Advertisement
Next
Bentuk tubuh mengikuti perubahan status
Harus diakui, badan saya memang nggak sekencang dulu lagi. Tapi, saya sekarang bisa melihat kalau badan ini ada sejarahnya. Saya merasa lebih perempuan setelah hamil, melahirkan, dan punya anak karena membuat segala anatomi yang saya punya menjadi masuk akal. Kenapa saya punya payudara, pinggul, dan lain-lain, itu semua ada fungsinya. Tubuh saya dan semua perempuan lain menjadi semacam media untuk menciptakan makhluk hidup baru, dan itu membuat saya terkagum-kagum. Pandangan saya tentang terlahir menjadi perempuan semakin luas lagi, karena keberadaan kita pun berrmakna penting untuk kelanjutan kehidupan. Kalau tak ada perempuan, bagaimana bisa ada regenerasi?
Advertisement
Stretchmark, selulit, apa itu?
“After effect” dari sudah berbadan dua adalah dua hal itu. Saya pun memilikinya, ada sedikit stretchmark dan selulit “tertinggal” di tubuh saya. Tapi itu nggak masalah untuk saya, karena perempuan itu nggak harus kurus dan sempurna. Yang wajib adalah kita harus sehat secara fisik dan mental, karena tuntutan pada perempuan itu banyak banget. Menjadi istri, ibu, dan pengurus rumah tangga, perempuan itu mengurus segala-galanya. Untuk bisa multitasking seperti itu, apalagi yang dibutuhkan kalau bukan sehat?
Hidup bukan untuk makan
Porsi makan saya nggak banyak, karena saya hanya makan mengikuti kebutuhan tubuh saya. Bukan kuantitas yang penting, tapi kualitasnya. Contohnya, satu buah pisang saja cukup untuk saya, karena selain mengganjal rasa lapar, juga memberi asupan gula supaya saya berenergi. Perlu juga untuk tahu mana yang nggak baik untuk tubuh, seperti gula buatan semacam permen dan makanan manis lainnya, yang cepat membuat saya gemuk, ya saya jauhi. Biasanya, saya makan mengikuti jadwal kegiatan, seperti kalau saya padat seharian bekerja, maka saya akan makan pasta untuk makan siang. Lagi-lagi, tidak harus makan dalam porsi besar, tapi asal asupan itu masuk ke tubuh saya, maka saya pun yakin kalau nggak collapse sampai akhir hari karena sudah punya asupan tenaga.
I need my beauty sleep!
Selain makan, tidur adalah sumber kekuatan saya. Tidur siang sudah pasti sudah nggak bisa karena kesibukan, makanya saya maksimalkan tidur malam. Mungkin memang nggak lama, tapi asal deep sleep dan berkualitas, itu sudah cukup. Oleh karena itu, saya mengonsumsi pil homeopatik dari bahan-bahan alami untuk membuat tidur saya pulas di dua hari pertama saat jet lag. Jadi, walau cuma tidur 4 jam, kualitasnya seperti tidur 8 jam.
Next
Less makeup, much happier
Ini perkataan jujur saya. Bahagianya nggak tinggal di Indonesia lagi adalah less is really more. Itu bukan cuma istilah, karena kosmetik digunakan untuk menggarisbawahi kecantikan, bukan menutupi. Ketika riasan mata saya sudah tajam, seimbangkan dengan lipstik yang netral, atau sebaliknya. Apa yang terlihat di penampilan saya sekarang sudah pasti adalah hasil pembelajaran dari saya di masa lalu. Saya nggak akan mengulangi “kebodohan” saya yang mengeritingkan rambut, tapi poni tetap lurus atau riasan kacau saya di zaman dulu.
Senangnya lagi tinggal di negara Barat adalah saya bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dengan omongan orang. Waktu saya konser pertama kali di Indonesia setelah go International di tahun 2001 dan beberapa orang beranggapan “Kok makeup Anggun segitu aja? Kok baju Anggun sederhana banget?”, saya nggak ambil pusing, karena saya maunya begini dan memang seperti inilah saya. Saya egois dengan diri saya sendiri, yang berarti saya tahu apa yang saya mau dan suka. Ada sisi jeleknya juga sebenarnya, yaitu kalau terlalu terbiasa saya jadi orang yang nggak sensitif dengan sekitar. Nah, di sinilah saya harus pintar-pintar menyeimbangkannya, dengan “egois” dalam hal apa yang nyaman untuk diri saya, tapi tanggap bila bersangkutan untuk kepentingan orang banyak seperti lingkungan dan kesehatan.
My kind of heaven
Saya punya surga dunia sendiri, yaitu kalau saya bisa kumpul bertiga dengan suami dan anak. Setiap pagi, sekitar jam 6, Kirana itu biasanya masuk ke kamar saya dan menyelinap di antara mama dan papanya. Ngusel-ngusel seperti itu saja sudah buat hari saya indah banget. Menciumi dan memeluk Kirana, mengelus kulitnya, itu saja sudah buat saya bahagia banget. Nggak ngerti juga kenapa anak kecil itu baunya enak hahaha… Harus perlu saya syukuri bahwa kebahagiaan sederhana semacam itu sudah membuat saya bahagia secara jiwa dan raga.
Budaya nyalon, bukan untuk saya
Saya itu sangat low maintenance, nggak punya dan nggak bisa ke ke salon secara rutin karena nggak punya waktu. Rambut tetap menjadi aksesori terpenting, tapi saya merawatnya dengan sangat simple, cukup pakai shampoo dan conditioner yang produknya saya wakili hingga sekarang. Bukan beriklan, tapi produk yang saya pakai selama ini memang produk yang bagus, yang bisa menjadi “penjaga” rambut saya walaupun rambut sering disiksa dengan flat iron dan hair dryer. Saking pentingnya rambut, ketika akan mem-posting foto di Twitter rambut saya harus yakin bagus dulu. Muka nggak berdandan tak masalah, asal rambut oke, post it!