Mengenal Ciri Avoidant Attachment Style dalam Memulai Suatu Hubungan

Ajeng Yuniarta diperbarui 26 Okt 2024, 20:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela mengenal avoidant attachment style? Teori mengenai gaya ikatan dengan cara menghindar ini adalah perilaku yang ditunjukkan seseorang saat berhubungan dengan orang lain. Pada umumnya seseorang memiliki gaya ikatan ini karena lingkungan tempat ia tumbuh dewasa atau pola asuhnya.

Sering merasa ditinggalkan, dipaksa untuk selalu mandiri, sering mendapat teguran karena menunjukkan sikap manja, serta sering mendapat penolakan karena mengutarakan kebutuhan dan perasaan yang ada dalam dirinya. Untuk itu, terkadang sikap-sikap kecil yang tampak sederhana, nyatanya dapat memberikan efek berkepanjangan dalam pola pikir, kepribadian, serta preferensi dalam memulai hubungan asmara.

Lantas, apa saja ciri yang ditunjukkan oleh seseorang yang memiliki avoidant attachment style dalam memulai suatu hubungan?

2 dari 6 halaman

1. Merasakan Tidak Nyaman dengan Kedekatan Emosional

relationship/copyright pexels/Odonata Wellnesscenter

Memang tidaklah umum bagi seorang avoidant attachment style untuk dekat dengan orang lain. Ia membutuhkan banyak sekali pertimbangan dan konsekuensi yang harus dihadapi dan diterima baik bagi pribadinya sendiri ataupun bagi partnernya. Kejarangan seorang avoidant attachment untuk dekat dengan perasaan emosional membuatnya asing dan merasa tidak nyaman jika ada yang berusaha mendekatinya secara emosional untuk membangun sebuah hubungan, atau bahkan menjauh saat merasa didekati. Mereka cenderung semakin menarik diri saat pasangannya mencoba mendekat. Untuk itu, memang perlu beberapa waktu dan usaha yang keras bagi kedua kubu untuk meyakinkan bahwa nyatanya memulai sesuatu yang baik itu juga memerlukan usaha yang baik pula. Namun, tak serta-merta berarti seorang avoidant attachment tidak menyayangi partnernya, ia hanya perlu diyakinkan dan diberi waktu untuk suatu pendekatan secara emosional dan perasaan

3 dari 6 halaman

2. Tidak Suka Mengekspresikan Pikiran dan Perasaannya

relationship/copyright pexels/Keira Burton

Dikarenakan saat masa pertumbuhan ia sering menutup diri dan terbiasa dengan penolakan untuk menunjukkan emosinya, hal ini berdampak pada dirinya sendiri yang memutuskan untuk menutup diri. Mengekspresikan isi pikiran dan perasaan seorang avoidant attachment dirasa sulit dan bisa dikatakan jarang. Dalam pikirannya, muncul pikiran negatif yang membuatnya tampak takut dan akhirnya memilih untuk menutup pintu akses dalam hatinya. Hal ini berlanjut pula pada susahnya ia untuk percaya pada orang lain, sehingga untuk mengandalkan orang lain saja ia pastinya belum bisa. Mereka bisa terlihat jauh dan tertutup karena tidak nyaman dengan emosi mereka sendiri. Walaupun terkadang sulit dimengerti, terkadang orang yang memiliki avoidant attachment lagi-lagi bisa kamu luluhkan dengan berjalannya waktu. Ia hanya butuh keyakinan dan usaha keras yang kamu tunjukkan. Dengan itu, rasa percaya dan keterbukaan hati akan ia tunjukkan.

4 dari 6 halaman

3. Mandiri dalam Menyelesaikan Masalah

relationship/copyright pexels/Alex Green

Keterbiasaannya untuk mendiri dalam berbagai kegiatan, membuatnya cenderung mengupayakan semuanya dengan dirinya sendiri, salah satunya ialah saat masalah dalam suatu hubungan muncul. Bukannya menyelesaikan dengan pasangan dengan cara bicara baik-baik bertukar pikiran dan berdiskusi kira-kira jalan keluar mana yang baik untuk hubungan mereka, seorang avoidant attachment style justru sebaliknya. Menjauh dengan dalih introspeksi diri lalu memikirkan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah dalam berhubungan secara sendiri-sendiri merupakan hal yang sering dilakukan oleh seorang avoidant. Hal ini dapat merujuk pada kesalahpahaman dan tidak adanya rasa menghargai presensi dari pasangan yang mana merujuk pada hal-hal yang tidak diingakan dalam sebuah hubungan. Untuk itu, dalam hal ini memang perlu adanya edukasi dan nasehat agar sang avoidant mau membagi isi pikirannya dan menunjukkan sisi baik untuk bertukar pikiran bersama, daripada harus menyelesaikan masalahnya secara sendiri-sendiri.

5 dari 6 halaman

4. Membohongi Dirinya Sendiri

relationship/copyright pexels/Trinity Kubassek

Mereka cenderung menyangkal kebeneran dalam dirinya bahwa sebagian dirinya membutuhkan keintimasn agar menjadi individu yang sehat. Kebutuhan koneksi yang mana pada umumnya semua orang memang membutuhkannya, seorang avoidant attachment style pun dalam lubuk hatinya merasakan kebutuhan tersebut. Mereka memiliki cerita validasi palsu yang kuat tentang bagaimana mereka dapat "melakukannya sendiri.". Jauh di lubuk hati mereka mendambakan keamanan, cinta, dan keselamatan dari hubungan yang mendalam dan intim, namun mereka juga merasa takut terluka.

6 dari 6 halaman

5. Lebih Memilih Hubungan Kasual daripada Hubungan Jangka Panjang

relationship/copyright pexels/Alena Darmel

Hubungan kasual cenderung lebih nyaman daripada hubungan jangka panjang atau lebih intim; mereka cenderung mencari pasangan yang sama-sama mandiri, jarak jauh atau pasangan yang secara umum, juga menjaga jarak emosional. Hal ini tentu dapat merujuk pada hubungan toksik yang merugikan kesehatan mental dari kedua pasangan tersebut. Perlu adanya edukasi dan teguran baik untuk seorang avoidant yang merasa lebih nyaman berada dalam hubungan kasual saja, guna menjaga kesehatan mental mereka.

Itulah beberapa ciri dari seseorang yang memiliki avoidant attachment style atau keterikatan mengindar. Pendampingan yang bagus dan sehat memang perlu diberikan kepada individu satu ini guna mengubah cara pandang mereka menjadi lebih terbuka dan pribadi mereka menjadi lebih percaya akan presensi orang baru.