Langkah Sederhana Menyembuhkan Inner Child dan Mencegah Bunuh Diri

Azura Puan Khalisa diperbarui 26 Okt 2024, 20:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Inner child adalah bagian dari diri kita yang menyimpan pengalaman masa kecil, baik yang indah maupun yang menyakitkan. Luka-luka dari masa lalu yang belum disembuhkan dapat mempengaruhi kehidupan kita di masa kini. Inner child yang terluka seringkali muncul dalam bentuk emosi yang sulit dikendalikan saat menghadapi tekanan atau tantangan hidup.

Banyak orang tidak menyadari bahwa luka masa kecil bisa berdampak besar pada kesehatan mental mereka sebagai orang dewasa. Ketika trauma masa kecil ini tidak diselesaikan, reaksi berlebihan terhadap situasi tertentu dapat muncul. Ini bisa mengarah pada perasaan putus asa dan, dalam beberapa kasus, pikiran untuk bunuh diri.

Oleh karena itu, penting untuk menyadari dan memahami inner child dalam diri kita. Dengan mengenal sumber luka ini, kita bisa mulai menyembuhkan dan mencegah dampak negatif yang mungkin muncul di masa depan. Langkah pertama adalah menyadari bahwa inner child ada, dan itu layak untuk dipedulikan.

Langkah 1: Menerima dan Mengakui Perasaan yang Muncul

Langkah pertama dalam menyembuhkan inner child adalah menerima dan mengakui perasaan kita secara jujur. Banyak dari kita cenderung menekan emosi yang sulit atau mencoba melupakan masa lalu yang menyakitkan. Namun, menekan perasaan hanya akan memperparah luka batin yang sudah ada. Dalam proses penyembuhan, sangat penting untuk memberi ruang bagi diri sendiri untuk merasakan emosi yang muncul, entah itu kesedihan, kemarahan, atau kekecewaan.

Journaling (menulis di jurnal) bisa menjadi cara yang efektif untuk memproses emosi-emosi ini. Dengan menuliskan apa yang kita rasakan, kita dapat mengeksplorasi perasaan terdalam tanpa takut dihakimi oleh orang lain. Meditasi juga membantu kita untuk lebih sadar akan emosi-emosi yang muncul dan memungkinkan kita untuk merasakan setiap perasaan tanpa bereaksi secara impulsif. Berbicara dengan orang yang dipercayai juga dapat memberikan kelegaan, karena terkadang, berbagi cerita tentang masa lalu membantu mengangkat beban emosional yang selama ini kita simpan.

2 dari 3 halaman

Langkah 2: Memaafkan Orang Lain dan Diri Sendiri

Setelah kita menerima dan mengakui perasaan kita, langkah berikutnya adalah memaafkan. Foto: Dan Mayers on Unsplash

Setelah kita menerima dan mengakui perasaan kita, langkah berikutnya adalah memaafkan. Memaafkan bukan berarti melupakan atau meremehkan apa yang telah terjadi, melainkan lebih kepada melepaskan beban emosional yang terkait dengan pengalaman tersebut. Ini termasuk memaafkan orang-orang yang telah melukai kita di masa lalu, apakah itu orang tua, teman, atau siapapun yang terkait dengan luka inner child kita.

Proses memaafkan ini bisa sangat menantang, terutama jika luka yang ditimbulkan sangat dalam. Namun, memaafkan adalah langkah penting untuk melepaskan diri dari kemarahan dan kesedihan yang terpendam. Selain memaafkan orang lain, penting juga untuk memaafkan diri sendiri atas kesalahan-kesalahan yang mungkin kita buat saat masih muda. Kita harus menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, dan menerima bahwa kesalahan adalah bagian dari proses tumbuh dan belajar. Dengan memaafkan, kita membebaskan diri dari masa lalu dan membuka jalan menuju penyembuhan.

