5 Efek Samping Anxiety yang Patut Diwaspadai

Ajeng Yuniarta diperbarui 23 Des 2024, 15:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Kesehatan mental menjadi topik yang semakin penting untuk dibahas di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan. Salah satu gangguan mental yang kerap dialami banyak orang adalah anxiety atau kecemasan berlebihan. Meskipun perasaan cemas adalah hal yang wajar sebagai bagian dari respons tubuh terhadap situasi tertentu, kecemasan yang berkepanjangan dan tidak terkendali dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik maupun mental seseorang.

Sering kali, kecemasan yang tidak diatasi akan berkembang menjadi gangguan kecemasan atau anxiety disorder. Efek sampingnya tidak hanya memengaruhi pola pikir, tetapi juga gaya hidup dan hubungan sosial penderitanya. Sayangnya, tidak semua orang menyadari bahwa kondisi yang mereka alami adalah bentuk dari kecemasan yang membutuhkan perhatian khusus.

Dari sulitnya keluar rumah hingga gangguan tidur seperti insomnia, efek samping anxiety ini dapat menghambat produktivitas dan kebahagiaan seseorang. Untuk itu, penting memahami berbagai dampak yang ditimbulkan agar dapat segera mencari pertolongan atau solusi yang tepat. Berikut adalah lima efek samping anxiety yang patut diwaspadai

What's On Fimela
2 dari 6 halaman

1. Takut Keluar Rumah

Ilustrasi stres, depresi, anxiety, lelah bekerja. (Photo By Unsplash)

Rasa takut atau enggan meninggalkan rumah adalah salah satu dampak anxiety yang paling sering dirasakan. Kondisi ini dikenal sebagai agorafobia, yaitu ketakutan berlebihan terhadap tempat atau situasi yang dianggap tidak aman. Penderita biasanya merasa takut mengalami serangan panik atau tidak dapat mengontrol diri di luar rumah.

Ketakutan ini tidak hanya terbatas pada tempat yang ramai, seperti pusat perbelanjaan atau transportasi umum. Bahkan, tempat yang relatif sepi sekalipun bisa menjadi pemicu kecemasan. Akibatnya, penderita merasa terjebak dalam rutinitas monoton di rumah, yang justru memperburuk kondisi mental mereka.

Dampak jangka panjang dari kondisi ini sangat merugikan. Selain menurunkan kualitas hidup, penderita sering kali kehilangan peluang untuk berkembang, seperti berkarier, bersosialisasi, atau menikmati hal-hal baru.

3 dari 6 halaman

2. Cemas Bertemu Orang

Ilustrasi depresi, stres, social anxiety disorder. (Photo by Liza Summer: https://www.pexels.com/photo/unrecognizable-upset-lady-embracing-knees-sitting-on-chair-6382642/)

Kecemasan sosial adalah salah satu efek samping anxiety yang paling mengganggu. Dalam situasi sosial, penderita sering kali merasa terancam, takut dihakimi, atau khawatir akan melakukan kesalahan yang memalukan. Hal ini dapat terjadi bahkan dalam interaksi sederhana seperti berbicara dengan teman, rekan kerja, atau bahkan keluarga.

Sebagian penderita mengalami gejala fisik seperti gemetar, berkeringat, atau detak jantung yang sangat cepat saat berhadapan dengan orang lain. Kondisi ini membuat mereka cenderung menghindari situasi sosial dan lebih memilih untuk menarik diri dari pergaulan.

Efeknya bisa sangat serius. Isolasi sosial sering kali membawa penderita ke dalam lingkaran depresi yang lebih dalam. Selain itu, kurangnya hubungan sosial yang sehat juga dapat memengaruhi perkembangan karier dan kualitas hidup secara keseluruhan.

4 dari 6 halaman

3. Tidak Nafsu Makan

Ilustrasi Ilustrasi social anxiety disorder, gangguan kecemasan. (Photo by JESSICA TICOZZELLI: https://www.pexels.com/photo/woman-in-face-mask-touching-head-in-anxiety-5670759/)

Anxiety juga berdampak pada kesehatan fisik, salah satunya adalah hilangnya nafsu makan. Ketika seseorang mengalami kecemasan, tubuh mereka memproduksi hormon stres seperti kortisol, yang dapat memengaruhi sistem pencernaan. Perasaan mual, perut terasa penuh, atau tidak ada keinginan untuk makan adalah gejala yang umum terjadi.

Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan berat badan yang drastis, kekurangan gizi, dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Selain itu, pola makan yang tidak teratur juga memengaruhi energi sehari-hari, membuat penderita sulit berkonsentrasi atau menyelesaikan pekerjaan.

Untuk mengatasi efek ini, penderita sering kali memerlukan bantuan dari profesional, seperti ahli gizi atau terapis, yang dapat membantu mereka mengembangkan kebiasaan makan yang sehat meskipun berada di bawah tekanan kecemasan.

5 dari 6 halaman

4. Insomnia

Ragam masalah dan solusi masalah tidur yang kerap dialami banyak orang selama pandemi Corona berlangsung. | pexels.com/@cottonbro

Salah satu efek samping anxiety yang paling umum dan sering kali tidak disadari adalah insomnia atau gangguan tidur. Ketika seseorang terus-menerus merasa cemas, otaknya sulit untuk “beristirahat,” bahkan ketika tubuh sudah merasa lelah.

Pikiran yang terus menerus berputar, apakah itu tentang kekhawatiran akan masa depan, rasa takut akan kegagalan, atau bahkan hal-hal kecil yang seharusnya tidak menjadi masalah besar yang mana pula membuat penderita sulit tidur. Bahkan jika mereka akhirnya tertidur, kualitas tidurnya sering buruk, sehingga tubuh tidak benar-benar mendapatkan waktu untuk pulih.

Insomnia akibat anxiety menciptakan lingkaran setan. Kurang tidur memperburuk gejala kecemasan, yang pada gilirannya membuat tidur semakin sulit. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan gangguan serius pada kesehatan fisik dan mental, seperti melemahnya daya tahan tubuh, penurunan konsentrasi, dan depresi.

6 dari 6 halaman

5. Gampang Capek

Ilustrasi insomnia, susah tidur. (Photo by Kinga Cichewicz on Unsplash)

Penderita anxiety sering mengeluhkan rasa lelah yang berlebihan, bahkan tanpa melakukan aktivitas fisik yang berat. Kondisi ini disebabkan oleh tubuh yang terus-menerus berada dalam keadaan siaga. Sistem saraf otonom mereka aktif secara berlebihan, menghasilkan respons “lawan atau lari” yang konstan.

Akibatnya, energi tubuh cepat habis, otot terasa tegang, dan muncul rasa lesu sepanjang hari. Kondisi ini juga diperparah oleh kurangnya tidur berkualitas dan pola makan yang buruk, yang sering kali menyertai anxiety.

Rasa lelah yang kronis ini membuat penderita sulit menjalani aktivitas harian, seperti bekerja, belajar, atau bahkan sekadar bersosialisasi. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mengarah pada burnout atau kelelahan emosional yang lebih serius.

Ingatlah bahwa meminta bantuan adalah langkah awal menuju kesembuhan. Kamu tidak sendiri, dan ada banyak dukungan yang tersedia untuk membantumu menjalani hidup yang lebih baik dan bebas dari belenggu anxiety.