Sukses

Parenting

Anak Tak Butuh Kebohongan I

Vemale.com - Tak ada white lies. Bohong tetap saja bohong.

Menurut Anna Surti, M. Psi atau Nina, Psikolog Keluarga dan Anak, lulusan dari Universitas Indonesia, berbohong berarti mengatakan sesuatu yang tidak benar. Bila dielaborasi lagi, yang disebut mengatakan belum tentu menyebutkan secara verbal, tapi bisa juga secara tertulis, termasuk menyiratkan dengan gerak tubuh. Tidak benar adalah sesuatu yang tidak sesuai fakta, tapi bukan yang sifatnya mengkhayal. Berbohong adalah suatu tindakan yang tidak dibenarkan. Setiap hari di TV, ada saja berita yang menceritakan orang-orang yang diganjar hukuman, karena tidak berkata atau berbuat jujur. Semua orangtua maupun guru di sekolah menekankan pada anak-anak untuk selalu berkata jujur.

Namun, di sisi lain, sebuah penelitian di Inggris menemukan fakta yang cukup mngejutkan bahwa orangtua seringkali berkata bohong kepada anak-anaknya. Bila diterjemahkan dalam angka, tercatat setidaknya orangtua pernah mengatakan 3000 kebohongan saat anak-anak masih kecil. Kebohongan dilakukan dengan alasan untuk kebaikan, misalnya agar tidak menyakiti atau membuat diri mereka sendiri dan anak-anak merasa lebih baik.

Nina mengiyakan bahwa berbohong sering dilakukan orangtua, baik bohong baik maupun buruk. Bohong baik (white lies) biasanya dilakukan untuk menutupi, atau melindungi fakta, karena menganggap lawan bicaranya kurang layak mendapatkan kebenaran. Lebih parah lagi bila orangtua menganggap bahwa berbohong adalah cara yang paling baik untuk menghadapi anak. “Padahal bila orangtua paham dan menguasai teknik memberitahui fakta, tidak perlu berbohong sama sekali. Misalnya saat memujuk anak makan sayur. Ceritakan saja bagaimana sayur membuat bagian tubuh tertentu lebih sehat, tapi harus dimakan terus-menerus dan porsinyapun sesuai kebutuhan. Tentu saja tidak bisa langsung sehat seperti Popeye,” jelasnya.

Bersikap Kreatif Atau Tunda

Akibat yang paling fatal dari berbohong kepada anak adalah anak memahami fakta yang salah. Selain itu, ketika kita tahu bahwa yang diceritakan salah, rasa percaya anak kepada orangtua mungkin saja berkurang, sehingga akhirnya tidak percaya sama sekali. Selanjutnya, anak akan cenderung membangkang dan tidak mau menurut. Akibat lainnya, ia akan belajar melakukan hal yang samam yaitu berbohong ketika suasana sedang tidak nyaman untuk berkata jujur, baik secara sadar atau tidak, karena sudah mendapat contoh. Termasuk saat ia mendapat nilai ulangan jelek, berteman dengan orang yang tidak baik, dan melakukan sesuatu yang tidak disetujui orangtua.

Berbeda ketika orangtua sudah mengajarkan dan mencontohkan kejujuran, walaupun pahit. Anak merasa tetap disayang dan didukung sehingga  tetap jujur mengatakan hal-hal yang kurang menyenangkan. Anak yang demikian, sampai dewasa cenderung memiliki sikap jujur.

Richard Templar dalam bukunya The Rules of Parenting, mengatakan bahwa orangtua bisa mengungkapkan kebenaran dengan cara yang sesuai usia anak, kematangan emosi dan bukan kejadian sesungguhnya bisa mengakibatkan hal yang lebih buruk. Anak akan membentuk opini sendiri yang membuat mereka khawatir. Nina menekankan, sebaiknya orangtua menceritakan dalam bahasa yang mudah dan sederhana. Dengan contoh yang bisa dilihat dan diraba anak supaya jadi contoh konkrit. “Misalnya bicara tentang kematian nenek. Kita bisa memberitahukan bahwa nenek meningkal. Singkat dan sederhana kan? Ketika bungung mintalah ia melihat nenek sebagai contoh konkrit. 'Coba lihat nenek, seperti tidur, ya, tapi sudah tidak bangun lagi',” jelas Nina.

Orangtua ibarat dunia bagi anak. Bersikap jujur jauh lebih baik, karena melibatkan dan mengajak anak-anak terbiasa bahwa kejadian buruk benar-benar tidak dapat dihindari. Saat anak sudah semakin besar, pertanyaan mereka akan semakin banyak. Bila Anda mersa belum waktunya untuk memberitahu terlalu banyak informasi, jangan ragu menunda, dengan mengatakan, “Sayang, Mama akan menceritakannya nanti kalau kamu sudah agak besar, ya.”

Artikel selanjutnya Anak Tak Butuh Kebohongan II

Source: GoodHouseKeeping, Edisi September 2011, Halaman 46.

(vem/tik)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading