Advertisement
Next
Jakarta Saya dan make up�
Saya adalah perempuan yang takut mengenakan make up. Saya takut apa dengan efek sampingnya ke kulit saya bila membiarkan sesuatu menempel di kulit wajah saya untuk satu waktu yang lama. Makanya, saya jarang pakai foundation dan hanya mau memakainya bila akan menghadiri acara penting. Pokoknya, prinisip saya adalah seminimal mungkin bersentuhan dengan make up.
Advertisement
Perempuan cantik ketika mereka berdaya
Istilah pemberdayaan perempuan atau woman empowerment adalah isu yang dekat dengan saya. Setiap desain baju saya bukan menjual tren, melainkan cerita di baliknya. Seperti batik yang bahannya produksi asal Sidoarjo tempat terjadinya Lumpur Lapindo dimana motif batiknya menyerupai tetesan-tetesan lumpur. Selalin memperkenalkan hasil kreasi warga di sana, saya juga membuat mereka produktif. Proyek saya selanjutnya adalah membuat label aksesori yang pengerjaanya dibuat di sebuah desa di kawasan Purwokerto, Jawa Timur, oleh gadis-gadis remaja yang tidak memiliki pekerjaan. Selain berlatar belakang misi bisnis, saya memiliki keinginan untuk memberdayakan perempuan yang notabene masih sangat produktif asalkan diberikan kesempatan dan lapangan pekerjaan. Saya nggak hanya menaruh rasa prihatin dengan keadaan seperti itu, tapi saya mencoba melakukan sesuatu yang bisa memberdayakan dan menaikkan derajat mereka.
Saya takut tua!
Ketakutan saya pada make up juga didasarkan pada kekhawatiran saya kalau kerutan akan datang lebih cepat bila kulit ini dilapisi dengan foundation atau pemakaian blush on yang terlalu sering. Di kepala saya, make up itu sangat berat dan membebani kulit wajah saya. Makanya, saya pun selalu langsung membersihkan muka ketika baru bepergian dengan sebersih-bersihnya, supaya nggak menyisakan apapun di kulit saya. Saya takut kerutan datang lebih cepat, ditambah lagi usia saya akan beranjak ke angka 40 di tahun depan.
Penggila warna-warna terang
Saya suka sekali dengan warna biru dan hijau untuk riasan mata. Tapi, lagi-lagi , ketakutan saya pada make up sedikit membuat saya menahan keinginan untuk bereksplorasi dengan warna-warna itu. Sebagai �pelampiasan�nya, saya sangat playful, imajinatif, dan terbuka dengan kreasi make up warna-warni untuk fashion show saya. Memang itu membuat pertunjukan kreasi saya terlihat nggak down to Earth, tapi itu jujur membuat saya sangat bahagia. Bermain dengan warna membuat saya senang banget.
Next
My hair, my rules
Beda ceritanya untuk urusan rambut, saya sangat berani berekplorasi untuk mewarnai rambut. Saya harus mengganti warna rambut setiap tiga minggu sekali atau paling lama sebulan sekali. Bagi saya, ketika rambut saya sudah berwarna, maka saya nggak perlu repot memikirkan harus menata rambut seperti apa. Wajah saya sudah langsung otomatis terlihat segar dengan warna rambut yang cerah.
Untuk potongan pendek, ini didasarkan atas kepraktisan. Saya harus bertemu banyak orang setiap harinya dan itu memerlukan penampilan yang selalu terjaga rapi. Rambut panjang benar-benar bukan untuk saya, karena karakter rambut saya yang lepek dan tidak bervolume. Sampai saat ini, saya belum pernah mencoba mewarnai rambut dengan warna ungu dan harus bersabar dulu menunggu cat rambut berwarna biru habis, baru coba warna lain. Untuk hairdresser, saya cocok dengan Michael Zimbalist karena dia sangat berani bereksprimen dengan warna, sama seperti saya, dan ia selalu menyempatkan membelikan cat rambut dengan karakter warna yang kuat ketika dia bepergian ke luar negeri. Sebelumnya, saya menjadi klien Willy Wahyudi tapi harus berpindah hati ke hairdresser lain karena dia kurang suka bermain warna.
Perawatan rambut tetap nomor satu
Rambut menjadi aset penting untuk kepercayaan diri saya. Karena sering sekali diwarnai, saya selalu ditanyai bagaimana perawatannya agar tidak rusak. Padahal aslinya, saya cuma keramas rutin biasa dan mengaplikasikan vitamin saat rambut di-bleaching. Kondisi rambut saat itu sedang terbuka dan kosong, sehingga nutrisi dari hair treatment itu bisa langsung terserap dengan baik. Selain itu, ada untungnya juga saya tak pernah berambut panjang, sehingga rambut tidak sempat rusak dan selalu digantikan dengan rambut baru.
Trik lainnya, saya nggak pernah mewarnai rambut mengenai akar rambut, pasti memberi jarak 1,5 sentimeter sehingga pada dasarnya saya hanya mewarnai batang rambut. Dengan trik-trik ini, saya yang rutin mewarnai rambut, nggak memiliki masalah. Prinsipnya, semakin eksploratif warna rambut saya, semakin membuat saya percaya diri. Mix don�t match, prinsip saya hahaha�
Bertahan kekanak-kanakan itu membuat bahagia�
Resep bahagia saya ada satu lagi, yaitu tampil menjadi apa adanya. Contohnya, saya punya sifat yang kekanak-kanakan yang nggak pernah berubah hingga sekarang. Makanya, saya mendapat julukan �anak sulung� dari suami saya karena saya nggak ubahnya dengan dua putri kami. Itu juga sebabnya anak-anak saya suka sekali bermain bikin kue atau boneka dengan saya, karena seru seperti bermain dengan teman-teman sepantaran mereka hahaha� Menurut saya itu bukan hal yang buruk, karena itu menyenangkan dan membahagiakan orang-orang di sekitar saya. Bagi saya, saya nggak cantik secara fisik, namun ketika bisa membuat orang tertawa dan betah dengan adanya kehadiran saya, perasaan menyenangkan itulah yang saya deskripsikan �cantik�.