Apa saja yang baru dalam hal perawatan serta masalah gigi dan gusi?
Menurut drg. Rosalina Catarina, Ph.D, prosthodontist di Sahid Sahirman Memorial Hospital, Jakarta, waktu menyikat gigi adalah setelah makan dan sebelum tidur. Namun, kebiasaan baik ini belum dijalani masyarakat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Departemen kesehatan RI, sebanyak 91,1 persen masyarakar Indonesia menyikat gigi setiap hari, 90,7 persen melakukannya saat mandi pagi dan sore. Artinya, hanya 7,3 persen yang mengikuti rekomrndasi untuk menyikat gigi di waktu yang tepat. Salah waktu menggosok gigi menyebabkan penyakit gigi menempati urutan pertama dari 10 penyakit yang paling sering dikeluhkan.
Advertisement
Berita baiknya, “kesadaran individu untuk rutin memeriksakan giginya, sudah lebih meningkat. Pasien saya saja semakin banyak jumlahnya yang dayang tidak hanya ketika giginya sedang bermasalah atau sakit,” kata drg. Rosalina.
Masalah yang timbul akibat salah menyikat gigi misalnya gusi bengkak atau turun. Untuk memperbaikinya, Sahid Sahirman Memorial Hospital menawarkan perawatan gigi menggunakan sinar laser. Selain sebagai pengganti alat bor sebelum penampalan gigi dilakukan, alat ini mampu memperbaiki kelainan pada gusi. Di sisi lain, metode sinar laser sangat membantu pasien yang takut dokter gigi, karena mampu meminimalisir suara, rasa sakit, daerah kerja dan perdarahan.
“Dalam proses menambal gigi biling, fungsu laser untuk membersihkan kuman dan mematikan syaraf. Kalau gusi bengkak, dikempiskan dulu lalu keluarkan cairan di dalamnya. Bisa juga menaikkan gusi yang turun. Namun, setiap metode baru pasti ada sisi positif dan negatifnya. Ada pasian yang mampu menerima sinar laser, ada yang justru menimbulkan alergi. Tidak ada tes pendahuluan, namun alergi yang ditimbulkan tidaklah berbahaya. Hanya rasa gatal yang bisa dihilangkan dengan obat, ya tidak perlu tindakan laser,” kata drg. Rosalina.
Source: GoodHouseKeeping, Edisi September 2011, Halaman 35.
(vem/tik)