5 Cara Menumbuhkan Sikap Berani pada Anak agar Mentalnya Kuat

Endah Wijayanti diperbarui 26 Okt 2024, 09:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Mendidik anak di era modern adalah tantangan yang luar biasa bagi setiap orangtua, terutama ketika kita berbicara soal menumbuhkan sikap berani pada mereka. Moms tentu sering melihat anak-anak yang penuh rasa ingin tahu tapi sekaligus takut mencoba hal-hal baru. Mungkin mereka terlihat ragu-ragu saat menghadapi tantangan, takut gagal, atau cemas ketika harus keluar dari zona nyaman. Sikap-sikap seperti ini adalah hal yang wajar, tetapi sebagai orangtua, Moms bisa membantu anak-anak agar lebih berani, percaya diri, dan siap menghadapi dunia dengan mental yang kuat.

Sikap berani ini sangat penting, terutama di masa pertumbuhan ketika anak harus terus belajar beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah. Di sinilah konsep Yes Brain dari Daniel J. Siegel, M.D. dan Tina Payne Bryson, PhD sangat relevan. Yes Brain mengajarkan kita bagaimana menciptakan kondisi mental yang terbuka, responsif, dan penuh rasa ingin tahu, bukan yang defensif atau takut menghadapi situasi baru. Anak dengan pola pikir Yes Brain akan lebih mudah berani mencoba, lebih mampu mengatasi kegagalan, dan yang paling penting, memiliki ketahanan mental yang kuat. Yuk, kita bahas lima cara efektif yang bisa Moms terapkan untuk menumbuhkan sikap berani pada anak.

 

 

What's On Fimela
2 dari 6 halaman

1. Ajarkan Mereka untuk Menerima Kegagalan

Ilustrasi ibu dan anak/copyright fimela/adrian putra

 

Sikap berani tidak akan tumbuh jika anak terus merasa takut gagal. Moms, salah satu hal pertama yang perlu kita tanamkan pada anak adalah bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Daniel J. Siegel dan Tina Payne Bryson dalam buku The Yes Brain menyebutkan bahwa anak-anak yang mampu menerima kegagalan justru akan lebih tangguh dan siap menghadapi tantangan berikutnya. Saat anak mengalami kegagalan, Moms bisa memberikan dukungan dengan cara yang positif. Bukan fokus pada kesalahan, tapi bantu mereka memahami bahwa dari kegagalan itulah mereka bisa belajar dan berkembang.

Cara terbaik untuk menumbuhkan keberanian adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba lagi setelah gagal. Berikan mereka tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuan mereka, namun sedikit menantang. Dengan begitu, ketika mereka berhasil, rasa percaya diri mereka akan meningkat, dan ketika gagal, mereka tahu bahwa ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Ajak mereka melihat kegagalan sebagai teman yang memberikan pelajaran, bukan sebagai musuh yang harus dihindari.

Moms juga bisa membuat suasana yang mendukung di rumah. Jadikan rumah sebagai tempat di mana anak merasa aman untuk membuat kesalahan. Jika mereka tidak takut dihakimi atau dimarahi ketika gagal, mereka akan lebih berani mengambil risiko. Dengan sikap terbuka ini, Moms membantu anak mengembangkan Yes Brain yang lebih berani menghadapi tantangan.

 

 

3 dari 6 halaman

2. Latih Mereka Mengelola Emosi

Ilustrasi anak dan ibu/copyright fimela

Sikap berani tidak hanya soal fisik, tetapi juga emosional. Anak-anak yang memiliki keberanian sejati adalah mereka yang mampu mengelola emosinya dengan baik. Siegel dan Bryson dalam The Yes Brain menekankan pentingnya keseimbangan emosional dalam membentuk anak yang kuat mentalnya. Ketika anak merasa marah, cemas, atau takut, seringkali mereka menjadi ragu untuk berani mencoba sesuatu yang baru. Di sinilah Moms berperan penting untuk membantu anak belajar mengenali dan mengendalikan emosinya.

Salah satu cara untuk melatih anak mengelola emosi adalah dengan mengajarkan teknik relaksasi sederhana, seperti pernapasan dalam atau meditasi singkat. Latihan-latihan ini dapat membantu mereka menenangkan diri saat menghadapi situasi yang menakutkan atau menantang. Dengan begitu, mereka tidak akan bereaksi secara impulsif atau melarikan diri dari tantangan, melainkan bisa menghadapi situasi dengan lebih tenang.

Selain itu, Moms bisa mengajak anak berdiskusi tentang perasaan mereka. Tanya apa yang membuat mereka takut atau cemas, lalu ajarkan cara berpikir yang lebih positif dan realistis. Ketika anak-anak bisa memahami emosi mereka, mereka akan merasa lebih kontrol terhadap diri sendiri, yang pada gilirannya membuat mereka lebih berani menghadapi tantangan.

