Fimela.com, Jakarta Tidak jarang para perempuan merasa minder dengan dirinya sendiri, salah satunya terlahir dengan kulit sawo matang plus rambut berombak. Maka dariitu pun, banyak dari mereka yang kemudian berlomba memutihkan kulit dan meluruskan rambut demi mencapai standar kecantikan yang "dibilang lumrah", memiliki kulit putih dan rambut panjang lurus. Padahal, cantik itu punya beragam versi.
Cantik tidak hanya terbatas dalam satu dimensi saja. Bahkan, tiap daerah di Indonesia memiliki versi cantik yang berbeda-beda. Hal inilah yang menjadi tema event Beauty Gathering Dove di Eastern Opulence Restaurant, Jakarta Selatan, Selasa (25/9). Dalam acara tersebut, Dove mengundang para perempuan hebat tanah air seperti beauty editors, jurnalis senior, fotografer perempuan dan beauty influencer. Mereka saling sharing tentang cantik yang beragam di Indonesia dan gimana caranya membangun lingkungan positif untuk sesama.
Advertisement
BACA JUGA
Hadir juga para speakers yang ikut menghidupkan diskusi ini, mulai dari Senior Brand Manager Dove & Tresemme Miranti Burhan, fotografer profesional Diera Bachir, tokoh perempuan Indonesia Meutia Hatta, pendiri Sokola Rimba Butet Manurung dan psikolog klinis RSJ Sanatorium Dharmawangsa Tara de Thouars.
"Kalau pengalaman saya sebagai fotografer profesional di Indonesia telah membukakan pintu bagi saya untuk bertemu dengan orang-orang yang beragam dan dengan pengalaman yang juga berbeda-beda. Namun, di balik lensa, kecantikan yang beragam itu justru menjadi nilai tambah perempuan Indonesia. Kita itu unik karena kita memiliki kecantikan yang berbeda," ujar Diera.
Tara de Thouars pun memiliki opini tentang apa saja yang menyebabkan rendahnya kepercayaan diri perempuan Indonesia. Sempitnya standar kecantikan yang ditunjukkan di Indonesia menjadi salah satu pemicunya.
"Di mana mereka merasa dirinya tidak mirip dengan standar yang ada, walaupun penduduk Indonesia beragam. Untuk itu saya lihat perlunya kita mengubah pola pikir kita dan standarisasi kita yang terbatas akan kecantikan. Kita harus melihat keberagaman itu justru hal yang baik. Kita semua cantik. Saat diri pribadi juga menyadari dan menerima keberagaman ini, tentu kita juga menciptakan lingkungan yang melihat keberagaman kecantikan sebagai kekuatan dan keunikan," jelas Tara.
Advertisement
Pandangan definisi kecantikan
Sharing terasa semakin inspiratif ketika tokoh perempuan lain saling berbagi pandangan tentang definisi kecantikan masing-masing. Meutia Hatta misalnya ingin melihat perempuan Indonesia melihat keragaman kecantikan ini sebagai kekuatan dan keunikan.
"Kita harus melihat (ke diri sendiri), apa yang saya miliki, saya cantik atau tidak cantik tapi saya punya inner beauty. Inner beauty itu sebetulnya suatu hal yang diperkuat oleh latihan kita untuk membuat diri kita sendiri menjadi lebih baik, bijak, tulus, peduli orang lain, senang lihat orang lain senang, dan tidak suka lihat orang lain susah. Kalau orang punya (sikap) itu maka kecantikannya akan keluar," ucapnya.
Seperti yang dikutip dari Vemale.com, nggak ketinggalan, Butet Manurung juga menceritakan pengalamannya tentang definisi kecantikan yang berbeda selama berada di rimba-rimba nusantara. Kecantikan seorang perempuan memiliki versi yang lebih beragam, tergantung pada budaya dan geografis suatu daerah.
"Di Jambi, dulu mereka bilang saya tidak cantik karena tinggi dan hidung saya terlalu mancung. Jadi, itu saja sudah terbalik. Definisi cantik menurut mereka, wanita itu harus mungil, kecil, pendek, hidungnya pesek. Kalau perempuan terlalu tinggi kayak saya, (di sana) gampang kejedot rumah dan susah nyelip saat manjat pohon," ujarnya.
Cantik dari sisi yang berbeda
Lain halnya di Papua, di mana menurut Butet, perempuan cantik harus pintar mangkar sagu pakai kapak dan menganyam keranjang. Cantik di sana direpresentasikan lewat tangan dan otot yang kuat. Sementara di Batak yang merupakan suku asalnya, perempuan cantik adalah mereka yang memiliki kaki lebar karena berguna untuk menginjak padi. Jadi, Butet menyimpulkan bahwa cantik adalah mahir melakukan hal yang disukai.
Definisi cantik yang beraneka ragam ini juga menjadi salah satu representasi kekayaan Indonesia. Dove dengan menjunjung semangat Bhinneka Tunggal Ika mengadakan kampanye untuk mengajak perempuan Indonesia agar lebih positif lewat #CantikSatukanKita.
Gerakan ini menjadi bagian dari kampanye Real Beauty dan #AkuIndonesia. Lewat Real Beauty yang sudah berjalan sejak tahun 2005, Dove menampilkan perempuan biasa di setiap campaign fotonya tanpa mengedit foto mereka.
"Dove itu melihat bahwa kecantikan itu beragam dan setiap wanita memiliki kecantikan yang unik. Dibandingkan dengan meminimalkan kecantikan ke satu dimensi, kita embrace kecantikan ke dimensi yang berbeda-beda. Makanya, kalau dilihat kita tidak menampilkan model yang memang beneran model, tetapi orang-orang yang sama seperti kita," ujar Ira Noviarti, Personal Care Director Unilever Indonesia.
Selain gerakan #CantikSatukanKita, Dove juga memiliki misi meningkatkan rasa percaya diri perempuan Indonesia lewat Dove Self-Esteem Project. Gerakan ini mengedukasi lebih dari 20 juta remaja tentang rasa percaya diri dan menjadi program edukasi terbesar. Hingga pertengahan tahun ini, Dove sudah berhasil mengedukasi lebih dari 150 ribu remaja Indonesia dan akan terus mengedukasi 20 juta remaja lainnya sampai 2020.