Fimela.com, Jakarta Proses pembuatan film Netflix "The Shadow Strays" karya sutradara Timo Tjahjanto penuh dengan tantangan dan momen yang tidak terlupakan bagi seluruh tim produksi. Pada Kamis (10/10/2024), dalam sebuah sesi wawancara eksklusif yang diadakan di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta, para aktor, produser, dan Timo sendiri berbagi cerita mengenai suka duka selama proses syuting.
Timo secara khusus menyoroti adegan perang di sebuah gudang yang syutingnya berlangsung dari malam hingga pagi hari, dengan lingkungan yang penuh debu, asap, dan properti mobil yang menambah kesulitan teknis.
Tidak hanya tentang teknis, wawancara ini juga mengupas lebih dalam mengenai pemilihan pemain dan perubahan dalam naskah yang justru membawa film karya Timo Tjahjanto ini ke arah yang lebih bermakna.
What's On Fimela
powered by
Adegan Perang di Gudang, Tantangan Fisik yang Melelahkan
Dalam wawancaranya, Timo Tjahjanto mengungkapkan bahwa salah satu adegan paling menantang dalam "The Shadow Strays" adalah adegan pertempuran yang dilakukan di sebuah gudang tua. Adegan ini disyuting dari pukul 7 malam hingga 6 pagi, dengan kondisi lingkungan yang penuh dengan debu, asap, dan properti mobil yang ditempatkan di sekitar lokasi.
Tantangan fisik yang dihadapi oleh para pemain dan kru tidak bisa dianggap remeh. Timo sendiri mengaku bahwa syuting semalaman ini cukup berat baginya, terutama karena usianya yang sudah tidak lagi muda. "Saya pikir saya masih bisa kuat syuting malam hari, tapi ternyata lumayan berat," ujarnya sambil tertawa.
Namun, semangat Aurora Ribero yang tetap enerjik meskipun sudah dini hari menjadi salah satu faktor pendorong yang membuat Timo tidak menyerah. “Aurora bahkan masih sempat melakukan pemanasan dengan push-up sekitar jam 3 pagi, sementara saya sudah mulai merasa kewalahan,” ungkap Timo.
Perubahan Mendalam pada Naskah, Dari Guru ke Murid
Salah satu hal menarik yang terungkap dalam sesi wawancara tersebut adalah perubahan yang terjadi pada naskah film. Timo mengakui bahwa selama proses penulisan, pandangannya tentang alur cerita mengalami perubahan signifikan. Pada awalnya, naskah dirancang untuk menonjolkan seorang guru yang berusaha memperbaiki muridnya yang tersesat.
Namun, setelah beberapa kali revisi, Timo memutuskan untuk membuat cerita yang lebih kompleks, “Awalnya, saya ingin fokus pada karakter guru yang harus mengarahkan muridnya. Tapi setelah saya renungkan lebih dalam, saya merasa akan lebih menarik jika ceritanya menunjukkan bagaimana sang murid juga mengajarkan sesuatu kepada gurunya,” kata Timo. Perubahan ini memberikan dimensi baru pada cerita, di mana kedua karakter utama mengalami evolusi bersamaan.
Pemilihan Aurora Ribero sebagai Cast
Pilihan pertama Timo jatuh pada aktor yang sudah berusia sekitar 24 atau 25 tahun, dengan harapan mendapatkan seseorang yang memiliki kedewasaan mental dan pengalaman lebih. Namun, setelah menonton film "Like & Share", Timo melihat penampilan Aurora Ribero yang membekas di hatinya.
“Saya ingat samar-samar kalau Aurora pernah bermain di film 'Susah Sinyal', dan ketika saya melihatnya di 'Like & Share', saya kaget dengan bagaimana dia berkembang. Saya sadar bahwa yang dibutuhkan oleh karakter ini adalah kemurnian dan kenaifan, sesuatu yang bisa ditampilkan dengan baik oleh Aurora,” ungkap Timo.
