Koleksi glow in the dark menjadi simbol inovasi ramah lingkungan, membuktikan bahwa fashion juga bisa menghemat energi. [Dok/Merdi Sihombing].
Ketika koleksi ini muncul di runway, seluruh lampu dimatikan, hanya motif pada busana yang menyala, menciptakan pemandangan yang magis. Selain itu, Merdi juga ingin memberi penghargaan kepada para pengrajin lokal yang kerap terabaikan, dengan menampilkan karya mereka dalam pergelaran tersebut. [Dok/Merdi Sihombing].
“Di balik busana glow in the dark ini, ada seniman-seniman Indonesia yang sering kali menjadi korban sistem beli putus, menjual karya mereka tanpa tahu apa yang terjadi setelahnya. Saya ingin menampilkan mereka dan mengatakan, ini lho, hasil karya kalian,” kata Merdi. [Dok/Merdi Sihombing].
Dalam pergelaran 25 tahun ini, Merdi merangkum lima pilar utama, yaitu Sustainable Design & Eco-Fashion, Seni Kolaboratif & Pelibatan Masyarakat, Revitalisasi & Reinventing Ulos, Etnomatika & Vernacular Design, dan Perempuan Indonesia. [Dok/Merdi Sihombing].
Kelima pilar tersebut diwujudkan dalam koleksi bertajuk "Perjalanan Kain Batak", yang menampilkan 15 look dengan identitas kuat dari budaya Batak. Koleksi ini meliputi model baju kurung, kain songket, dan tentu saja ulos, selendang khas Batak. [Dok/Merdi Sihombing].
Warna-warna yang dipilih, seperti merah, kuning, hijau, biru, putih gading, dan oranye, sangat dekat dengan adat Batak. Merdi sukses menyihir penikmat fashion yang hadir dengan keindahan koleksi ini. [Dok/Merdi Sihombing].
“Dengan menggunakan pewarna alami, teknik tenun turun-temurun, serta inovasi dalam desain dan pola, saya yakin kita bisa membuktikan bahwa fashion bisa berjalan seiring dengan alam,” tandas-nya. [Dok/Merdi Sihombing].