Korakrit Arunanondchai Hadirkan Pameran Tunggal Perdana di Indonesia

Azura Puan Khalisa diperbarui 13 Des 2024, 11:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Pameran tunggal pertama Korakrit Arunanondchai di Indonesia, berjudul Sing Dance Cry Breathe | as their world collides on to the screen, akan dibuka di Museum MACAN, Jakarta pada 30 November 2024. Pameran ini menawarkan pengalaman seni yang unik dan menggugah dengan menyatukan berbagai elemen visual, suara, dan teknologi. Arunanondchai, yang lahir di Thailand dan kini tinggal di New York dan Bangkok, memanfaatkan medium yang berbeda untuk mengeksplorasi emosi manusia melalui simbolisme dan narasi yang kaya.

Tema pameran ini berfokus pada ketegangan antara keinginan untuk perubahan dan ketakutan akan kehilangan. Dengan mengangkat simbol burung dan ular, seniman menggambarkan konflik antara transformasi dan pemeliharaan, yang juga tercermin dalam berbagai mitos yang menceritakan asal-usul manusia. Arunanondchai menciptakan karya yang tidak hanya menceritakan kisah, tetapi juga menyelami kedalaman emosi manusia yang kompleks, mengundang pengunjung untuk merasakan perasaan tersebut dengan cara yang tidak biasa.

Bukan hanya sekadar pameran seni visual, Sing Dance Cry Breathe juga dirancang sebagai sebuah pertunjukan teater dengan aktor non-manusia. Karakter-karakter simbolis ini berinteraksi dengan audiens melalui suara, lagu, dan gambar, membawa para pengunjung untuk merasakan pengalaman spiritual dan emosional yang lebih dalam. Pameran ini dapat dianggap sebagai ruang yang hidup, di mana pengunjung berperan sebagai bagian dari cerita yang sedang diceritakan.

2 dari 3 halaman

Menyelami Emosi dan Spiritualitas Lewat Karya Arunanondchai

Korakrit Arunanondchai dikenal dengan pendekatan penceritaan yang menyelami emosi manusia dalam berbagai bentuk, baik dalam karya seni maupun konsep spiritual. Foto: Document/KorakritArunanondchai

Korakrit Arunanondchai dikenal dengan pendekatan penceritaan yang menyelami emosi manusia dalam berbagai bentuk, baik dalam karya seni maupun konsep spiritual. Melalui Sing Dance Cry Breathe, Arunanondchai ingin mengajak pengunjung untuk memahami bagaimana emosi dapat diekspresikan dan dirasakan lewat medium yang tidak terduga. Dari lukisan hingga instalasi multimedia, setiap karya dirancang untuk mengungkapkan perasaan kolektif yang ada dalam masyarakat, seakan-akan medium tersebut menjadi saluran untuk menghidupkan kembali emosi yang seringkali tersembunyi.

Menggali ketegangan antara kehendak untuk memperbaharui dan ketakutan untuk melepaskan, Arunanondchai merangkai simbolisme yang sangat kuat, di antaranya burung dan ular. Kedua simbol ini muncul dalam mitologi yang menceritakan tentang asal-usul manusia, sekaligus menggambarkan hubungan manusia dengan alam dan struktur sosial. Pameran ini tidak hanya menggugah secara visual, tetapi juga mengajak pengunjung untuk merenung lebih dalam tentang kehidupan dan kemanusiaan.

Pameran ini juga menciptakan ruang di mana spiritualitas dan teknologi berinteraksi, memperlihatkan bahwa seni bisa menjadi media yang melampaui batasan fisik dan memberi ruang bagi pengalaman yang lebih holistik. Arunanondchai dengan cermat menggabungkan animisme dan fiksi ilmiah untuk menciptakan pengalaman yang mengundang para pengunjung untuk merasakan emosi yang lebih luas, yang kadang-kadang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

3 dari 3 halaman

Pameran yang Mengundang Partisipasi dan Refleksi

Bagi para pengunjung, Sing Dance Cry Breathe bukan hanya sekadar pameran yang dapat dilihat, tetapi sebuah pengalaman yang dapat dirasakan. Foto: Document/KorakritArunanondchai

Bagi para pengunjung, Sing Dance Cry Breathe bukan hanya sekadar pameran yang dapat dilihat, tetapi sebuah pengalaman yang dapat dirasakan. Sebagai bagian dari pekan pembukaan, Museum MACAN akan mengadakan wicara perupa yang menarik berjudul "as his world collides onto the screen: A Conversation" pada 1 Desember 2024. Sesi ini akan menghadirkan Arunanondchai bersama Rugun Sirait, peneliti etnografi digital, untuk membahas lebih dalam tentang media dan budaya layar di Asia Tenggara, serta kaitannya dengan karya seni kontemporer.

Dalam pameran ini, Arunanondchai menghadirkan karya-karya yang belum pernah dipamerkan di tempat lain, termasuk lukisan-lukisan baru yang memberikan perspektif lebih segar tentang praktik artistiknya. Seperti biasa, seniman ini tidak hanya ingin menunjukkan karya seni, tetapi juga mengajak audiens untuk menjadi bagian dari proses kreatif dan reflektif yang terjadi di ruang pameran. Setiap karya yang dipajang di museum seakan hidup, merespons pengunjung dengan cara yang menantang dan penuh perasaan.

Bagi mereka yang tertarik untuk mendalami lebih dalam tentang karya Arunanondchai, pameran ini menjadi kesempatan langka untuk menjelajahi kedalaman pemikiran dan eksperimen seni yang ia lakukan. Dengan berbagai tema seperti pembusukan, kelahiran kembali, dan pencarian makna dalam dunia yang penuh ketidakpastian, pameran ini akan memberikan wawasan baru bagi siapapun yang mengunjunginya.

 

Penulis: Azura Puan Khalisa

#Unlocking the Limitless