Mitos dan Fakta Seputar Gentle Parenting

Anastasia Trifena diperbarui 05 Okt 2024, 15:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Gentle parenting semakin banyak diperbincangkan dalam dunia pengasuhan, menarik perhatian banyak orang tua yang mencari pendekatan yang lebih positif dalam mendidik anak. Konsep ini mengedepankan empati, komunikasi terbuka, dan penghormatan terhadap perasaan anak, sehingga menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional mereka. Meskipun banyak yang tertarik, ternyata masih ada sejumlah mitos dan kesalahpahaman yang beredar tentaang gaya parenting ini dan perlu diluruskan.

Banyak orang tua yang merasa ragu untuk menerapkan gentle parenting karena anggapan bahwa metode ini mungkin terlalu lembut atau tidak efektif dalam mendisiplinkan anak. Karena itu, penting untuk membedah beberapa mitos yang beredar dan menggali fakta-fakta sebenarnya tentang pendekatan ini. Dengan pemahaman yang lebih baik, orang tua dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam mendidik anak mereka.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Mitos 1: Gentle Parenting Berarti Memanjakan Anak

Mendidik dengan kasih. (Copyright Pexels/Josh Willink)

Fakta: Meskipun banyak yang menganggap bahwa gentle parenting identik dengan memanjakan anak, pendekatan ini sebenarnya menekankan keseimbangan antara kasih sayang dan disiplin. Gentle parenting mendorong orang tua untuk menetapkan batasan yang jelas dan konsisten dengan tetap menghormati perasaan anak. Ini berarti orang tua tidak hanya memberikan kebebasan, tetapi juga mengajarkan tanggung jawab. Dengan cara ini, anak-anak belajar untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan merasa dihargai dalam proses pembelajaran.

3 dari 4 halaman

Mitos 2: Anak-anak tidak akan belajar disiplin dengan gentle parenting

Mendidik dengan positif. (Copyright Pexels/August de Richelieu)

Fakta: Salah satu kesalahpahaman umum adalah bahwa tanpa hukuman fisik atau teguraan keras, anak tidak akan belajar disiplin. Faktanya, gentle parenting menggunakan pendekatan yang lebih positif dalam mendisiplinkan, yaitu dengan fokus pada pengertian dan pembelajaran. Dalam metode ini, orang tua menggunakan konsekuensi yang logis dan berhubungan langsung dengan perilaku anak. Misalnya, jika anak tidak merapikan mainan, mereka tidak dapat bermain dengan mainan lain sampai tugas tersebut diselesaikan. Ketika cara ini diterapkan, anak dapat belajar disiplin tanpa merasa dihukum, menciptakan pengalaman yang lebih mendidik.

4 dari 4 halaman

Mitos 3: Orang tua harus selalu tenang dan tidak pernah marah

Orang tua harus bijak mengelola emosi. (Copyright Pexels/Ketut Subiyanto)

Fakta: Banyak yang berpikir bahwa untuk menerapkan gentle parenting, orang tua harus selalu tenang dan tidak menunjukkan emosi negatif. Namun, ini tidak realistis. Gentle parenting bukan tentang menekan emosi, tetapi tentang bagaimana mengelola dan mengekspresikannya dengan cara yang sehat. Orang tua diperbolehkan untuk merasa marah atau frustrasi, tetapi penting untuk menunjukkan kepada anak bagaimana cara mengatasi emosi tersebut dengan baik. Misalnya, alih-alih berteriak, orang tua dapat berbicara tentang perasaan mereka dan menjelaskan mengapa perilaku tertentu tidak dapat diterima. Dengan memberi contoh, anak-anak dapat belajar untuk menghadapi emosi mereka sendiri secara konstruktif. 

Kini, sudah tahu kan Sahabat Fimela? Gentle parenting tidak seburuk yang dibicarakan banyak orag. Justru ini adalah cara mendidik dengan kasih sayang yang dapat membuat anak berkembang dengan lebih baik.