Atasi Masalah Nyeri dan Keterbatasan Gerak Pada Sendi Lutut dengan Unicompartmental Knee Arthroplasty

Anisha Saktian Putri diperbarui 20 Okt 2024, 17:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Dalam upaya untuk mengatasi masalah nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut, Unicompartmental Knee Arthroplasty (UKA) telah muncul sebagai salah satu solusi dalam dunia bedah ortopedi. Berbeda dengan prosedur penggantian lutut total, UKA fokus pada penggantian hanya bagian sendi lutut yang mengalami kerusakan, sehingga meminimalkan dampak pada jaringan sekitarnya yang masih sehat. 

Pendekatan ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi lutut, tetapi juga meminimalisir waktu pemulihan sehingga pasien bisa mulai berjalan satu hari setelah operasi dan cepat kembali beraktivitas seperti sedia kala.

Menurut Dr. dr. Franky Hartono, Sp.OT (K), dokter spesialis ortopedi RS Siloam Kebon Jeruk, Unicompartmental Knee Arthroplasty (UKA) atau Partial Knee Arthrosplasty adalah prosedur bedah yang dirancang untuk menggantikan hanya satu kompartemen sendi lutut yang mengalami kerusakan, tanpa membuang kompartemen dan ligamen lutut yang sehat.

“Prosedur ini biasanya diterapkan pada pasien yang Unicompartmental Knee Arthroplastymengalami kerusakan sendi lutut yang terbatas pada kompartemen bagian dalam lutut saja, seperti pada Anteromedial Osteoarthritis (AMOA) yang ditemukan pada hampir 50% kasus pengapuran (osteoartritis) lutut, maupun pada kasus nekrosis (kematian jaringan) sebagian tulang lutut yang disebut dengan Spontaneous Osteonecrosis of the Knee (SONK),” paparnya.  

Prosedur ini berbeda dengan Total Knee Arthroplasty (TKA) yang mengganti tiga atau seluruh kompartemen sendi lutut. Gejala yang biasanya menandakan seseorang memerlukan UKA meliputi nyeri lutut terus-menerus yang tidak kunjung membaik dengan pengobatan klasik seperti obat anti-inflamasi dan fisioterapi. Nyeri ini sering dirasakan saat beraktivitas, seperti berjalan atau berdiri dalam waktu lama, dan dapat disertai dengan kekakuan dan pembengkakan. 

Selain nyeri, pasien juga mungkin mengalami penurunan kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman. “Jika gejala-gejala tersebut disertai dengan adanya kerusakan pada kompartemen lutut bagian dalam, UKA bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut,” ungkapnya,

2 dari 2 halaman

Pemeriksaan Sebelum Menjalani UKA

Ilustrasi Pemeriksaan Sebelum Menjalani UKA . Credit via Shutterstock.com

Dr. dr. Franky Hartono menyampaikan sebelum menjalani UKA, beberapa jenis pemeriksaan biasanya dilakukan untuk memastikan pasien adalah kandidat yang tepat. Evaluasi klinis penting dilakukan untuk menilai apakah kerusakan lutut sesuai indikasi untuk tindakan UKA dan juga menilai kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan termasuk rontgen lutut untuk menilai sejauh mana terjadi kerusakan pada kompartemen sendi lutut.

MRI kadang diperlukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail tentang struktur dan jaringan di sekitar sendi. Uji laboratorium, EKG (Elektrokardiografi), dan pemeriksaan penunjang lainnya juga akan membantu menentukan apakah pasien aman dan sanggup menjalani prosedur operasi. Prosedur UKASelama operasi UKA, dokter bedah akan membuat sayatan sepanjang sekitar 7 hingga 10 sentimeter di kompartemen lutut bagian dalam untuk mengakses kompartemen yang rusak. 

Setelah sayatan dibuat, bagian yang rusak dari tulang dan kartilago akan dikupas secara tipis dan implan UKA yang terbuat dari logam titanium dengan bantalan plastik steril akan dipasang untuk menggantikan bagian lutut yang telah dikupas, dengan tetap mempertahankan struktur ligamen asli lutut. 

“Proses ini dirancang untuk meminimalkan kerusakan pada jaringan sekitarnya, yang berdampak pada cepatnya pemulihan dibandingkan dengan prosedur yang lebih invasif seperti TKA,” ungkapnya. 

Setelah UKA melibatkan rehabilitasi fisik untuk memperkuat otot dan memulihkan rentang gerak lutut. Pasien biasanya sudah dapat berjalan dengan bantuan walker keesokan hari setelah operasi. Waktu pemulihan umumnya lebih cepat dibandingkan dengan TKA, dengan banyak pasien melaporkan pengurangan nyeri dan peningkatan fungsi yang cepat dalam minggu-minggu berikutnya.

Selama beberapa bulan pertama pasca-operasi, pasien diharapkan mengalami penurunan nyeri dan pembengkakan, serta peningkatan kemampuan fungsional lutut dibandingkan dengan sebelum operasi. Terapi fisik yang teratur dan mengikuti petunjuk rehabilitasi akan membantu mencapai pemulihan yang optimal. 

Di RS Siloam Kebon Jeruk, UKA menggunakan desain implan yang berasal dari Oxford, Inggris yang memiliki survival rate sebesar 91% dalam 20 tahun. Implan Oxford UKA dikenal karena desainnya yang inovatif dan kemampuannya untuk meniru gerakan alami lutut dengan sangat baik. Desain ini termasuk komponen mobile bearing yang memungkinkan gerakan yang lebih alami dan mengurangi stres pada struktur tulang dan kartilago di sekitar sendi.