Kenali Tanda Anak yang Menjadi Pelaku Bullying

Azura Puan Khalisa diperbarui 25 Okt 2024, 15:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Salah satu tanda utama anak yang mungkin terlibat dalam bullying adalah perubahan dalam perilaku sehari-hari. Anak yang biasanya santai dan tenang bisa tiba-tiba menjadi lebih agresif atau lebih suka memerintah. Perilaku ini seringkali terlihat di rumah, di mana anak mungkin mulai mendominasi adik atau teman sebaya, menunjukkan sikap ingin mengendalikan segala sesuatu di sekitarnya.

Selain itu, perubahan lain yang dapat diperhatikan adalah anak lebih sering merasa marah atau frustrasi tanpa alasan yang jelas. Menurut Raising Children Network, anak yang menjadi pelaku bullying juga mungkin mulai mengekspresikan rasa superioritas terhadap orang lain, menganggap dirinya lebih baik dari teman-temannya. Ini adalah cara mereka menutupi rasa tidak aman atau masalah pribadi yang lebih dalam.

Tanda lainnya adalah anak sering terlibat dalam konflik dengan teman sebaya, baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar. Anak-anak yang cenderung melakukan bullying seringkali merasa puas atau senang ketika mereka bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman atau takut.

2 dari 3 halaman

Perubahan Sosial dan Hubungan dengan Teman

Selain perubahan perilaku, tanda lain yang perlu diwaspadai adalah perubahan dalam hubungan sosial anak. Foto: Freepik

Selain perubahan perilaku, tanda lain yang perlu diwaspadai adalah perubahan dalam hubungan sosial anak. Anak yang menjadi pelaku bullying cenderung menarik diri dari kelompok teman yang positif dan justru mencari teman yang memiliki perilaku serupa. Mereka mungkin mulai terlibat dalam kelompok yang mendukung tindakan negatif atau kekerasan terhadap orang lain.

Menurut Stomp Out Bullying, anak yang sering mengejek atau meremehkan teman-temannya di depan umum mungkin sudah menunjukkan tanda-tanda menjadi pelaku bullying. Mereka merasa mendapatkan kekuatan atau validasi dari menghina atau menekan orang lain, terutama teman yang dianggap lebih lemah.

Lebih jauh lagi, anak-anak ini sering mengisolasi teman-temannya yang tidak setuju dengan tindakan mereka atau yang menolak untuk ikut serta dalam perilaku bullying. Perubahan ini menunjukkan bahwa anak tersebut mulai membentuk pola sosial yang berbahaya, di mana kekuasaan dan intimidasi menjadi pusat hubungan mereka dengan orang lain.

3 dari 3 halaman

Kesulitan Menunjukkan Empati dan Sering Menyalahkan Orang Lain

Anak yang terlibat dalam bullying biasanya memiliki kesulitan dalam menunjukkan empati. Foto: Freepik

Anak yang terlibat dalam bullying biasanya memiliki kesulitan dalam menunjukkan empati. Mereka jarang merasa bersalah atau peduli dengan perasaan orang yang mereka sakiti. Ini bisa terlihat ketika anak tidak mau mengakui bahwa tindakannya menyakiti orang lain atau bahkan menyalahkan korban atas situasi yang terjadi. Menurut Raising Children Network, sikap seperti ini adalah tanda bahwa anak tidak mampu merasakan atau memahami dampak emosional dari tindakannya pada orang lain.

Anak-anak yang menjadi pelaku bullying juga sering kali menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka hadapi. Alih-alih bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, mereka mungkin mengatakan bahwa korbanlah yang memicu atau pantas diperlakukan dengan buruk. Sikap defensif seperti ini adalah ciri khas anak-anak yang merasa harus mempertahankan citra diri mereka sebagai "kuat" atau "tidak tersentuh," yang sebenarnya justru menunjukkan kelemahan dalam pengendalian diri dan emosi.

Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi orang tua untuk segera mengambil tindakan dan mendiskusikan perasaan serta perilaku anak. Mengetahui tanda-tanda ini sejak dini memungkinkan intervensi yang lebih efektif, serta membantu mencegah anak melanjutkan kebiasaan bullying ke tahap yang lebih serius.

 

Penulis: Azura Puan Khalisa

#Unlocking the Limitless