Langkah 3: Melakukan Self-Care dan Memberi Cinta pada Diri Sendiri

Setelah memaafkan, langkah terakhir dalam penyembuhan inner child adalah berfokus pada self-care, atau merawat diri sendiri. Ini adalah bagian penting dari proses penyembuhan karena merawat diri sendiri menunjukkan bahwa kita menghargai diri kita dan layak menerima cinta. Self-care bisa berupa aktivitas yang membuat kita bahagia, seperti melakukan hobi, menghabiskan waktu dengan orang-orang yang mendukung, atau bahkan mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Aktivitas seperti berjalan-jalan, meditasi, atau sekadar melakukan hal-hal kecil yang kita sukai dapat membantu kita terhubung dengan diri sendiri dan mengurangi stres. Selain itu, self-care juga mencakup menjaga kesehatan fisik, seperti tidur yang cukup, makan dengan baik, dan menjaga tubuh tetap aktif. Semakin kita mencintai dan merawat diri sendiri, semakin kuat kita dalam menghadapi tantangan mental dan emosional di masa depan. Ini juga membantu kita membangun rasa percaya diri dan keyakinan bahwa kita layak untuk bahagia dan hidup dengan damai.

3 dari 3 halaman

Mencegah Pikiran Bunuh Diri dan Merawat Kesehatan Mental

Pencegahan bunuh diri dimulai dengan membuka komunikasi yang jujur dan empati. Foto: Duy Pham on Unsplash

Pencegahan bunuh diri dimulai dengan membuka komunikasi yang jujur dan empati. Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda depresi atau perasaan putus asa, sangat penting untuk berbicara dengan mereka dan mendengarkan tanpa menghakimi. Menanyakan langsung tentang perasaan mereka tidak akan memicu tindakan bunuh diri, melainkan sebaliknya, menunjukkan bahwa ada seseorang yang peduli dan siap mendukung mereka. Dukungan semacam ini bisa menjadi langkah awal untuk mencegah perasaan putus asa berkembang menjadi keinginan untuk mengakhiri hidup.

Selain itu, memperhatikan perubahan pola tidur dan makan juga sangat penting. Orang yang tengah berjuang dengan kesehatan mental sering kali mengalami gangguan tidur atau pola makan yang tidak teratur, baik itu tidur berlebihan atau kurang tidur, serta kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan. Perubahan-perubahan ini adalah sinyal bahwa seseorang mungkin membutuhkan bantuan profesional. Jangan ragu untuk mengarahkan mereka ke layanan konseling atau terapis yang dapat memberikan dukungan lebih lanjut.

Pada akhirnya, penting untuk menemani mereka yang sedang dalam pergulatan emosi agar tidak merasa sendirian. Mengajak mereka terlibat dalam kegiatan positif atau sekadar berada di samping mereka saat dibutuhkan dapat mengurangi rasa isolasi yang sering kali memperburuk kondisi mental. Lingkungan yang suportif dan penuh perhatian sangatlah penting dalam mencegah pikiran bunuh diri, serta membantu mereka menemukan harapan di tengah kegelapan.

HappySelf by Stress Management Indonesia juga mendukung upaya ini melalui berbagai program kesehatan mental. Salah satunya adalah buku Self Love Journaling, yang membantu individu mengenali dan mengekspresikan perasaan mereka, menjadi langkah awal dalam proses penyembuhan. Selain itu, HappySelf akan mengadakan workshop gratis bertajuk "Inner Child Art Journaling" pada 10 Oktober 2024, yang bertepatan dengan World Mental Health Day. Workshop ini bertujuan untuk membantu peserta menyelami dan berdamai dengan luka batin dari masa kecil, sekaligus menciptakan rasa damai dan cinta dalam diri. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Instagram @happyselfbysmi.

Dengan langkah-langkah ini, kita semua dapat berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang peduli dan mendukung, membantu mereka yang sedang berjuang, dan memberikan harapan baru bagi yang membutuhkan.

 

Penulis: Azura Puan Khalisa

#Unlocking the Limitless