Fimela.com, Jakarta Setiap orang pasti memiliki waktu dan kapasitasnya masing-masing untuk melakukan brainstroming, memikirkan tentang masa depan, ataupun memikirkan solusi akan masalahnya pada waktu-waktu tertentu. Namun, kadang kala terdapat sebagian orang yang merasa mereka lebih mampu untuk mengaktifkan otaknya secara maksimal hanya pada dini hari, tepatnya di rentang waktu jam 00.00 - 04.00 dini hari.
Secara Ilmiah, kerja otak pada jam 00.00 hingga 04.00 dini hari berkaitan dengan ritme sirkadian, yaitu siklus biologis tubuh yang mengatur tidur dan bangun. Singkatnya, waktu tersebut sering dikaitkan dengan aktivitas otak yang berkurang, khususnya dalam hal kognisi dan fokus, karena tubuh manusia secara alami mempersiapkan diri untuk istirahat dan pemulihan. Namun hal tersebut tak berlaku pada sebagian orang yang merasa lebih aktif di malam hari.
Lantas, apakah alasan di balik kondisi tersebut? Yuk, simak alasan di
1. Tipe Kronotipe Night Owl (Manusia Nokturnal)
Orang yang memiliki kronotipe "night owl" secara alami lebih aktif pada malam hari. Mereka mengalami puncak energi, kewaspadaan, dan kemampuan kognitif saat orang lain mulai merasa lelah atau tidur. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kronotipe ini memiliki ritme sirkadian yang bergeser lebih lambat. Akibatnya, mereka mungkin merasa otaknya lebih tajam pada malam hingga dini hari, karena sistem tubuh mereka tidak berfungsi secara optimal pada pagi atau siang hari.
Dalam otak "night owl," pelepasan melatonin, yang biasanya memicu rasa kantuk, terjadi lebih lambat. Akibatnya, mereka bisa tetap terjaga dan berfungsi lebih baik pada jam-jam malam dan dini hari.
2. Lingkungan yang Mendukung
Pada malam hari menuju dini hari memang dikenal akan suasana yang cukup redup dan tenang. Hal ini sangat mendukung sebagian orang untuk melakukan brainstorming dan berpikir kritis mengenai sesuatu. Beberapa orang merasa lebih mampu berpikir secara mendalam dan kritis dalam kondisi ini. Ketiadaan distraksi eksternal membuat otak lebih fokus untuk menyelesaikan masalah atau berpikir kreatif. Ini lebih merupakan faktor psikologis daripada biologis.
Keadaan ini memungkinkan seseorang untuk merenungkan ide-ide dan masalah tanpa interupsi, sehingga dapat melakukan refleksi yang lebih mendalam dan kritis terhadap situasi yang dihadapi.
3. Kreativitas dan Pemecahan Masalah Non-linear
Beberapa studi menunjukkan bahwa keadaan mental setengah lelah (yang terjadi pada dini hari) dapat mendorong pemikiran kreatif dan pemecahan masalah non-linear. Saat otak tidak dalam kondisi "normal" dan penuh energi, proses berpikir bisa menjadi lebih fleksibel, sehingga memungkinkan munculnya ide-ide yang tidak biasa atau solusi yang lebih kreatif. Ini karena frontal lobe, yang bertanggung jawab untuk kontrol kognitif dan disiplin berpikir, mungkin kurang aktif, yang justru membuka jalan bagi pola berpikir yang lebih bebas.
Dalam keadaan kurang tidur atau lelah, beberapa batasan mental yang biasanya diterapkan oleh korteks prefrontal dapat melonggar, memfasilitasi pemikiran di luar kebiasaan atau pola berpikir kreatif. Hal ini bisa membantu beberapa individu merasa lebih "produktif" dalam mengatasi masalah kompleks pada jam-jam ini.
Itulah beberapa alasan di balik mengapa sebagian orang cenderung lebih mampu untuk berpikir kritis di malam hari.