7 Kalimat Manis yang Dianggap Merendahkan Orang Lain

Mimi Rohmitriasih diperbarui 23 Sep 2024, 12:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Kata-kata adalah senjata yang ampuh. Meskipun terdengar manis dan penuh pujian, ada kalanya ucapan seseorang justru bisa merendahkan orang lain tanpa disadari. Kalimat-kalimat ini sering kali dikemas dengan sopan atau lembut, namun jika diperhatikan lebih dalam, ada unsur tersirat yang membuat penerimanya merasa tidak nyaman, bahkan merasa diremehkan. 

Inilah beberapa contoh kalimat manis yang ternyata merendahkan orang lain.

2 dari 3 halaman

“Wah, untuk ukuran kamu, itu sudah bagus banget!”

Kalimat yang tidak menyenangkan/copyright fimela/daniel kampua

Kalimat ini terdengar seperti pujian, tetapi sebenarnya menyiratkan batasan kemampuan seseorang. Frasa “untuk ukuran kamu” atau “dengan kemampuanmu” menunjukkan bahwa orang yang diberi pujian dianggap tidak cukup mampu, dan karena itulah pencapaiannya dipandang lebih rendah. Sebagai contoh, jika seseorang mengatakan ini kepada rekan kerja yang berhasil menyelesaikan proyek besar, seolah-olah mereka tidak percaya bahwa orang tersebut mampu melakukannya dengan baik. Mengapa ini merendahkan? Kalimat ini mengandung penilaian tersembunyi bahwa orang tersebut tidak diharapkan mencapai hal yang lebih baik dari standar yang sudah ditetapkan.

“Kamu pintar juga ya, padahal biasanya...!”

Pujian yang menyelipkan kata “padahal” atau “biasanya” memberi kesan bahwa si pemberi pujian tidak berharap banyak dari orang tersebut. Misalnya, mengatakan seseorang melakukan sesuatu dengan baik “padahal biasanya” dia dianggap kurang pandai dalam hal itu, secara tidak langsung merendahkan mereka. Kalimat ini membandingkan kesuksesan yang jarang terjadi dengan kegagalan yang dianggap lebih umum, seolah-olah sukses tersebut adalah hal yang mengejutkan dan tidak biasa.

“Nggak nyangka kamu bisa, lho!”

Kalimat ini sering kali diucapkan dengan niat baik, sebagai bentuk kekaguman, tetapi sebenarnya menyiratkan bahwa orang tersebut dianggap tidak mampu sebelumnya. Ucapan ini lebih fokus pada keheranan pemberi komentar daripada pada pencapaian yang sebenarnya. Akibatnya, penerima ucapan bisa merasa diremehkan, karena pencapaiannya dipandang sebagai sesuatu yang tidak terduga atau langka. Rasa kaget yang diekspresikan menunjukkan bahwa orang tersebut awalnya tidak dipercaya mampu melakukannya, yang bisa mengurangi penghargaan terhadap kerja kerasnya.

3 dari 3 halaman

“Untuk seorang perempuan, kamu hebat banget!”

Kalimat yang terlihat manis ini ternyata membuat orang lain tak nyaman/copyright fimela/daniel kampua

Pujian yang berbasis gender, seperti ini, secara langsung mengaitkan kesuksesan seseorang dengan stereotip gender mereka. Kalimat seperti ini seolah-olah menganggap bahwa prestasi tertentu jarang terjadi pada kelompok tertentu, sehingga keberhasilan individu tersebut dipandang sebagai pengecualian yang langka. Dengan menyoroti gender, kalimat ini menempatkan kesuksesan orang tersebut sebagai sesuatu yang aneh atau luar biasa, bukan hasil dari kemampuan atau usaha mereka.

“Kamu keren banget, nggak kelihatan kalau kamu dari kampung.”

Pujian seperti ini sebenarnya mengandung stereotip yang merendahkan tentang orang yang berasal dari daerah pedesaan atau tempat yang dianggap kurang maju. Alih-alih mengakui keberhasilan seseorang, ucapan ini malah memperkuat stigma negatif terhadap asal-usul mereka. Orang tersebut dipuji bukan karena pencapaian mereka, tetapi karena dianggap “melampaui” ekspektasi rendah yang terkait dengan asal-usul mereka.

“Untung kamu cantik, kalau nggak, nggak ada yang mau berteman sama kamu.”

Ucapan ini sering terdengar bercanda, tetapi menyiratkan bahwa penampilan fisik adalah satu-satunya hal yang membuat orang tersebut diterima di lingkungannya. Pujian ini secara tidak langsung merendahkan kualitas lain yang dimiliki oleh orang tersebut, seolah-olah hanya penampilannya yang berharga. Komentar seperti ini mengurangi nilai seseorang hanya pada penampilan luar, tanpa mengakui kualitas atau kemampuan mereka yang lain.

“Wah, nggak nyangka orang sepertimu bisa sukses!”

Kalimat ini mungkin diucapkan dengan maksud baik, tetapi terdengar sangat merendahkan. Kata “orang sepertimu” mengandung generalisasi yang mengecilkan potensi seseorang berdasarkan kategori tertentu, seperti penampilan, status sosial, atau latar belakang pendidikan. Ucapan ini menempatkan orang tersebut dalam kotak stereotip, seolah-olah mereka seharusnya tidak mampu mencapai hal yang lebih besar.

Sahabat Fimela, penting untuk diingat bahwa cara kita berbicara dan memuji orang lain memiliki dampak yang besar. Kalimat-kalimat yang terdengar manis namun mengandung unsur merendahkan sering kali datang dari asumsi atau bias yang tidak disadari. Oleh karena itu, lebih baik memberi pujian yang tulus tanpa menyisipkan kata-kata yang bisa menurunkan harga diri seseorang.