Pameran Megah The Flying Cloth: Perjalanan Desainer Merdi Sihombing Membawa Keindahan Budaya

Nadya Aufia diperbarui 17 Nov 2024, 18:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Menemani perjalanan 25 tahun desainer tekstil dan fashion, Merdi Sihombing rayakan dengan pameran megah di Museum Nasional Indonesia yang menampilkan keindahan tekstil, fashion serta kisah penuh makna tentang budaya, keberlanjutan, dan pemberdayaan masyarakat, The Flying Cloth.

Acara yang dipersembahkan oleh Kementerian Kebudayaan, Indonesian Heritage Agency dan Museum Nasional Indonesia ini akan merayakan perjuangan Merdi dalam membangun pemberdayaan masyarakat di berbagai pelosok Indonesia.

Diselenggarakan di Museum Nasional Indonesia pada 11-24 November 2024, The Flying Cloth menghidupkan kembali tradisi tenun dan memberdayakan masyarakat adat. Bukan sekadar pameran. Setiap karya yang ditampilkan adalah saksi dari dedikasi Merdi dalam membawa kekayaan budaya Indonesia ke dalam dunia fashion berkelanjutan.

The Flying Cloth tidak hanya menghadirkan koleksi ikonik Merdi, tetapi juga berbagai workshop, seminar, dan pertunjukan budaya, mulai dari pewarnaan alami hingga upacara adat Batak yang magis. Semua ini dirancang untuk menginspirasi dan menggugah kesadaran generasi muda akan pentingnya fashion yang tidak hanya indah, tetapi juga penuh makna.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Keselarasan Manusia dan Alam

Karya yang membawa perjalanan Merdi Sihombing (Foto: The Flying Cloth)

"Pameran ini bukan hanya menjadi ajang untuk menampilkan keindahan karya, tetapi juga sebagai langkah awal yang kuat untuk mengubah cara kita memandang fashion. Setiap karya di acara ini membawa cerita dan pesan tentang perjalanan panjang saya selama 25 tahun, menjelajah berbagai pelosok Nusantara dan membangun komunitas yang hidup dan berkembang dari warisan budaya mereka sendiri," ujar Merdi.

Merdi telah berkeliling Indonesia, menjelajahi pelosok-pelosok yang tersembunyi dan hidup bersama masyarakat adat, demi menghidupkan kembali tradisi tenun yang kaya nilai. Melalui perjalanan panjangnya, bersama Yayasan Merdi Sihombing dan Eco Fesyen Indonesia, ia menyaksikan bahwa gaya hidup dan karya masyarakat lokal mencerminkan keselarasan antara manusia dan alam. Pengalaman ini memperkuat keyakinan Merdi bahwa warisan budaya dan prinsip keberlanjutan adalah hal yang perlu dihargai dan diteruskan kepada generasi berikutnya.

Keindahan Budaya Melintasi Waktu 

“Generasi muda memiliki kekuatan besar untuk membawa perubahan, dan acara ini juga merupakan kesempatan bagi mereka untuk memulai, dan terinspirasi oleh semangat pemberdayaan dan keberlanjutan yang saya temukan di setiap sudut negeri ini,” ujarnya.

Dari keunikan masyarakat Baduy di Banten yang setia menjaga harmoni dengan alam, hingga pesona bawah laut Alor yang memancarkan keindahan warna, pagelaran The Flying Cloth akan membawa pengunjung menyusuri setiap sudut negeri melalui koleksi Merdi, cerita visual tentang keindahan budaya yang melintasi waktu.

3 dari 3 halaman

Merajut Tradisi Berkelanjutan

Suasana magis merajut tradisi di The Flying Cloth (Foto: The Flying Cloth)

Selain akan dibuka dengan gala reception dan fashion show, The Flying Cloth juga akan diwarnai berbagai workshop, seminar dan creative talk selama dua pekan. Rangkaian acara ini akan memberikan kesempatan bagi publik untuk mendalami konsep fashion berkelanjutan.

Sejumlah topik yang diangkat antara lain, edukasi pewarnaan alami, dampak industri fast fashion terhadap perubahan iklim, pola desain etnomatematika pada ulos yang sarat makna, film fashion serta fotografi fashion. Para narasumber yang terlibat, antara lain Merdi Sihombing, Eriek N Juragan, Ferry Zulfrizer, Bramsky dan praktisi dari Institut Kesenian Jakarta, Sparks Fashion Academy, Fashion Program Universitas Bina Nusantara dan lainnya. 

The Flying Cloth juga akan menghidupkan suasana yang magis, melalui upacara pernikahan adat Batak Karo dan pertunjukan gondang di bawah sinar bulan purnama, yang menampilkan Gerdang Simalungun, Gordang Sambilan dan Gondang Sabangunan Toba yang akan menyuguhkan pengalaman budaya yang tak terlupakan.

Proyek instalasi ini melibatkan seniman Heri Pemad sebagai art director dan Ignatia Nilu sebagai kurator. Acara ini terbuka untuk umum, dan pengunjung dapat membawa wastra lama mereka untuk diperbaiki atau diubah menjadi karya baru, sebagai bagian dari upaya mempromosikan konsep upcycle.

The Flying Cloth juga didukung oleh Bank Mandiri, Pertamina, Make Over, Amero, Lenzing, EcoVero, Coffee Hotel Ayola Dolok Sanggul, Asuransi Sinarmas dan Humbang Kriya. Desain dan manajemen proyek The Flying Cloth didukung oleh StratEdgeMarketing.id.

Jangan lewatkan kesempatan untuk merasakan keajaiban dunia mode yang berpadu dengan pesan-pesan keberlanjutan dan pelestarian budaya.

Penulis: Nadya Aufia

#Unlocking the Limitless