via screening mengalami depresi karena mendapatkan hasil positif palsu tentang pemeriksaan yang mereka lakukan. Ketika keluhan kembali dirasakan dan dilakukan pemeriksaan kembali ternyata mereka sudah menderita kanker payudara stadium lanjut. Sulitnya deteksi kelainan itu karena padatnya payudara dan banyaknya kelenjar susu pada payudara, sehingga semuanya kelihatan putih dan sel kanker sulit dibedakan. Untuk itu selain melakukan screening ada baiknya juga melakukan pemeriksaan USG (ultrasonografi).
Advertisement
CEGAH! CEGAH!
1. Jaga Berat Badan
Wanita yang kelebihan berat badan berisiko 30% untuk mengalami kanker. Penelitian di AS mengatakan, wanita yang dapat mengurangi berat tubuhnya sekitar 5% dapat mengurangi pembentukan estrogen dan dapat mengurangi ¼ hingga ½ dari faktor risiko. Jumlah hormon estrogen dan bahan kimia di dalam tubuh yang dapat meningkatkan faktor risiko juga dapat diminimalisasi.
2. Hidup Sehat
- Penelitian yang dilakukan di EPIC study and diet menunjukkan makan makanan berserat setiap harinya bisa mengurangi faktor risiko. Sangat diamjurkan juga perbanyak makan gandum, wijen, dan kedelai.
- Alkohol dapat meningkatkan faktor risiko kanker payudara sekitar 7-12%. Sebanyak 6% dari kasus yang ada disebabkan oleh banyaknya mengonsumsi alkohol.
- Olahraga dapat mengurangi faktor risiko sekitar 20%.
3. Sadar Kanker Payudara
Lakukanlah sadari (periksa payudara sendiri) dengan cara sederhana berikut:
- SENTUH payudara Anda dan rasakan benjolan yang ganjil di sekitar payudara.
- LIHAT perbedaan ukuran payudara, warna kulit, dan ruam di daerah putting antara payudara kiri dan kanan.
- PERIKSA segala hal keanehan yang Anda rasakan.