Koleksinya mengusung nuansa gothic yang chic, menggabungkan permainan material, desain, dan palet warna. Warna pastel melambangkan kerentanan, sementara warna gelap mencerminkan paranoia sang tokoh utama dalam kisah penuh misteri ini. [Dok/Adrian Utama P].
Beberapa desain utama termasuk blazer wol pendek dengan sentuhan modern, menonjolkan lengan dan saku yang diperbesar, namun dengan elemen ketidakteraturan halus — detail kusut kecil di sini, ruffle yang tidak terstruktur di sana. [Dok/Adrian Utama P].
Palet warna didominasi oleh nuansa pastel seperti biru muda, kuning pucat, dan ungu muda, yang memancarkan kesan kepolosan dan kerentanan. Namun, seiring berkembangnya koleksi, warna-warna lembut ini beralih ke nuansa yang lebih gelap — hijau hutan, biru tua, dan cokelat gelap — mencerminkan perjalanan Rosemary menuju paranoia dan ketakutan. [Dok/Adrian Utama P].
Material lembut seperti sifon dan satin disandingkan dengan tekstil yang lebih berat dan terstruktur seperti wol dan jacquard, meniru ketegangan antara kepolosan rapuh Rosemary dan dunia yang menindas di sekitarnya. Detail bordir halus dan kain transparan melambangkan kerentanan, sementara bahan yang lebih kaku merefleksikan kendali dan manipulasi yang lambat laun menguasainya. [Dok/Adrian Utama P].
Koleksi ini lebih dari sekadar penghormatan kepada film klasik; ini adalah refleksi atas tema transformasi, kerentanan, dan hilangnya kendali diri. Koleksi ini menangkap keindahan mengerikan dari perjalanan Rosemary, memadukan mode 1960-an yang lembut dengan elemen horor gotik dan ketegangan psikologis. Melalui perpaduan kain, warna, dan desain yang cermat, koleksi ini menyampaikan keanggunan yang menghantui — di mana kepolosan hanya terlihat di permukaan, sementara kegelapan tersembunyi tepat di bawahnya.