Mengenal Konsep Cushioning dalam Hubungan

Azura Puan Khalisa diperbarui 11 Des 2024, 20:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Cushioning adalah fenomena dalam hubungan romantis di mana salah satu pihak menjaga hubungan dengan orang lain sebagai cadangan, meski sudah menjalin hubungan utama. Sederhananya, individu yang melakukan cushioning, atau "cushioner," berusaha menciptakan bantalan emosional agar memiliki pelarian jika hubungan utama bermasalah. Chi Rho Dating menjelaskan bahwa cushioning seringkali melibatkan komunikasi rahasia, seperti menjaga kontak dengan mantan atau berinteraksi secara genit dengan orang lain tanpa sepengetahuan pasangan.

Konsep ini sering kali dilakukan secara diam-diam dan bisa tampak sepele pada awalnya. Namun, tindakan ini memiliki potensi merusak kepercayaan dan keamanan emosional pasangan. Orang yang berada dalam hubungan yang dipenuhi cushioning biasanya merasakan ketidakpastian dan kebingungan tentang status hubungan mereka.

Secara sederhana, cushioning dalam hubungan dapat terlihat seperti mempersiapkan diri untuk skenario terburuk. Ini mungkin muncul sebagai tanda-tanda perilaku tertutup, seperti menyembunyikan pesan teks atau menghindari keterbukaan emosional.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Dampak Emosional dari Cushioning

Cushioning bisa menimbulkan dampak emosional yang signifikan bagi kedua belah pihak dalam hubungan. Foto: Freepik

Cushioning bisa menimbulkan dampak emosional yang signifikan bagi kedua belah pihak dalam hubungan. Ketika perilaku ini terungkap, kepercayaan menjadi hal pertama yang terdampak. Menurut Chi Rho Dating, menemukan bahwa pasangan terlibat dalam cushioning dapat memicu erosi kepercayaan secara bertahap, membuat hubungan sulit dipulihkan.

Dampak lainnya adalah munculnya jarak emosional. Cushioner cenderung menghindari diskusi tentang masa depan atau topik sensitif, yang bisa menghambat kedekatan emosional. Hal ini bisa menyebabkan pasangan merasa tidak cukup dekat atau penting bagi cushioner.

Bagi korban cushioning, perasaan tidak aman dan kecemasan kerap muncul. Mereka mungkin bertanya-tanya mengapa mereka tidak cukup bagi pasangan mereka dan mengalami penurunan rasa percaya diri. Kondisi ini bisa membekas hingga ke hubungan di masa depan, di mana rasa ragu-ragu dalam mempercayai pasangan baru menjadi tantangan.

3 dari 3 halaman

Cara Menghadapi dan Mengatasi Cushioning

Mengatasi cushioning dalam hubungan membutuhkan pendekatan yang hati-hati dan penuh empati. Foto: Freepik

Mengatasi cushioning dalam hubungan membutuhkan pendekatan yang hati-hati dan penuh empati. Langkah pertama adalah membuka komunikasi yang jujur dan konstruktif. Menurut Chi Rho Dating, penting untuk memulai diskusi tentang perilaku cushioning dengan tujuan untuk memahami satu sama lain, bukan mencari kesalahan. Misalnya, memulai dengan pernyataan seperti, “Aku merasa hubungan kita agak tidak pasti; bisakah kita bicara tentang harapan dan rencana kita?” bisa membantu memulai dialog.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan batasan yang jelas. Membicarakan ekspektasi terkait komitmen emosional dan koneksi dengan orang lain dapat membantu menciptakan pemahaman bersama. Menurut sumber tersebut, mendefinisikan ulang arti komitmen bersama dan memastikan keterbukaan tentang perasaan adalah kunci.

Jika cushioning telah menyebabkan keretakan yang mendalam, mempertimbangkan konseling hubungan bisa menjadi solusi. Terapi pasangan menawarkan ruang aman untuk menggali akar masalah, meningkatkan komunikasi, dan membangun kembali kepercayaan. Seorang terapis dapat membantu kedua belah pihak memahami alasan di balik perilaku cushioning dan menemukan cara untuk terhubung secara lebih sehat.

 

Penulis: Azura Puan Khalisa

#Unlocking the Limitless