Penyebab Kematian Utama, Jadi Alasan Pentingnya Punya Rencana Aksi Nasional Kanker Payudara

Anisha Saktian Putri diperbarui 03 Nov 2024, 19:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Menurut Global Cancer Observatory (Globocan) 2022, setiap tahunnya, lebih dari 66.000 wanita Indonesia menerima diagnosis kanker payudara dengan tingkat kematian yang sangat tinggi, yaitu 30% dari total kasus. 

A2KPI (Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia)  juga menyoroti statistik yang memprihatinkan, di mana lebih dari 48% pasien didiagnosis pada Stadium III dan 20% pada Stadium IV, dan 70% pasien meninggal atau mengalami masalah finansial hanya dalam waktu 12 bulan sejak terdiagnosa.

Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan menjelaskan, hingga saat ini, kanker payudara masih menjadi jenis kanker terbanyak no 2 di kalangan perempuan di Indonesia, dan salah satu penyebab utama kematian terkait kanker. Hampir 70% diketahui sudah pada stadium lanjut. 

“Maka penanganan kanker menjadi salah satu prioritas Pemerintah dan rencana strategisnya tertuang dalam Rencana Kanker Nasional 2024 - 2034 yang diluncurkan awal Oktober lalu,” katanya saat konferensi pers, mengapresiasi Pemerintah atas peluncuran Rencana Kanker Nasional 2024 - 2034.

Sebagai langkah lanjut dari inisiasi A2KPI akan menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) Kanker Payudara dan mengadopsi rekomendasi yang diberikan A2KPI menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Deteksi dini kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan Sadari, Sadanis dan Pemeriksaan USG serta Mamografi. 

RAN Kanker Payudara adalah strategi nasional untuk menurunkan beban penyakit kanker payudara dan mencapai target penurunan angka kematian akibat kanker payudara sebesar 2.5% per tahun sebagaimana ditetapkan oleh WHO melalui Global Breast Cancer Initiative. 

“Komitmen baik ini harus segera ditindaklanjuti dengan strategi implementasi yang tertuang dalam rencana aksi nasional khusus kanker payudara disertai rencana pendanaan yang memadai agar implementasinya bisa optimal, mengingat beban penyakit yang sangat besar,” jelas Aryanthi Baramuli Putri, Ketua panitia A2KPI. 

Prof. Dr. dr. Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo, Sp.Rad (K),Onk.Rad, Koordinator Pelayanan Kanker Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (PKaT RSCM) menjelaskan, kanker payudara dapat dikontrol bila ditemukan dan diobati dengan benar dalam keadaan dini, juga dengan hasil kosmetik yang lebih baik.

“Deteksi dini dan terapi yang tepat sangat penting - jangan percaya pada terapi yang tidak berbasis bukti,” ungkapnya.

2 dari 2 halaman

Kerangka Kerja Global Breast Cancer Initiative WHO

Ilustrasi Kanker payudara./Copyright shutterstock.com/g/Patchananpro

WHO melalui Global Breast Cancer Initiative (GBCI) telah menyusun kerangka kerja yang dapat diadaptasi oleh setiap negara untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara. Kerangka kerja GBCI ini menekankan pentingnya deteksi dini, diagnosis yang cepat dan tepat, serta perawatan yang komprehensif. Dengan kerangka panduan ini, setiap negara termasuk Indonesia diharapkan dapat mengadopsi, menyesuaikannya dengan konteks lokal, dan mempercepat implementasinya untuk mencapai target penurunan angka kematian akibat kanker payudara.

Sejalan dengan kerangka kerja ini, negara-negara dianjurkan untuk memperkuat sistem kesehatan, memfasilitasi akses ke pelayanan kesehatan berkualitas, dan melibatkan berbagai sektor dalam upaya pencegahan serta penatalaksanaan kanker.

“RAN Kanker Payudara sangat penting sebagai peta jalan agar Indonesia dapat mencapai sasaran penurunan angka kematian akibat kanker payudara serta memastikan tercapainya indikator yang telah ditetapkan GBCI yaitu 60% kasus terdeteksi secara dini, diagnosis ditegakkan dalam 60 hari, dan 80% pasien menerima pengobatan multimodalitas sehingga bisa berhasil,” kata Linda Agum Gumelar, Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia dan salah satu penggagas A2KPI

Samantha Barbara, Dewan Penasehat Lovepink Indonesia menegaskan, tujuan utama dari upaya penanggulangan kanker payudara adalah untuk memberikan hasil penanganan yang lebih baik bagi pasien.

“ karena itu, pasien adalah pemangku kepentingan kunci dalam penyusunan dan implementasi RAN Kanker Payudara,” katanya.

RAN Kanker Payudara Konferensi pers ini juga menghadirkan beberapa figur yang mengadvokasi perbaikan penanganan kanker payudara seperti Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat, Prof. Dr. dr. Aru W. Sudoyo, SpPD KHOM ahli onkologi yang juga Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Samantha Barbara, pendiri Love Pink, Prof. Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Onk.Rad (K) ahli radioterapi yang turut berperan dalam penyusunan rencana kanker nasional 2024 - 2034, dan Dr. Kardinah, Sp.RAD, ahli radiologi yang banyak berkecimpung dalam program deteksi dini kanker payudara. A2KPI menyatakan kesiapan penuh untuk berperan dan terlibat secara aktif dalam penyusunan RAN Kanker Payudara, memastikan bahwa rencana ini selaras dengan kebutuhan pasien dan dapat diimplementasikan secara efektif.