Advertisement
Next
Cerita William bahkan menjadi inspirasi sebuah iklan layanan masyarakat Australia. Dia tampil sebagai model poster para peneliti kesehatan Australia untuk peringatan bahaya minuman ringan yang bisa berakibat pada kerusakan gigi. Sementara itu, pihak produsen minuman ringan Australia tak setuju bila masalah kerusakan gigi dilihat hanya dari satu pendekatan saja. Ini memang bukan pertama kalinya kasus minuman bersoda mencuat. Sejak dulu, sensasi segar minuman bersoda selalu dikaitkan dengan kandungan pemanis dan pewarna buatan, kafein, serta asam fosfat yang berdampak buruk pada kesehatan tubuh. Benarkah begitu? Temukan kebenarannya.
Dari penyebab obesitas sampai osteoporosis….
Sama halnya dengan kerusakan gigi, penyebab obesitas adalah gaya hidup tak sehat. Logikanya, berat badan akan terus bertambah jika kalori yang dikonsumsi lebih banyak daripada yang tubuh bisa bakar, karena itulah perlu keseimbangan antara pola makan dan aktivitas atau olahraga. Jadi, siapa pun bisa mengalami kelebihan berat badan dengan atau tanpa mengonsumsi minuman bersoda jika dia tidak menjaga tubuhnya sendiri. Pengonsumsian minuman bersoda secara rutin tapi diimbangi dengan olahraga teratur dan pola makan terjaga, jelas tidak akan berpengaruh pada berat badan.
Advertisement
Sementara itu, penyakit jantung terjadi akibat gaya hidup tidak sehat, misalnya kegemukan karena jumlah kalori berlebih dalam tubuh, jadi bukan efek langsung dari minuman bersoda. Minuman bersoda pun tak melemahkan tulang. Seperti yang disosialisasikan International Osteoporosis Foundation (IOF), faktor utama penyebab osteoporosis, antara lain, usia, keturunan, menopause, gizi buruk, kurang kalsium dan vitamin D, olahraga tidak teratur, berat badan kurang, rokok, sampai pengonsumsian alkohol yang berlebihan, bukan akibat makanan atau minuman tertentu yang dikonsumsi selama individu itu sehat dan asupan kalsiumnya mencukupi.
Next
Antara minuman bersoda, candu, dan kerusakan gigi.
Mitos! Kandungan kafein pada satu kemasan minuman bersoda lebih rendah dibandingkan kopi dan teh sehingga sama sekali tak menimbulkan ketergantungan. Menurut ahli gizi dan pakar teknologi pangan Made Astawan dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, kadar kafein minuman bersoda per 100 ml adalah 10 gram, sedangkan teh 22,9 gram dan kopi 41,7 gram.
Minuman bersoda, oleh Made, malah disamakan dengan jus buah. Kandungan gula minuman bersoda hampir sama dengan jus buah, yaitu di bawah 50 kkal. Demikian juga dengan kadar keasamannya. Mengenai penyebab kerusakan gigi, memang benar tiap minuman yang memiliki kadar asam dan manis, dari jus sampai minuman bersoda, berpotensi merusak gigi. Namun, itu jika tak didukung upaya menjaga kesehatannya. So, kerusakan gigi bisa terjadi akibat berbagai faktor, tak sesederhana kebiasaanmu mengonsumsi sesuatu. Minuman bersoda jenis diet bahkan menggunakan pemanis sintetis yang tingkat kemanisan mencapai dua ribu kali dari pemanis biasa sehingga penggunaannya lebih sedikit, rendah kalori tanpa mengurangi rasa manis.
Advertisement
Next
Kontroversial, tapi juga bermanfaat!
Minuman bersoda bukannya tak memiliki manfaat untuk tubuh. Bahkan, minuman ini di tengah kontroversinya dipercaya mampu menyembuhkan beberapa penyakit, mulai dari masuk angin sampai sumbatan lambung—atau gastric phytobezoar—yang bisa menyebabkan usus buntu bila tidak segera ditangani. Para peneliti dari University of Athens, lewat jurnal “Alimentary Pharmacology and Therapeutics” menemukan minuman bersoda mampu menyembuhkan sumbatan lambung sampai 90 persen akibat bahan kimia yang terkandung di dalamnya memiliki cara kerja serupa dengan asam lambung, yaitu membantu mencerna serat makanan.
Namun, mengetahui hal ini bukan berarti lantas kita bebas mengonsumsinya. Jaga nutrisi dan kurangi kalori, karena ada baiknya untuk terus mengelola apa yang kita konsumsi dan dikeluarkan oleh tubuh. Sistem metabolisme yang baik dan lancar, otomatis akan memperkecil persentase “tersemat”-nya salah satu penyakit dalam tubuh, efek jangka panjang dari konsumsi minuman bersoda yang berlebihan. Caranya sederhana, lakukan perbandingan jumlah kalori dalam tiap label kemasan minuman yang akan kamu ambil, dan pilih yang paling kecil untuk menjaga jumlah kalori yang kita asup, yang artinya lebih baik beralih dari minuman ringan berkalori tinggi ke rendah atau bahkan tanpa kalori. Dan, yang terpenting tidak mengonsumsinya secara berlebihan.
Next
Aman, asalkan….
Pengonsumsian minuman bersoda dalam jumlah besar tak menutup kemungkinan menimbulkan risiko penyakit tertentu. Meninggalnya seorang perempuan 30 tahun asal Selandia Baru, Natasha Harris, beberapa waktu lalu akibat serangan jantung sempat dikaitkan dengan 10 liter minuman bersoda yang dia konsumsi setiap harinya. Porsi itu jelas melebihi batas aman yang disarankan, yaitu 970 mg kafein dan 1 kg gula atau dua kali lebih besar dari batas wajar kafein dan 11 kali batas wajar asupan gula. Lagi-lagi, atas kasus ini para ahli kesehatan menganjurkan perusahaan-perusahaan minuman bersoda memasang peringatan di kemasan produk mengenai risiko mengonsumsi gula dan kafein dalam jumlah besar. Namun ingat, hanya pengonsumsian dalam jumlah besar yang akan menimbulkan efek samping.
Hal ini pun dibenarkan Made yang kami temui dalam sebuah acara, “Asal tidak berlebihan, tidak masalah mengonsumsi minuman bersoda.” Made pun mengambil contoh satu kemasan minuman dengan takaran saji 250 ml yang mengandung 105 kkal. Tidak akan jadi masalah ketika kita meminum 1 sampai 2 botol minuman bersoda, karena tubuh kita membutuhkan 2.000 kkal tiap harinya. So, buang rasa bersalah pada tubuh ketika sesekali tak tahan menenggak minuman bersoda, karena toh memang terbukti tak berbahaya, hanya saja, dia pun tak memiliki kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh.