5 Cara Keluar dari Rebound Relationship, Jangan Mau Jadi Pelampiasan!

Anastasia Trifena diperbarui 08 Nov 2024, 18:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Setelah hubungan berakhir, sering kali seseorang merasa hampa dan ingin segera mengisi kekosongan tersebut. Perasaan sepi dan terluka membuat banyak orang mencari pelarian dengan menjalin hubungan baru, berharap bisa melupakan masa lalu. Namun, hubungan yang terbentuk dalam situasi ini seringkali tidak didasari oleh perasaan yang stabil dan justru membuat situasi semakin rumit.

Tanpa disadari, hubungan yang baru ini mungkin bukan tentang cinta, melainkan sekadar upaya untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang belum pulih. Hubungan semacam ini sering disebut rebound relationship, di mana salah satu atau bahkan kedua pihak hanya menjadi pelampiasan perasaan sementara. Jika dibiarkan berlarut-larut, hubungan ini bisa menjadi tidak sehat dan berpotensi menyakiti kedua belah pihak.

Jika Sahabat Fimela merasa bahwa hubunganmu saat ini berada dalam kategori tersebut, penting untuk segera mengambil langkah yang tepat. Jangan biarkan dirimu terjebak dalam situasi yang merugikan. Berikut adalah lima cara yang bisa kamu lakukan untuk keluar dari rebound relationship dan kembali mengendalikan hidup serta perasaanmu.

 

2 dari 6 halaman

1. Kenali Tanda-tanda Rebound Relationship

Cek tanda-tandanya. (Copyright Pexels/cottonbro studio)

Langkah pertama adalah mengenali tanda-tanda bahwa Sahabat berada dalam rebound relationship. Apakah pasanganmu masih sering membicarakan mantannya? Apakah hubungan ini terasa tergesa-gesa, tanpa benar-benar ada koneksi yang dalam? Jika iya, kemungkinan besar hubunganmu hanya menjadi pelampiasan emosional. Mengakui kenyataan ini memang sulit, tetapi penting agar kamu bisa mengambil langkah selanjutnya dengan tepat.

Mengenali tanda-tanda ini akan membantumu melihat hubungan secara lebih objektif. Cobalah evaluasi apakah hubungan ini benar-benar didasari oleh perasaan yang tulus, atau hanya sebatas pelarian. Semakin cepat sadar, semakin mudah pula dirimu keluar sebelum terlalu terikat secara emosional.

 

3 dari 6 halaman

2. Jangan Takut Menghadapi Kesepian

Lebih baik daripada kesepian di dalam hubungan. (Copyright Pexels/cottonbro studio)

Salah satu alasan banyak orang terjebak dalam rebound relationship adalah ketakutan akan kesepian setelah putus. Namun, menghadapi kesepian dengan penuh kesadaran justru merupakan langkah penting untuk penyembuhan diri. Alih-alih melarikan diri dari rasa sepi dengan menjalin hubungan baru yang tidak stabil, cobalah untuk menerima dan memproses perasaan tersebut. Kesepian tidak selalu buruk, itu adalah waktu yang baik untuk merenung dan membangun kembali dirimu.

Menghabiskan waktu sendirian dapat membantumu memperkuat jati diri dan memahami apa yang sebenarnya kamu butuhkan dari sebuah hubungan. Ketika sudah merasa nyaman dengan kesendirian, keputusan untuk meninggalkan rebound relationship akan lebih mudah diambil, karena Sahabat Fimela tidak lagi merasa bergantung pada orang lain untuk kebahagiaanmu.

4 dari 6 halaman

3. Fokus pada Pemulihan Emosional

Fokus pada diri sendiri. (Copyright Pexels/cottonbro studio)

Menyembuhkan diri setelah putus cinta membutuhkan waktu dan perhatian pada kesehatan emosional. Keluar dari rebound relationship akan lebih mudah jika fokusmu tertuju pada pemulihan emosional diri sendiri. Hal ini berarti memberi dirimu ruang untuk berduka, marah, atau sedih atas hubungan sebelumnya, tanpa terburu-buru mencari pengganti.

Aktivitas seperti meditasi, olahraga, atau berbicara dengan teman-teman terdekat bisa membantu proses penyembuhan. Saat emosi sudah lebih stabil, Sahabat akan lebih siap menjalani hubungan yang lebih sehat di masa depan, tanpa harus menggunakan orang lain sebagai pelarian.

5 dari 6 halaman

4. Komunikasikan dengan Pasanganmu

Bicarakan baik-baik. (Copyright Pexels/RDNE Stock project)

Jika kamu merasa sudah terlalu dalam di rebound relationship dan ingin keluar, penting untuk berkomunikasi dengan pasangan secara jujur. Jangan menunda pembicaraan hanya karena takut menyakiti perasaan mereka. Bersikaplah terbuka tentang apa yang Sahabat rasakan dan jelaskan bahwa dirimu merasa hubungan ini tidak didasari perasaan yang tulus.

Dengan komunikasi yang baik, mengakhiri hubungan tanpa memperburuk situasi dapat direalisasikan. Meskipun mungkin menyakitkan bagi kedua belah pihak, kejujuran adalah langkah yang paling bijaksana untuk menghindari hubungan yang tidak sehat.

 

6 dari 6 halaman

5. Alihkan Fokus pada Diri Sendiri

Pasangan baru jadi pelampiasan. (Copyright Pexels/Hassan OUAJBIR)

Setelah berhasil keluar dari rebound relationship, fokuskan perhatianmu pada hal-hal yang membangun dirimu. Hal ini bisa berarti mengejar hobi yang tertunda, memperluas jaringan pertemanan, atau bahkan mencoba hal baru yang membuatmu bahagia. Membangun kembali hubungan dengan diri sendiri sangat penting untuk mengisi kekosongan yang ada, tanpa harus mengandalkan orang lain.

Alihkan energi dan perhatian pada pengembangan diri agar kamu bisa menjadi versi terbaik dari dirimu. Ketika fokusmu bukan lagi pada mencari pasangan, Sahabat Fimela akan lebih siap untuk menemukan hubungan yang benar-benar sehat dan saling mendukung.

Keluar dari rebound relationship memang membutuhkan keberanian, tetapi keputusan ini akan membebaskanmu dari hubungan yang tidak sehat. Saatnya fokus pada dirimu dan kebahagiaan sejati tanpa menjadi pelampiasan orang lain.