3 Fakta Bahayanya Merasa Nyaman Jalani Hubungan tanpa Status

Ajeng Yuniarta diperbarui 08 Des 2024, 11:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Baru-baru ini tengah ramai diperbincangkan mengenai para Gen Z yang takut akan pernikahan. Mereka merasa pernikahan adalah hal sakral yang akan membawa banyak sekali perubahan pada hidupnya. Banyak dari mereka mengatakan tidak akan siap jika ditanya tentang pernikahan, sehingga muncullah istilah "marriage is scary." Di balik kiasan tersebut, nyatanya mereka memberikan pandangan negatif dan rasa takut akan dunia pernikahan karena mereka cenderung lebih nyaman dengan hubungan situationship yang mereka jalani saat ini.

Di era modern, hubungan tanpa status atau "situationship" menjadi fenomena yang semakin lazim. Banyak orang merasa hubungan semacam ini lebih praktis karena menghindari komitmen yang dianggap rumit. Namun, kenyamanan dalam hubungan tanpa status dapat menyimpan bahaya besar yang sering kali tidak disadari. Ketika keterikatan emosional dan batasan moral diabaikan, efek negatifnya justru bisa merusak mental, emosional, dan jati diri seseorang.

Berikut adalah tugas fakta penting tentang bahayanya merasa nyaman menjalani hubungan tanpa status yang wajib kamu ketahui.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

1. Potensi Tindakan dan Pola Pikir Psikopat

situationship. (Foto: Pexels/RDNE Stock project)

Hubungan tanpa status kerap memfasilitasi pola pikir yang egois dan manipulatif, di mana salah satu pihak bisa mengeksploitasi pihak lain demi keuntungan pribadi tanpa memikirkan perasaan mereka. Dalam jangka panjang, ini dapat menciptakan pola pikir yang menyerupai sifat psikopat, di mana seseorang menjadi tidak peduli terhadap dampak emosional pada pasangannya. Dalam hubungan ini, satu pihak mungkin menunjukkan perilaku manipulatif, seperti memberi harapan palsu atau menciptakan ilusi komitmen untuk mempertahankan hubungan. Perilaku ini tidak hanya merugikan pihak yang lebih lemah secara emosional, tetapi juga memperkuat pola pikir predator yang hanya mencari kepuasan pribadi. 

Bagi pihak yang dimanipulasi, hubungan ini dapat menyebabkan trauma emosional yang mendalam. Rasa dikhianati dan tidak dihargai bisa memicu gangguan kecemasan, bahkan depresi. Untuk mencegah hubungan tanpa status berkembang menjadi lingkungan yang manipulatif, penting untuk menetapkan batasan dan mengkomunikasikan ekspektasi sejak awal. Jangan ragu untuk keluar dari hubungan yang terasa tidak seimbang atau merugikan secara emosional.  

3 dari 4 halaman

2. Kehilangan Empati Emosiona;

Ilustrasi relationship/copyright freepik/ azerbaijan_stockers

Dalam hubungan tanpa status, sering kali kedua pihak menghindari keterikatan emosional. Hal ini dapat menciptakan kondisi emotional emptiness atau kehilangan empati emosional, di mana seseorang menjadi terbiasa menekan perasaan mereka demi menjaga dinamika hubungan. Ketika seseorang terbiasa menahan atau mengabaikan perasaan mereka, mereka mulai kehilangan kemampuan untuk berempati, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Dalam jangka panjang, ini bisa membuat seseorang menjadi dingin dan sulit membangun hubungan yang bermakna.  

Kehilangan empati dapat menyebabkan isolasi emosional, di mana seseorang merasa hampa meskipun mereka secara fisik bersama orang lain. Ini juga dapat merusak kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang sehat di masa depan. Penting untuk terus mendengarkan perasaan diri sendiri dan memastikan bahwa hubungan yang dijalani memberikan dukungan emosional. Jangan takut untuk meninggalkan hubungan yang membuat Anda merasa tidak terpenuhi secara emosional.  

4 dari 4 halaman

3. Penurunan Harga Diri

Ilustrasi relationship/copyright freepik/ Pablo Heimplatz

Ketika seseorang terus-menerus menerima hubungan tanpa status, mereka bisa secara tidak sadar merendahkan nilai diri mereka. Keyakinan bahwa mereka tidak layak mendapatkan hubungan yang jelas dan penuh komitmen dapat menyebabkan penurunan harga diri yang signifikan. Dalam situasi ini, seseorang mungkin merasa bahwa mereka harus terus memberikan lebih banyak untuk menjaga perhatian pasangannya. Mereka mungkin takut ditinggalkan jika menuntut lebih banyak kejelasan atau komitmen, sehingga terus-menerus mengorbankan kebutuhan mereka sendiri.  

 Penurunan harga diri ini tidak hanya memengaruhi hubungan saat ini, tetapi juga pandangan seseorang terhadap diri mereka sendiri di masa depan. Mereka mungkin mulai merasa tidak cukup baik atau tidak pantas untuk hubungan yang sehat dan penuh cinta. Menjaga penghargaan terhadap diri sendiri adalah kunci untuk keluar dari siklus ini. Ingatkan diri kamu bahwa kamu layak mendapatkan hubungan yang jelas dan penuh penghormatan. Jangan takut untuk menuntut apa yang kamu butuhkan, dan jika pasanganmu tidak dapat memberikannya, mungkin saatnya untuk pergi.  

Dengan memahami bahaya hubungan tanpa status, kamu dapat melindungi diri sendiri dan membangun hubungan yang lebih sehat dan bermakna di masa depan.