Advertisement
Next
Dan itu makin dijaganya ketika ia sudah memasuki usia dewasa dimana lingkungan sosialnya yang makin meluas dan berbagai kepribadian orang yang mengelilinginya. Untuknya, tampil cantik nggak harus selalu memenuhi standar umum kecantikan.
“Sekarang, saya memang harus tahu betul dengan keadaan tubuh saya ketika memasukkan sesuatu. Ketika dulu masih remaja, saya nggak ambil pusing dengan kandungan makanan dan segala macamnya. Saya juga menganggap bahwa tulisan di majalah atau saran orang yang bilang kalau setelah usia 30 harus lebih hati-hati mengonsumsi sesuatu, saya mengiranya itu hanya bahan omongan biasa. Ternyata, saya rasakan sendiri perbedaan tubuh saya setelah menginjak umur 26 dan semua itu benar adanya. Makanya sekarang saya memperhatikan benar apa yang saya konsumsi, seperti apa benar kita butuh 80% karbohidrat daripada mineral? Makan banyak sayur daripada lauk, juga menyenangkan kok ternyata,” ujarnya.
Fasih berbicara tentang konsumsi makanan, apa karena ia kecanduan diet? Ia menggeleng. Menurutnya, ini adalah caranya untuk tetap sehat, that’s all.
Advertisement
“Ini bukan gaya hidup tapi cara hidup sehat yang sebenarnya nggak harus mahal. Selain lebih banyak makan sayur daripada lauk, saya sekarang juga makan nasi merah yang malah menulari orang serumah. Selain itu, supaya minum air putihnya makin semangat, saya beri irisan mentimun agar baunya lebih segar. Dari hal-hal yang kecil yang menyehatkan itu, saya merasakan sendiri efeknya. Dulu tubuh saya dengan mudahnya melebar dan mengecil, sekarang jadi lebih stabil,” akunya.
Oke, bila ini bukan gaya hidup atau bukan atas dasar diet, kenapa ia melakukan hal-hal tersebut? Ternyata, ia pun pernah menjadi sasaran komentar orang lain tentang penampilan fisik, yang sempat membuatnya ”tersesat” dan nggak tahu harus seperti apa agar dipuji bagus.
“Jadi perempuan itu memang nggak gampang, karena kita selalu aware dengan diri kita, self concious-nya tinggi banget. Belum lagi kita selalu dikritik orang lain tentang penampilan. Saya pun mengalami itu, yang tiap ketemu orang yang berbeda-beda, dapat komentar yang berlainan. Ada yang bilang kurusan, gemukan, lebih tembam, dan sebagainya. Ketika saya dibilang gemuk, saya olahraga keras sampai bisa kurus, tapi ketika sudah kurus, malah dapat penilaian kalau saya lebih bagus gemuk," kisahnya.
Next
"Belajar dari sini, kita memang nggak bisa mengesankan semua orang, jadi ikuti saja apa yang paling benar menurut kita sendiri sebagai pemilik tubuh. Kalau gaining some weight menurut kita bagus, ya bertahanlah seperti itu. Toh, omongan orang lain tentang penampilan kita hanya terdengar 2 menit, selanjutnya orang itu nggak ada lagi,” katanya santai.
“Sebenarnya, yang paling bikin saya down adalah kalau dapat komentar semakin kurus, karena asumsinya saya sedang stress dan nggak bahagia. Padahal, bawaan keluarga saya memang bertubuh kurus, bahkan saya dapat julukan seperti wayang dari tante saya saat kecil. Semakin dewasa, saya semakin yakin bahwa badan itu sudah ditentukan oleh Tuhan, dikasihnya berbeda-beda dari orang lain.
Saya ya seperti ini saja, yang nggak mau putih dan menurut saya memang nggak cocok juga berkulit putih. Atau, dari ukuran payudara yang seadanya seperti ini, nggak mau saya paksakan dengan memakai push up bra ukuran di bawah normalnya saya, yang mungkin malah buat saya kelihatan aneh eperti pemain rugby. Intinya, kalau kita bisa merawat apa yang sudah dikasih, sebenarnya juga sudah cukup membuat kita senang dan bisa terasa di orang-orang sekitar kita yang melihat kita nyaman dengan tubuh kita sendiri. Makanya menurut saya, nggak perlu ada standar khusus kecantikan dengan payudara besar atau perut ramping pinggang kecil. Saya bisa gila kalau diberlakukan rumus seperti itu,” celotehnya.
Jadi, apa yang kini membuatnya yakin dan bisa menutup kuping dari komentar orang lain tentang penampilan fisiknya?
“I’m happy if I look good. Bagus menurut saya ya apa yang saya rasa enak dan menyenangkan. Perempuan itu lebih dari hanya penampilan. Saya pernah kerja di majalah dan tahu bagaimana mereka yang tampil di majalah bisa terlihat sempurna. Semuanya itu sudah dikoreksi dengn Photoshop. Mana ada manusia yang terlahir dengan warna kulit yang rata? Kita, perempuan, bisa lebih dari sekadar warna kulit atau tampil cantik. Hidup itu memang nggak selalu menyenangkan. Tapi, kalau kita bisa mencintai apa yang sudah diberikan, life will give the best. I’m so in love with life. If I could live for hundred years, I want to,” tutupnya.