Jika kita mendengar kata pesantren, mungkin yang terlintas di pikiran kita adalah nuansa agamis atau rutinitas ketat dan berbasis Islami. Penghuni pesantren lekat dengan kegiatan mengaji, shalat dan kegiatan rohani lainnya. Namun tahukah Anda bahwa ternyata fakta ada tidak seindah itu. Ada sisi hitam yang cukup mengejutkan di balik kokohnya tembok pondok pesantren.
Salah satu istilah yang paling kita kenal adalah mairil, atau homoseksual versi pesantren. Fenomena ini berhasil diungkap dengan apik oleh Syarifuddin lewat bukunya yang berjudul ‘Mairil, Sepenggal Kisah Biru di Pesantren. Dalam buku yang diterbitkan tahun 2005 ini, penulis benar-benar menyuguhkan bagaimana ketatnya aturan di pondok pesantren justru mendorong para santri untuk melakukan aktivitas seksual dengan sesama santri.
Tindakan ini dilakukan pelaku saat korban sedang tertidur lelap di malam hari, sehingga korban tidak akan menyadari bahwa dia telah jadi pelampiasan nafsu orang lain. Tentu saja tindakan yang bisa dikategorikan pelecehan seksual ini dilakukan secara sembunyi. Tak hanya terjadi di kalangan santri, ternyata fenomena ini mungkin juga sempat terjadi di asmara santriwati.
Advertisement
Uniknya, fenomena seperti ini ternyata hanya terjadi selama pelaku belajar di pondok pesantren. Setelah dia keluar dari pintu pondok, mereka meninggalkan kebiasaan itu dan kembali pada orientasi seksual normal. Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa perbuatan ini terjadi karena didorong oleh libido seksual yang sedang tak terkendali.
Oleh: Pelangi Permatasari
(vem/riz)