Advertisement
Next
Masalah kulit sang pembalap…
Sebagai pembalap, saya nggak bisa lepas dari debu dan berpanas-panasan di bawah matahari terik. Itu sempat membuat kulit saya berjerawat cukup parah dan harus berobat ke berbagai dokter kulit, tapi nggak memperlihatkan hasil yang nyata. Ternyata, solusi dari masalah kulit saya adalah dengan cukup mengatur makan dan menjauhi sebisa mungkin makanan berlemak. Hasilnya, saya sudah beberapa bulan terakhir ini tidak menggunakan obat apapun dan kulit saya malah semakin membaik. Untuk perawatan rutin, skin care saya didominasi oleh Bobbi Brown karena itu yang paling cocok daripada merk lain yang pernah saya coba. Tapi, walaupun sudah punya serangkaian perawatan wajah itu, sering lupa saya pakai sebelum bertanding dan akhirnya keesokan harinya muka belang. Ya, itulah efek sampingnya berprofesi yang berkebalikan dengan jenis kelamin, suka nggak sadar kalau kulit perempuan saya butuh dirawat.
Advertisement
Wangi produk perawatan kulit untuk mood saya…
Ketimbang menggunakan body lotion biasa, saya lebih suka menggunakan body butter yang lebih padat teksturnya karena kulit tubuh sangat kering, berbeda banget dengan kulit wajah yang sangat berminyak. Untuk aroma, saya cukup teliti memilihnya,karena nggak ingin terlalu harum menusuk dan mirip seperti parfum mobil. Makanya saya kurang suka dengan aroma lemon atau jeruk. Wangi ceri paling saya suka.
Saya masih perempuan tulen!
Kebut-kebutan di arena balap, saya masih sangat perempuan dengan senang sekali ke salon. Perhatian utama saya adalah rambut, karena panjang dan tebal, sehingga harus rutin hair spa. Untuk mengeringkan rambut lalu melakukan blow sendiri, saya butuh waktu satu setengah jam, makanya saya sering “melarikan diri” ke salon untuk mendapatkan pertolongan, dan itu bisa sampai tiga kali seminggu. Bahkan, sering juga saya hair spa sendiri di rumah, lalu ke salon untuk dicucikan dan di-blow. Kalau soal potongan rambut, saya nggak terpikir untuk memotongnya, karena rambut panjang inilah satu-satunya hal yang paling feminin yang bisa saya punya dengan berprofesi sangat macho. Pengorbanan memang, karena zona kerja saya sangat nggak bersahabat untuk rambut panjang, tapi tidak apa-apa.
Saya merasa telanjang tanpa…
Cat kuku! Saya bisa sangat nggak percaya diri karena nggak memakai warna apapun di atas kuku saya, seperti sekarang saat melakukan wawancara ini, rasanya ingin terus menekuk jari atau menyembunyikannya supaya nggak terlihat. Baru sekitar dua tahun terakhir ini saya adiktif dengan nail polish, padahal awalnya hanya iseng mewarnai kuku, ternyata malah ketagihan. Sampai sekarang, saya memiliki 60 botol cat kuku dengan range warna bervariasi, tapi sekarang ini sedang sangat menggilai yang serba glitter. Terlalu suka dengan cat kuku, saya bisa ganti warna sampai tiga kali dalam semingu. Saya paling nggak tahan mendiamkan cat kuku yang terkelupas walaupun cuma sedikit. Pasti langsung saya hapus dan diganti dengan warna baru. Untuk pilihan, OPI tetap brand yang paling bagus untuk saya. Bukan karena soal mahalnya, tapi dari kualitas kuas dan warnanya yang bisa didapatkan secara optimal hanya dengan sekali ulas, tidak seperti merk lain yang perlu berkali-kali pemakaian. Karena kuku jadi seperti pakaian kedua saya, makanya manicure-padicure juga menjadi alasan senang nyalon.
Next
Semua perempuan pasti mengeluhkan figur badannya…
Termasuk saya, yang merasa masih punya kekurangan dimana-mana dalam hal fisik. Tapi, daripada terus mengeluh, saya berbalik mengagumi bagian tubuh yang saya paling suka, yaitu kaki. Menurut saya, kaki jenjang saya adalah sebuah berkah, karena tanpa melakukan apa-apa sudah bisa sebagus ini. Selain itu, ada untungnya juga saya memilih profesi di bidang sangat laki-laki seperti ini, karena saya selalu dianggap kecil bila dibandingkan dengan pembalap laki-laki. Nah, keuntungannya adalah pekerjaan saya ini malah menuntut saya untuk makan banyak. Ada standar berat badan yang harus diikuti oleh setiap pembalap sebelum bertanding agar bisa mengimbangi massa mobil yang dikendarai. Saya yang biasanya 51 kilogram, menambah dua kilogram sebelum tanding agar bisa bertambah berat badannya. Rasanya seperti surga, karena saya suka sekali makan!
Pola diet yang menyenangkan…
Saya dulu adalah pecinta daging merah, bisa sering sekali makan steak. Namun suatu hari muncul ide untuk berhenti makan itu, awalnya karena hanya ingin melihat apa yang terjadi pada tubuh saya kalau berhenti mengonsumsi daging merah. Dari seminggu, sebulan, bulan depan saya genap setahun bebas dari daging merah. Hasilnya, kulit saya lebih bagus setelah berhenti makan itu dan tubuh saya menolak bila mencoba lagi makan daging. Senang sih akhirnya bisa lepas dari makanan favorit yang sering jadi penyebab jerawat saya, namun terkadang merasa aneh juga karena makanan yang dulunya saya nikmati, sekarang saya hindari karena nggak suka. Pola diet yang lain adalah makan buah sebanyak-banyaknya untuk mengimbangi kegilaan saya pada keju dan cokelat. Setiap hari saya harus makan keju atau cokelat. Bila tidak, saya bisa sangat senewen dan nggak bahagia. Jadi, daripada cranky, saya selalu memuaskan keinginan makan keju atau cokelat dan makan buah serta olahraga teratur.
Saya mencari olahraga yang tidak membosankan…
Untuk menyenangi berolahraga, kita harus mencari jenis latihan mana yang membuat bosan. Saya pribadi kurang suka berolahraga di gym karena membosankan. Makanya, saya lebih suka olahraga outdoor seperti jogging atau berkuda, dan yang menantang seperti boxing. Selain itu, saya juga yoga karena baik untuk inner side. Frekuensinya, saya yoga seminggu tiga kali, berkuda dan boxing seminggu dua kali. Inilah enaknya punya banyak pilihan olahraga favorit, dalam seminggu saya bisa mengombinasikan mau olahraga apa. Olahraga-olahraga yang membuat saya berkeringat ini, juga punya after effect yang bagus, yaitu membuat saya merasa cantik dan seksi.