Fimela.com, Jakarta Jakarta kembali menjadi pusat perhatian dengan hadirnya Joyland Festival 2024, salah satu festival musik paling dinanti di Indonesia. Bertempat di Stadium Baseball Gelora Bung Karno, acara ini sukses memberikan pengalaman luar biasa yang memadukan musik, seni, dan gaya hidup modern. Dengan konsep yang unik dan lineup bintang lokal serta internasional, festival ini bisa menjadi wadah eksplorasi dan selebrasi. Joyland juga menjadi ajang unjuk diri bagi para pengunjung yang datang dengan gaya khas "anak skena." Outfit-outfit unik mendominasi suasana, menciptakan tren fashion yang terinspirasi dari budaya musik indie. Media sosial pun ramai menyebut festival ini sebagai "tahun baru anak skena.
Konsep Lima Panggung, Beragam Musisi
Salah satu daya tarik utama dari Joyland Festival 2024 adalah konsep lima panggung yang menghadirkan beragam pengalaman musikal. Setiap panggung memiliki karakteristik yang berbeda, menciptakan atmosfer khas yang memikat pengunjung. Panggung-panggung seperti Joyland Stage, Plainsong Live Stage, Cinerillaz, Lily Pad, dan Shrooms Garden masing-masing dirancang untuk memberikan pengalaman yang unik. Dari penampilan musisi indie yang banyak digemari hingga seni visual yang tak bosan untuk dilihat, festival ini menawarkan ruang bagi para penikmat musik dari berbagai genre, termasuk pop, jazz, rock, indie, hingga EDM.
Selain itu, Joyland Festival 2024 menampilkan musisi lokal dan internasional dari negara-negara seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, Thailand, Jepang, Prancis, dan negara lainnya. Keberagaman ini semakin memperkaya pengalaman festival, menjadikannya sebagai perayaan musik global yang menyatukan berbagai budaya dalam satu acara musik.
Feast Tampil sebagai Pembukaan Day 1
Band rock Indonesia ini tampil memukau dengan membawakan lagu-lagu dari album terbaru mereka, Membangun dan Menghancurkan. Album ini menggambarkan tema-tema mendalam tentang kehidupan sosial dan perjuangan. Salah satu momen istimewa adalah ketika gitaris mereka, Adnan, yang tampil di atas panggung, mengajak anaknya, Nina, yang menyaksikan aksi ayahnya dari barisan penonton. Lagu yang berjudul "Nina" menjadi salah satu highlight, menggambarkan hubungan emosional antara Nina dan Adnan. Sebagai penutup, Feast menampilkan pesan kuat dengan latar visual bertuliskan Free Palestine, diiringi lagu penuh emosi yang mengajak penonton untuk merenungkan isu kemanusiaan yang tengah terjadi.
White Shoes and The Couples Company
Grup musik ikonik ini tidak hanya menyuguhkan musik yang segar dan penuh nostalgia, tetapi juga menawarkan pengalaman yang sangat intim dengan penonton. Saat tampil, White Shoes and The Couples Company memadukan konsep disco dengan membawakan gerakan unik. Outfit atasan dan syal dirancang oleh Ayu Dilamar semakin membuat penampilan mereka menjadi ikonik
Penampilan mereka tidak hanya sekadar konser, tetapi lebih seperti sebuah ritual yang mengundang penonton untuk berinteraksi langsung. Setiap gerakan dan ekspresi mereka membangun suasana yang sangat dekat, seolah membawa penonton ke dalam dunia mereka. Melalui penggunaan kipas dan syal, Aprilia Apsari mengekspresikan gerakan yang elegan dan penuh gairah sesuai irama instrumen, memberikan kesan bahwa musik dan dirinya bergantung satu sama lain. Hal ini membuat White Shoes and The Couples Company tampil lebih dari sekadar band biasa, tetapi juga sebagai seniman yang membangun hubungan emosional yang mendalam dengan penggemarnya.
Silica Gel, Band Korea Selatan yang Hadir Menjelang Malam
Band rock asal Korea Selatan, Silica Gel, juga turut meramaikan panggung Joyland Festival dengan membawakan repertoar terbaik mereka. Lagu-lagu seperti "Desert Eagle", "NO PAIN", "Realize", "Neo Soul", dan "Kyo 181" menghipnotis para pengunjung yang datang untuk menyaksikan penampilan mereka. Meskipun tidak semua penonton sepenuhnya memahami gaya musik dan teknik yang digunakan oleh Silica Gel, mereka tetap setia menikmati pertunjukan yang penuh energi. Terlebih lagi, suasana semakin magis dengan langit yang mulai gelap, memberikan nuansa yang sempurna bagi penampilan mereka. Meskipun penampilan mereka terkesan futuristik dan eksperimental, Silica Gel berhasil menciptakan musik yang intim dengan penonton. Momen ini menunjukkan bahwa musik, meskipun bisa sangat teknikal dan berlapis, tetap mampu mengambil koneksi dengan audiens dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang mungkin baru pertama kali mendengarkan genre yang mereka bawakan.