Lady Gaga Beraksi, Apa yang Membuat ‘Joker: Folie à Deux’ Begitu Berbeda?

Rianti Fitri Wulandari diperbarui 27 Sep 2024, 18:02 WIB

Fimela.com, Jakarta Sejak pertama kali muncul, karakter Joker telah mencuri perhatian banyak orang. Film “Joker” karya Todd Phillips tidak hanya meraih kesuksesan di box office, tetapi juga mengubah cara kita melihat cerita superhero. Meskipun tidak semua orang bisa menerima konsepnya, film ini berhasil meninggalkan jejak yang mendalam dalam budaya populer.

Kini, dengan kehadiran sequel yang sangat dinanti, “Joker: Folie à Deux”, kita diajak untuk menjelajahi sisi gelap dan menawan dari karakter Arthur Fleck lebih jauh lagi.

Film Joker: Folie à Deux membawa penonton ke dalam dunia musikal yang fantastis, di mana Arthur Fleck, diperankan oleh Joaquin Phoenix, menjalani perjalanan emosional yang penuh dengan nyanyian dan tarian. Bersama Lee, tokoh baru yang diperankan oleh Lady Gaga, mereka menjalin hubungan yang unik dan kompleks dalam penantian Arthur menghadapi pengadilan.

What's On Fimela
2 dari 7 halaman

Perubahan Kreatif di Balik Layar

Film Joker yang rilis 2019. (DC Films/Warner Bros. Pictures)

Dalam menciptakan “Joker: Folie à Deux”, Todd Phillips dan Joaquin Phoenix menyadari bahwa mengejar kesuksesan film pertama bukanlah tugas yang mudah.

Mereka memilih untuk berani melangkah ke arah yang lebih segar dan berani.

Dengan memasukkan elemen musik, film ini mencoba membawa penonton ke dalam pikiran Arthur Fleck yang lebih dalam, menciptakan nuansa yang berbeda dibandingkan film sebelumnya.

3 dari 7 halaman

Hubungan Antara Arthur dan Lee

Potret Lady Gaga bersama Joaquin Phoenix yang masing-masing berperan sebagai Harley Quinn dan Joker dalam film Joker: Folie à Deux alias Joker 2. (Instagram @toddphillips)

Kehadiran Lee, yang diperankan oleh Lady Gaga, memberikan dimensi baru dalam cerita.

Dalam penggambaran cinta yang rumit antara dua individu yang mengalami ketidakstabilan mental, film ini menghadirkan dinamika yang menarik.

Keduanya menemukan kenyamanan dalam kehadiran satu sama lain di tengah kekacauan yang mereka hadapi.

4 dari 7 halaman

Musikalitas yang Berbeda

Penyanyi dan aktris Lady Gaga menghadiri Oscar 2019 di Dolby Theatre, Los Angeles, Minggu (24/2). Kalung bernilai sekitar Rp420 miliar itu baru tiga kali digunakan dalam acara perhelatan besar dalam kurun waktu 142 tahun ini. (Jordan Strauss/Invision/AP)

Salah satu hal yang paling mengejutkan dari “Joker: Folie à Deux” adalah penggabungan elemen musikal.

Dengan suara merdu Lady Gaga, film ini menjelajahi nuansa musik yang lebih mendalam, meskipun tidak sepenuhnya berorientasi pada pertunjukan.

Phillips menginginkan agar penonton melihat cara karakter-karakter ini berinteraksi dengan musik yang ada di dalam kepala mereka, menciptakan pengalaman yang unik.

5 dari 7 halaman

Pertaruhan dengan Ekspektasi Penonton

Film Joker yang rilis 2019. (DC Films/Warner Bros. Pictures)

Dengan anggaran yang lebih besar dan ekspektasi yang tinggi, “Joker: Folie à Deux” berdiri di atas risiko yang besar.

Namun, para pembuat film memilih untuk tidak terbebani oleh tekanan tersebut.

Mereka berfokus pada penceritaan yang autentik dan berani, dengan harapan dapat menciptakan sesuatu yang lebih mendalam daripada sekadar film komersial.

6 dari 7 halaman

Karakter Baru dengan Kedalaman

(Sumber: Instagram @ladygaga)

Lady Gaga sebagai Lee membawa sesuatu yang segar ke dalam film ini. Dalam menggambarkan karakter yang memiliki sisi gelap dan kompleksitas emosional, Gaga menunjukkan dedikasi luar biasa dalam perannya.

Ia berusaha untuk tidak hanya menonjolkan kemampuannya sebagai penyanyi, tetapi juga membangun karakter yang nyata dan dapat dipercaya.

Proses pengembangan karakter ini menjadi salah satu sorotan film yang patut diperhatikan.

7 dari 7 halaman

Refleksi Sosial dalam Cerita

Heath Ledger sebagai Joker. (Foto: Instagram @heathledger)

Film ini tidak hanya mengisahkan perjalanan pribadi Arthur dan Lee, tetapi juga menyentuh isu-isu sosial yang lebih besar.

Dengan latar belakang sistem peradilan yang korup dan cara media memperlakukan kekerasan sebagai hiburan, “Joker: Folie à Deux” mengajak penonton untuk merenung tentang dampak dari realitas yang sering kali terabaikan.