Fashion Nation 2024 sebagai Tren Fashion Indonesia di Era Digital dan Generasi Baru

Virlia Sakina diperbarui 10 Okt 2024, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Industri fashion Indonesia terus mengalami perkembangan pesat, terutama dengan munculnya generasi baru yang memiliki preferensi berbeda dalam memilih gaya berpakaian. Generasi Z—yang kini menjadi salah satu kelompok konsumen terbesar—membawa angin segar dalam dunia fashion dengan penekanan pada ekspresi diri dan kesederhanaan. Perubahan ini mendorong para desainer untuk lebih kreatif dalam menyesuaikan koleksi mereka, sembari mempertahankan identitas merek.

Acara Fashion Nation 2024 yang berlangsung di Senayan City menjadi salah satu ajang diskusi penting bagi para desainer untuk mengeksplorasi tantangan ini. Mereka berbicara mengenai dinamika perubahan perilaku konsumen dan bagaimana industri fashion Indonesia dapat beradaptasi dengan tuntutan zaman, termasuk dalam hal keberlanjutan dan pemanfaatan teknologi digital.

Munculnya generasi baru yang memiliki selera unik menjadi tantangan tersendiri bagi desainer, seperti Hian Tjen, Asha Smara Darra, dan Chitra Subyakto, yang telah lama berkecimpung di industri ini. Mereka berbagi pandangan tentang bagaimana tetap relevan di pasar yang semakin kompetitif, sekaligus mempertahankan kualitas dan karakteristik desain.

2 dari 4 halaman

Adaptasi Fashion Terhadap Selera Generasi Z

Speaker di acara Fashion Nation 2024 (ASA Medier).

Generasi Z hadir dengan selera yang berbeda dari generasi sebelumnya. Jika dulu konsumen lebih menyukai busana mewah dan rumit, generasi ini justru cenderung mencari desain yang lebih sederhana, tetapi tetap personal dan mencerminkan identitas mereka. Hian Tjen, salah satu desainer yang karyanya terkenal dengan sentuhan couture, menyebut bahwa generasi muda saat ini lebih mengutamakan gaya yang sesuai dengan kepribadian. “Mereka tidak lagi tertarik pada busana yang terlalu mewah, melainkan menginginkan sesuatu yang lebih mencerminkan diri mereka,” ungkapnya.

Hal ini menantang para desainer untuk terus berinovasi, namun tetap menjaga identitas merek. Asha Smara Darra, yang telah lebih dari dua dekade berkarya dalam dunia fashion, menambahkan bahwa menyesuaikan desain dengan tren baru memang diperlukan, tetapi jangan sampai kehilangan esensi merek. “Untuk bertahan, kita harus bisa mengikuti perubahan zaman sambil mempertahankan kualitas dan visi awal,” ujar Asha.

 

3 dari 4 halaman

Peran Digitalisasi dalam Transformasi Fashion

Speaker di acara Fashion Nation 2024 (ASA Medier).

Di tengah perubahan tren dan perilaku konsumen, teknologi digital telah menjadi alat utama dalam menyampaikan pesan merek kepada generasi muda. Instagram, misalnya, telah menjadi platform penting bagi desainer dan merek untuk mempromosikan koleksi mereka. Chitra Subyakto—pendiri Sejauh Mata Memandang—menyebutkan bahwa media sosial kini memudahkan merek dalam berkomunikasi langsung dengan audiens. “Instagram telah menjadi sarana utama kami untuk berkomunikasi dengan konsumen. Generasi muda sangat responsif terhadap konten visual,” jelas Chitra.

Tak hanya itu, media cetak pun harus beradaptasi dengan era digital. Gaby Suwanda dari Elle Indonesia, menjelaskan bahwa pembaca mereka di platform digital lebih muda dan menginginkan konten yang cepat dan relevan. “Digitalisasi memungkinkan kami menyajikan informasi dengan kecepatan yang diharapkan oleh generasi muda saat ini,” ungkap Gaby.

 

4 dari 4 halaman

Keberlanjutan sebagai Pilar Utama dalam Fashion Masa Depan

Speaker di acara Fashion Nation 2024 (ASA Medier).

Keberlanjutan menjadi topik yang tak bisa dilepaskan dari industri fashion saat ini. Desainer seperti Margaretha Novianty dan Zico Halim dari Tangan, berupaya menciptakan koleksi yang tidak hanya relevan dengan tren, tetapi juga ramah lingkungan. Mereka meluncurkan lini, seperti Tangan Whim dan Re-Tangan, sebagai wujud tanggung jawab sosial terhadap keberlanjutan. “Kami selalu berusaha menciptakan desain yang relevan dengan berbagai kelompok usia, dan melihat peningkatan kesadaran konsumen akan keberlanjutan,” jelas Margaretha.

Ion Akhmad—Co-Founder dan Creative Director Luxina—juga menekankan pentingnya keberlanjutan dalam setiap aspek bisnis fashion. Menurutnya, keberlanjutan bukan hanya tentang produk yang dihasilkan, tetapi juga bagaimana membangun merek yang bisa bertahan lama di tengah perubahan tren dan generasi. “Keberlanjutan tidak hanya tentang produk, tetapi juga tentang membangun merek yang dapat bertahan dan terus berkembang di tengah perubahan tren,” kata Ion.

Fashion Nation 2024 menjadi momentum penting bagi para desainer dan pelaku industri fashion Indonesia untuk berkolaborasi, berbagi ide, dan bersama-sama menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks. Dengan adanya digitalisasi dan kesadaran akan keberlanjutan, industri ini diharapkan dapat terus tumbuh dan mempertahankan relevansi di pasar global.

 

 

Penulis: Virlia Sakina Ramada

#Fashion Nation 2024