Bahaya Makan Jengkol dalam Jumlah Banyak, Risiko Gangguan Pencernaan hingga Masalah Ginjal

Ricka Milla Suatin diperbarui 06 Nov 2024, 10:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Di Indonesia, jengkol atau Archidendron pauciflorum adalah salah satu makanan yang memiliki tempat istimewa di hati banyak orang berkat aroma khasnya yang tajam dan cita rasa yang memikat. Biji jengkol sering kali diolah menjadi berbagai hidangan lezat seperti semur, sambal goreng, hingga emping yang menggugah selera.

Meskipun jengkol kaya akan nutrisi penting seperti protein, zat besi, kalsium, serta vitamin A, B, dan C, konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Jengkol mengandung senyawa asam jengkolat yang berpotensi menjadi racun jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

Risiko ini meningkat terutama jika jengkol dimakan dalam keadaan mentah atau setengah matang, yang dapat menyebabkan keracunan serius. Oleh karena itu, penting untuk mewaspadai risiko yang mungkin timbul ketika menikmati jengkol dalam porsi besar.

2 dari 10 halaman

1. Gangguan Pencernaan

Mengonsumsi jengkol dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang serius, yang biasanya mulai dirasakan antara 5 hingga 12 jam setelah dikonsumsi. Gejala yang sering muncul meliputi rasa nyeri di perut, mual, muntah, dan diare. Dalam beberapa kasus, keracunan jengkol dapat menyebabkan rasa sakit saat buang air kecil dan bahkan munculnya darah dalam urine.

Keracunan jengkol ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat daya tahan tubuh seseorang, keasaman lambung, cara pengolahan jengkol, dan seberapa banyak jengkol yang dikonsumsi. Menurut para ahli kesehatan, biji jengkol yang masih mentah mengandung asam jengkolat aktif yang dapat meningkatkan risiko keracunan.

3 dari 10 halaman

2. Risiko Penyakit Ginjal

Mengkonsumsi jengkol secara berlebihan dapat berdampak negatif jangka panjang pada kesehatan ginjal. Kristal asam jengkolat berpotensi mengendap di saluran kemih, menyebabkan penyumbatan dan rasa nyeri yang luar biasa. Walaupun penelitian yang pasti belum tersedia, banyak yang meyakini bahwa penumpukan kristal ini adalah faktor utama di balik gangguan ginjal yang dialami oleh beberapa pecinta jengkol.

Menurut informasi dari situs resmi RSUP Mohammad Hoesin Palembang, dalam kasus yang serius, pasien bisa mengalami penurunan drastis dalam produksi urine atau bahkan tidak dapat buang air kecil sama sekali. Oleh karena itu, bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit ginjal, dianjurkan untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsi jengkol.

4 dari 10 halaman

3. Bau Mulut dan Bau Urine

Bau mulut, atau halitosis, merupakan masalah umum yang dapat memengaruhi kepercayaan diri seseorang. Penyebabnya beragam, mulai dari kebersihan gigi yang kurang baik hingga masalah kesehatan tertentu. Penting untuk memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan bau mulut agar dapat mengatasinya dengan tepat. Salah satu penyebab utama bau mulut adalah penumpukan bakteri di mulut. Bakteri ini dapat berkembang biak jika kebersihan gigi dan mulut tidak terjaga, seperti jarang menyikat gigi atau tidak menggunakan benang gigi. Selain itu, makanan tertentu, seperti bawang putih dan bawang merah, juga dapat menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. Kondisi kesehatan tertentu, seperti infeksi saluran pernapasan, sinusitis, atau penyakit gusi, juga dapat berkontribusi terhadap masalah ini. Dehidrasi dan mulut kering, yang sering terjadi saat tidur, dapat memperburuk bau mulut karena kurangnya air liur yang berfungsi membersihkan mulut. Untuk mencegah bau mulut, rutin menyikat gigi minimal dua kali sehari dan menggunakan benang gigi sangat dianjurkan. Mengonsumsi banyak air juga membantu menjaga kelembapan mulut. Menghindari makanan yang berpotensi menyebabkan bau mulut dan rutin melakukan pemeriksaan gigi ke dokter gigi juga merupakan langkah pencegahan yang efektif. Dengan memahami penyebab dan cara mengatasi bau mulut, Anda dapat meningkatkan kesehatan mulut dan kepercayaan diri. Jika masalah ini terus berlanjut meskipun telah melakukan perawatan yang tepat, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.

Salah satu efek samping dari mengonsumsi jengkol adalah munculnya bau mulut yang khas serta aroma tajam pada urine. Bau ini disebabkan oleh kandungan asam jengkolat yang tidak hanya mempengaruhi napas, tetapi juga menyebabkan urine berbau menyengat. Biasanya, aroma yang kuat ini dapat bertahan selama beberapa jam hingga sepanjang hari setelah menikmati jengkol.