 

 

4 dari 6 halaman

3. Beri Kebebasan untuk Mengeksplorasi

kegiatan fisik anak/copyright fimela/adrian putra

Anak-anak akan merasa lebih percaya diri dan berani jika diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi dunia sekitar mereka. Moms, meskipun rasa khawatir sering muncul, penting untuk memberi ruang bagi anak untuk mencoba hal-hal baru tanpa terlalu banyak campur tangan. Menurut konsep Yes Brain, anak-anak yang memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi tanpa terlalu banyak larangan akan mengembangkan sikap berani dan rasa ingin tahu yang kuat.

Berikan anak kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas yang menantang, seperti olahraga, seni, atau bahkan sekadar bermain di luar rumah. Biarkan mereka membuat keputusan sendiri, menghadapi risiko, dan menemukan cara untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Dengan memberi mereka kebebasan seperti ini, Moms membantu membangun kepercayaan diri dan sikap mandiri.

Jika Moms melihat anak ragu-ragu atau takut mencoba hal baru, jangan langsung turun tangan untuk membantu. Alih-alih, beri mereka dorongan dan pujian atas usaha yang mereka lakukan. Bantu mereka menyadari bahwa keberanian datang dari tindakan, bukan dari hasil. Langkah-langkah kecil yang mereka ambil menuju keberanian ini adalah fondasi mental yang kuat.

 

 

5 dari 6 halaman

4. Ajarkan Empati dan Kolaborasi

Ilustrasi anak yang memiliki kehidupan yang bahagia/copyright fimela/adrian putra

Sikap berani bukan hanya soal menghadapi tantangan sendiri, tetapi juga bagaimana kita bisa bekerja sama dengan orang lain. Dalam The Yes Brain, Siegel dan Bryson menekankan pentingnya empati sebagai salah satu kunci dalam membangun mental yang kuat. Anak-anak yang memiliki rasa empati yang tinggi akan lebih mudah berani berinteraksi dengan orang lain dan menghadapi situasi sosial yang menantang.

Ajarkan anak untuk mendengarkan perasaan dan pendapat orang lain. Dengan belajar berempati, mereka akan merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam situasi sosial. Ketika anak tahu bahwa mereka mampu membantu atau mendukung orang lain, mereka juga akan merasa lebih mampu menghadapi tantangan mereka sendiri.

Moms bisa melibatkan anak dalam aktivitas kelompok atau permainan yang melibatkan kerja sama. Dengan bekerja sama, mereka belajar bahwa keberanian tidak harus selalu sendirian. Dukungan dari orang lain juga bisa membuat mereka lebih percaya diri dan berani menghadapi situasi yang sulit.

 

6 dari 6 halaman

5. Jadilah Contoh Keberanian

Ilustrasi pentingnya mengatur manajemen waktu/copyright fimela/adrian putra

Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat dari orangtua mereka. Moms, salah satu cara paling efektif untuk menumbuhkan sikap berani pada anak adalah dengan menjadi contoh keberanian itu sendiri. Tunjukkan kepada mereka bagaimana menghadapi tantangan hidup dengan kepala tegak dan sikap positif. Jika Moms bisa menunjukkan keberanian, anak akan belajar bahwa keberanian adalah hal yang biasa dan bisa dilakukan oleh siapa saja.

Bagikan pengalaman pribadi Moms kepada anak. Ceritakan momen di mana Moms merasa takut atau cemas, tetapi tetap memilih untuk menghadapi tantangan tersebut. Dengan cara ini, anak akan merasa lebih terhubung dan mengerti bahwa semua orang, bahkan orangtua mereka, pernah merasa takut tapi tetap bisa berani.

Ingatlah, Moms, keberanian tidak selalu berarti besar. Keberanian juga bisa datang dari hal-hal kecil, seperti mencoba makanan baru atau menghadapi ketakutan terhadap hal-hal sederhana. Dengan Moms memberikan contoh dan terus mendukung anak, mereka akan tumbuh menjadi individu yang tangguh dan berani.

Menumbuhkan sikap berani pada anak adalah investasi jangka panjang yang sangat berharga. Dengan menggunakan pendekatan Yes Brain, Moms bisa membantu anak menjadi individu yang lebih kuat mentalnya, lebih percaya diri, dan siap menghadapi dunia dengan optimisme.

Lewat lima cara ini—menerima kegagalan, mengelola emosi, memberi kebebasan, mengajarkan empati, dan menjadi contoh keberanian—anak akan lebih berani menghadapi tantangan hidup dan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh serta penuh percaya diri.