Mengenal Istilah Doom Scrolling dan Bahayanya bagi Tubuh

Anastasia Trifena diperbarui 24 Nov 2024, 15:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Pernahkah kamu terpaku pada layar ponsel, terus-menerus menggeser layar tanpa henti? Terjebak membaca berita buruk atau kabar negatif dalam waktu lama  dan sering kali sulit dihentikan. "Doom scrolling" istilahnya. Kebiasaan ini seolah mendorong kita untuk terus mencari informasi meskipun dampaknya bisa membuat pikiran semakin gelisah.

Lama-kelamaan, kegiatan ini bisa menjadi rutinitas yang terasa sulit dihindari, terutama di tengah derasnya arus berita yang datang tanpa henti. Setiap kali membaca hal-hal yang memicu kecemasan, muncul dorongan untuk membaca lebih banyak, meski tahu bahwa berita-berita tersebut mungkin akan menambah beban mental. Tak jarang, kita pun jadi mengorbankan waktu istirahat hanya demi terus menggulir layar.

Mengetahui batas diri saat berselancar di media sosial atau situs berita memang bukan hal mudah, apalagi di era informasi yang semakin cepat. Namun, kesadaran akan dampaknya penting agar kita bisa mengatur pola konsumsi informasi dengan lebih sehat. Mari mengenal lebih jauh apa itu doom scrolling, dampaknya bagi tubuh, dan bagaimana cara mengatasinya.

2 dari 4 halaman

1. Pengertian Doom Scrolling

Ilustrasi doom scrolling. (Copyright Pexels/cottonbro studio)

Doom scrolling adalah istilah yang merujuk pada kebiasaan menggulir layar ponsel atau perangkat elektronik secara terus-menerus untuk membaca berita atau informasi negatif. Biasanya, doom scrolling muncul akibat dorongan untuk mencari tahu lebih banyak tentang situasi yang menimbulkan kecemasan. Beberapa diantara seperti isu global, kesehatan, atau krisis lainnya. Meskipun awalnya dilakukan untuk mendapatkan informasi, kebiasaan ini sering kali berakhir dengan kelelahan mental.

Pada dasarnya, doom scrolling dipicu oleh kebutuhan untuk tetap up-to-date dalam situasi yang tidak pasti. Rasa ingin tahu yang berlebihan terhadap hal-hal buruk membuat kita sulit untuk berhenti membaca. Hal ini tentu berlawanan dengan tujuan awal kita untuk menjaga kesehatan mental, karena berita negatif yang dikonsumsi secara berlebihan justru bisa menimbulkan rasa gelisah yang berlebihan.

3 dari 4 halaman

2. Dampaknya bagi Tubuh

Ilustrasi doom scrolling. (Copyright Pexels/cottonbro studio)

Kebiasaan doom scrolling memiliki dampak nyata, baik bagi kesehatan fisik maupun mental. Ketika seseorang terus-menerus mengonsumsi berita negatif, tubuh cenderung mengalami stres yang berkepanjangan. Hal ini bisa memicu respons stres berupa peningkatan hormon kortisol, yang jika dibiarkan dapat mengganggu kesehatan jantung, sistem pencernaan, dan bahkan imunitas.

Selain itu, doom scrolling bisa mengganggu pola tidur karena sering kali dilakukan pada malam hari sebelum tidur. Paparan cahaya biru dari layar ponsel juga menghambat produksi hormon melatonin, membuat tubuh kesulitan merasa rileks dan akhirnya memicu insomnia. Jika dibiarkan, kebiasaan ini dapat memengaruhi produktivitas dan suasana hati sepanjang hari.

4 dari 4 halaman

3. Cara Mengatasi Doom Scrolling

Ilustrasi doom scrolling. (Copyright Pexels/YESID Valencia)

Mengatasi kebiasaan doom scrolling memerlukan kesadaran diri dan perubahan pola konsumsi informasi. Salah satu cara efektif adalah dengan membatasi waktu membaca berita atau berselancar di media sosial. Tetapkan waktu tertentu untuk mengakses informasi, misalnya hanya di pagi atau sore hari, agar tidak terjebak menghabiskan waktu terlalu lama.

Selain itu, cobalah beralih ke kegiatan yang lebih menenangkan, seperti membaca buku, meditasi, atau berjalan-jalan di luar ruangan. Mengurangi ketergantungan pada berita atau media sosial juga bisa membantu mengembalikan fokus pada hal-hal positif di sekitar kita. Dengan begitu, kita bisa mengurangi dampak negatif dari doom scrolling dan menjaga kesehatan mental secara lebih baik.

Meski sulit dihindari, doom scrolling bukanlah kebiasaan yang baik bagi kesehatan kita. Mengenali pola ini dan mengambil langkah untuk membatasinya dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan mental dan fisik. Mulailah dengan perubahan kecil untuk menciptakan keseimbangan dalam konsumsi informasi, agar waktu dan energi terfokus pada hal-hal yang lebih bermanfaat.