Untuk mengurangi bau yang kurang sedap ini, Anda dapat mencoba menyikat gigi atau berkumur setelah makan jengkol. Meski demikian, cara ini mungkin tidak sepenuhnya menghilangkan aroma tersebut karena asam jengkolat sudah beredar di dalam sistem tubuh Anda.

5 dari 10 halaman

4. Potensi Gangguan Kesadaran

Dalam kasus keracunan jengkol yang parah, ada risiko serius terhadap kesadaran, termasuk kemungkinan hilangnya kesadaran. Gejala ini sangat terkait dengan gangguan ginjal akut. Jika tidak segera ditangani, keracunan dapat memburuk, menyebabkan perubahan warna urine menjadi merah atau penurunan drastis dalam produksi urine.

Keracunan jengkol yang berat memerlukan perhatian medis segera untuk mencegah terjadinya komplikasi serius. Sebagai langkah pertolongan pertama, disarankan untuk memperbanyak minum air dan mengonsumsi natrium bikarbonat, yang dapat membantu mengurangi gejala yang muncul.

6 dari 10 halaman

Tips Mencegah Keracunan Jengkol

Mengolah jengkol agar empuk dapat dilakukan dengan beberapa langkah sederhana. Jengkol, yang dikenal dengan rasa khasnya, sering kali menjadi pilihan favorit dalam berbagai masakan. Berikut adalah cara efektif untuk mengolah jengkol sehingga teksturnya menjadi lebih lembut dan nikmat. 1. Pemilihan Jengkol: Pilih jengkol yang masih segar dan berukuran besar. Jengkol yang muda biasanya lebih empuk dibandingkan yang sudah tua. 2. Perendaman: Rendam jengkol dalam air selama 6-8 jam. Proses ini membantu mengurangi rasa pahit dan membuat jengkol lebih mudah diolah. 3. Perebusan: Rebus jengkol dalam air mendidih selama 30-45 menit. Untuk hasil yang lebih empuk, tambahkan sedikit garam ke dalam air rebusan. Pastikan untuk memeriksa tekstur jengkol secara berkala. 4. Pengukusan: Setelah direbus, jengkol dapat dikukus selama 20-30 menit. Metode ini akan menjaga kelembapan dan mempercepat proses pelunakan. 5. Pemasakan: Setelah jengkol empuk, Anda bisa mengolahnya sesuai selera, baik dengan cara ditumis, dijadikan sambal, atau dicampurkan dalam masakan lainnya. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, jengkol dapat diolah menjadi hidangan yang lezat dan menggugah selera. Selamat mencoba!

 

Untuk menghindari risiko yang terkait dengan konsumsi jengkol, terdapat beberapa langkah pencegahan yang perlu diperhatikan:

1. Memasak Jengkol dengan Matang

Penting untuk memastikan jengkol dimasak hingga matang sebelum dikonsumsi. Proses memasak yang tepat dapat mengurangi kadar asam jengkolat aktif yang berpotensi menyebabkan keracunan.

2. Mengonsumsi Jengkol dalam Jumlah yang Wajar

Hindari mengonsumsi jengkol dalam porsi besar sekaligus. Mengontrol jumlah konsumsi sangat penting, terutama bagi individu yang memiliki masalah kesehatan tertentu.

3. Tidak Mengonsumsi Jengkol saat Perut Kosong

Jangan konsumsi jengkol saat perut kosong. Hal ini dapat mempercepat risiko keracunan dan menimbulkan dampak negatif pada kesehatan.

4. Meningkatkan Asupan Air Putih

Memperbanyak minum air putih setelah mengonsumsi jengkol dapat membantu proses detoksifikasi tubuh. Air putih berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan dan mendukung kesehatan pencernaan.

7 dari 10 halaman

Apakah makan jengkol bisa menyebabkan penyakit serius?

Meskipun jengkol memiliki cita rasa yang unik, konsumsi berlebihan dapat berakibat serius, seperti risiko keracunan dan gangguan pada fungsi ginjal.

8 dari 10 halaman

Bagaimana cara menghilangkan bau mulut setelah makan jengkol?

Untuk mengurangi bau mulut, Anda dapat menyikat gigi dan berkumur. Namun, perlu diingat bahwa aroma urine mungkin masih akan tercium untuk sementara waktu.

9 dari 10 halaman

Berapa banyak jengkol yang aman untuk dikonsumsi?

Tidak ada batasan yang tegas, namun mengonsumsi dalam jumlah yang sedikit dan tidak berlebihan umumnya dianggap aman bagi kebanyakan orang.

10 dari 10 halaman

Apakah jengkol aman untuk penderita ginjal?

Jika Anda memiliki masalah ginjal, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menikmati jengkol. Hal ini karena jengkol mengandung asam jengkolat yang dapat berdampak pada kesehatan ginjal Anda.