Setelah pertemuan mereka, Timo langsung yakin bahwa Aurora adalah pilihan yang tepat untuk membawa karakter tersebut hidup. Timo mengatakan bahwa keputusannya tidak salah, karena Aurora memberikan lebih dari yang diharapkannya selama proses produksi.
Momen Lucu di Balik Koreografi Aurora Ribero dan Hana Malasan
Syuting adegan aksi dalam film tidak selalu berjalan mulus, dan hal ini diakui oleh para pemain "The Shadow Strays". Salah satu momen yang sering terjadi adalah kesalahan dalam koreografi perkelahian antara Aurora Ribero dan Hana Malasan.
Aurora dan Hana berbagi cerita tentang bagaimana mereka beberapa kali melakukan kesalahan saat melakukan gerakan bertarung, seperti tusukan yang seharusnya mengenai bagian kanan tubuh lawan, tetapi malah meleset ke arah lain.
Namun, kesalahan tersebut tidak pernah menjadi masalah serius di lokasi syuting. Aurora dan Hana justru menjadikannya momen yang menyenangkan dengan saling bercanda dan membeli kopi untuk satu sama lain sebagai tanda permintaan maaf. “Biasanya kalau ada yang salah dalam koreografi, mereka malah saling mentraktir kopi sebagai bentuk permintaan maaf,” kata Timo sambil tertawa.
Wicky V. Olindo, Puji Visi Timo Tjahjanto yang Ambisius
Produser "The Shadow Strays", Wicky V. Olindo, memberikan apresiasi tinggi kepada Timo Tjahjanto atas visi kreatifnya yang ambisius. Ia mengungkapkan bahwa skenario film ini sangat teknis dan penuh dengan tantangan, tetapi Timo dan tim produksi mampu mengeksekusi setiap elemen dengan sempurna.
“Dari skenarionya saja sudah terlihat kalau ini proyek yang sangat ambisius. Kalau dibaca sekilas, pasti orang berpikir ini sulit untuk direalisasikan, terutama dengan elemen-elemen yang kompleks seperti ninja, pesawat terbang, dan adegan perang. Tapi Timo selalu punya cara untuk mewujudkan mimpinya,” kata Wicky.
Wicky juga menambahkan bahwa salah satu kekuatan utama Timo adalah kemampuannya untuk mengatasi kesulitan teknis dengan cara yang terasa mulus di layar. "Tidak ada batasan untuk Timo dalam berfantasi," ujar Wicky.
Adipati Dolken, Peran Polisi dengan Lapisan Emosi yang Mendalam
Adipati Dolken bercerita tentang tantangan yang dihadapinya saat memerankan karakter seorang polisi. Ia merasa bahwa karakternya memiliki banyak lapisan emosi yang harus digali lebih dalam, dan meskipun tidak terlalu banyak adegan koreografi perkelahian, kompleksitas emosional menjadi tantangan tersendiri baginya.
“Karakter saya ini punya perasaan yang kuat terhadap apa yang dia saksikan, tapi di saat yang sama, dia juga harus tetap tenang dan menjalankan tugasnya sebagai polisi. Itu yang membuat peran ini terasa berat,” kata Adipati.
Adipati juga mengungkapkan bahwa bekerja di bawah arahan Timo Tjahjanto adalah sebuah pengalaman yang sangat berharga. “Pas pertama kali baca skrip dan tahu yang mengarahkan adalah Mas Timo, saya langsung berpikir, ‘ini bakal jadi sesuatu yang luar biasa’. Mas Timo punya imajinasi yang luar biasa, dan cara dia mengarahkan pemain itu benar-benar unik,” ungkapnya. Bekerja dengan Timo, menurut Adipati, adalah seperti bermain di taman bermain yang penuh dengan tantangan tetapi juga memberikan kebebasan untuk mengeksplorasi karakter secara mendalam.
Penulis: Rianti Fitri Wulandari
#UnlockingTheLimitless