Fimela.com, Jakarta Makanan manis sering menjadi pilihan untuk meningkatkan mood atau memberikan rasa nyaman. Tak jarang, banyak orang yang mengonsumsi makanan manis saat merasa stres atau sedih, dengan harapan perasaan mereka akan membaik. Namun, tahukah Sahabat Fimela bahwa makanan manis ternyata bisa memiliki efek sebaliknya? Beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara konsumsi gula berlebih dengan meningkatnya risiko depresi.
Meskipun makanan manis dapat memberikan rasa nikmat secara instan, efek jangka panjangnya terhadap kesehatan mental patut diwaspadai. Mengonsumsi gula dalam jumlah berlebihan dapat memengaruhi keseimbangan kimiawi otak, yang berujung pada penurunan mood dan perasaan depresi.
Memahami hubungan antara makanan manis dan kesehatan mental sangat penting untuk menjaga kesejahteraan. Dengan informasi yang tepat, kita dapat membuat keputusan yang lebih bijak mengenai pola makan sehari-hari dan dampaknya terhadap perasaan dan emosi kita. Mari kita ulas bersama apa hubungan antara keduanya.
What's On Fimela
powered by
Bagaimana Gula Mempengaruhi Otak?
Gula memiliki efek langsung pada otak, terutama pada sistem dopamin yang berperan dalam menciptakan rasa senang. Saat kita mengonsumsi makanan manis, otak melepaskan dopamin yang membuat kita merasa bahagia secara instan. Inilah alasan mengapa banyak orang merasa "ketagihan" dengan gula. Padahal, efek ini bersifat sementara dan cepat hilang, sehingga memicu keinginan untuk mengonsumsi lebih banyak gula.
Ketika konsumsi gula secara terus-menerus meningkat, otak menjadi kurang sensitif terhadap dopamin. Akibatnya, tubuh membutuhkan lebih banyak gula untuk merasakan efek yang sama, dan inilah yang bisa menyebabkan suasana hati memburuk ketika asupan gula tidak terpenuhi. Ketidakseimbangan ini bisa berkontribusi pada munculnya perasaan depresi.
Hubungan Antara Konsumsi Gula Berlebih dan Depresi
Salah satu studi yang dilakukan di Inggris oleh Westover dan Marangell (2002) menunjukkan bahwa pola makan tinggi gula dikaitkan dengan peningkatan prevalensi depresi. Studi tersebut meneliti hubungan antara konsumsi gula per kapita di berbagai negara dengan angka depresi, dan hasilnya menunjukkan bahwa negara dengan konsumsi gula tinggi cenderung memiliki kasus depresi yang lebih tinggi.
Selain itu, lonjakan dan penurunan kadar gula darah yang drastis akibat konsumsi makanan manis dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem. Lonjakan inilah yang dapat memicu kecemasan, kelelahan, dan perasaan putus asa, dimana ketiganya merupakan gejala umum dari depresi.
Cara Mengelola Asupan Gula untuk Kesehatan Mental
Agar terhindar dari efek buruk gula terhadap kesehatan mental, penting untuk mulai mengelola asupan gula harian. Pilih makanan yang mengandung gula alami seperti buah-buahan, dibandingkan dengan makanan olahan yang mengandung gula tambahan. Gula alami memiliki kandungan serat yang dapat memperlambat penyerapan gula dan menjaga keseimbangan kadar gula darah.
Selain itu, mengganti makanan manis dengan makanan yang kaya akan nutrisi seperti sayur-sayuran, protein, dan lemak sehat dapat membantu menjaga suasana hati tetap stabil. Olahraga rutin dan tidur yang cukup juga penting untuk mendukung keseimbangan hormon dalam tubuh, yang berperan penting dalam menjaga kesehatan mental.
Makanan manis memang bisa memberikan kesenangan sesaat, tetapi jika dikonsumsi berlebihan, gula dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan memicu depresi. Maka dari itu penting untuk menjaga pola makan yang sehat dan seimbang agar kita bisa menjaga kesejahteraan fisik dan mental secara bersamaan.