5 Mitos dan Fakta Kanker Payudara, Berat Badan Berpengaruh?

Nadya Aufia diperbarui 24 Okt 2024, 18:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Kanker payudara menjadi salah satu hal menakutkan dan meresahkan bagi para wanita. Penyakit ini tidak hanya menempati peringkat pertama dalam kasus kanker terbanyak, tetapi juga menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat kanker. Banyak wanita merasa bingung dan takut menghadapi ini dengan banyaknya informasi hingga mitos atau miskonsepsi mengenai kanker payudara. 

Melansir dari everydayhealth.com, derasnya arus informasi di media sosial kini memang memberikan kita tuntutan untuk mempertimbangkan penerimaan informasi. Hal ini juga berdampak terhadap mitos tentang kanker payudara yang begitu mudah tersebar. Platform digital ini memang menjadi sumber informasi yang sangat mudah diakses, namun tidak semua informasi yang beredar di sana akurat. 

Faktanya, banyak sekali informasi yang salah dan menyesatkan tentang kanker payudara yang berseliweran di media sosial. Bahkan, kini informasi yang salah cenderung lebih menarik perhatian. Maka dari itu, simak mitos dan fakta kanker payudara berikut!

2 dari 3 halaman

Mitos dan Fakta Kanker Payudara

Penggunaan antiperspiran hingga pemilihan bra menjadi hal yang perlu diperhatikan bagi para wanita (Foto: Freepik.com)

1. Antiperspiran Dapat Menyebabkan Kanker Payudara

Antiperspiran menjadi salah satu perawatan yang sangat penting untuk diperhatikan setiap orang. Membantu mengurangi produksi keringat dan menghilangkan bau tidak sedap di ketiak, ternyata hadir keraguan bagi beberapa orang untuk menggunakan antiperspiran. Karena deodoran dan antiperspiran dioleskan di dekat payudara, dan beberapa bahan mungkin memiliki efek seperti estrogen (terutama formula berbasis aluminium dan paraben), ada spekulasi bahwa bahan-bahan tersebut dapat diserap oleh kulit di bawah lengan, sehingga meningkatkan risiko kanker payudara.

Namun, faktanya penelitian belum menunjukkan hubungan antara paraben dan masalah kesehatan seperti kanker payudara. Selain itu, banyak merek antiperspiran dan deodoran populer yang bebas paraben. Mungkin, perlu diperhatikan untuk tidak menggunakan antiperspiran sebelum melakukan mammografi, karena komponen logam dapat terlihat mirip dengan kalsifikasi pada payudara dan mengakibatkan pencitraan tambahan dan kecemasan.

2. Mammografi Dapat Meningkatkan Risiko Kanker Payudara

Beberapa wanita yang merasa khawatir mengenai kanker payudara mungkin akan memeriksa kesehatan dengan salah satu cara, yaitu mammografi. Pemeriksaan yang menggunakan sinar-X atau rontgen untuk mengambil gambar jaringan payudara. Namun karena mammografi meliputi pemeriksaan melalui beberapa gambar sinar-X, hal itu menyebabkan keresahan bahwa radiasi yang dipancarkan dari mammografi yang akan meningkatkan risiko mereka.Faktanya, radiasi yang dihasilkan oleh mammografi sangat rendah, bahkan lebih rendah dari radiasi latar belakang yang kita terima dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Dr. Maxine Jochelson, paparan radiasi selama mammografi setara dengan terbang melintasi negara atau tinggal di dataran tinggi. Manfaat deteksi dini kanker payudara jauh lebih besar daripada risiko kecil dari radiasi ini.

3. Bra Berkawat Dapat Meningkatkan Risiko Kanker Payudara 

Hal sederhana ternyata perlu kita perhatikan. Sesederhana penggunaan bra. Bra berkawat yang tidak pas memang menyebabkan ketidaknyamanan, rasa sakit, dan kemungkinan pembengkakan, namun tidak benar bahwa hal itu dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Menurut Anna Chichura, MD, seorang ahli onkologi bedah payudara di Cleveland Clinic di Ohio, tidak ada bukti yang mendukung hubungan antara kanker payudara dan ukuran cup bra, jumlah rata-rata jam per hari pemakaian bra.

3 dari 3 halaman

Memperhatikan kebenaran informasi

Pastikan untuk selalu mencari informasi dari sumber yang terpercaya, seperti dokter, ahli, atau lembaga kesehatan yang kredibel. (Foto: Pexels.com)

4. Kelebihan Berat Badan Dapat Meningkatkan Kemungkinan Terkena Kanker Payudara

Memperhatikan berat badan untuk kesehatan memang menjadi penting yang terkadang disepelekan. Berat badan yang berlebih, terutama obesitas, meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita, khususnya setelah menopause. Perlu diketahui, lemak tubuh menghasilkan hormon estrogen tambahan yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker payudara. Obesitas juga memicu peradangan kronis dalam tubuh, yang dapat merusak sel-sel sehat dan berkontribusi pada perkembangan kanker.

Menjaga berat badan yang sehat sangat penting untuk mengurangi risiko kanker payudara. Obesitas dan kelebihan berat badan dapat meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh dan memicu peradangan kronis, yang keduanya merupakan faktor risiko utama untuk kanker payudara. Oleh karena itu, penting untuk mengadopsi gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang dan aktivitas fisik teratur.

Sahabat Fimela, disekeliling kita kini informasi semakin mudah untuk diterima. Namun, jangan sampai kita mudah menerima informasi tanpa mencari tahu kebenaran. Apalagi informasi yang salah tentang kanker payudara. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan yang tidak perlu dan bahkan menghambat upaya pengobatan kita. Pastikan untuk selalu mencari informasi dari sumber yang terpercaya, seperti dokter, ahli, atau lembaga kesehatan yang kredibel. Mulailah untuk peduli dengan kesehatan, dengan cara-cara sederhana.

Penulis: Nadya Aufia

#Unlocking the Limitless