Kenapa Move On dari Hubungan tanpa Status Lebih Susah? Ini Penjelasannya

Anastasia Trifena diperbarui 04 Okt 2024, 12:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Move on dari hubungan tanpa status sering kali terasa lebih sulit daripada hubungan yang jelas (pacaran). Dalam situasi ini, ketidakjelasan emosi dan batasan membuat seseorang terjebak dalam perasaan yang ambigu. Ketika tidak ada komitmen yang pasti, muncul perasaan ragu-ragu, serta ketidakpastian mengenai masa depan hubungan. Hal ini bisa menyebabkan kecemasan, bahkan setelah hubungan berakhir, karena tidak ada kejelasan mengenai alasan berakhirnya hubungan atau bagaimana seharusnya perasaan diolah.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationships (2023), ketidakpastian dalam hubungan berkontribusi pada tingkat stress emosional yang lebih tinggi. Hubungan tanpa status sering kali menimbulkan dilema emosional, di mana seseorang merasa terjebak antara harapan akan perubahan dan kenyataan yang tidak kunjung pasti. Inilah yang membuat proses move on terasa lebih lambat dan kompleks, karena perasaan yang tak tuntas sering kali membutuhkan waktu lebih lama untuk diatasi. Berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa move on dari hubungan tanpa status terasa lebih sulit.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

1. Ada Banyak Harapan yang Belum Terwujud

Ilustrasi hubungan tanpa status. (Copyright Unsplash/Priscilla Du Preez)

Salah satu faktor utama yang membuat move on dari hubungan tanpa status begitu sulit adalah banyaknya harapan yang belum terwujud. Dalam hubungan seperti ini, sering kali muncul harapan-harapan tentang masa depan yang ideal. Baik itu harapan untuk semakin dekat, menjalani hubungan yang lebih serius, atau sekadar memperoleh kejelasan. Ketika hubungan tersebut tidak berlanjut sesuai ekspektasi, perasaan kehilangan akan harapan bisa lebih menyakitkan daripada kehilangan hubungan itu sendiri. Hal ini menciptakan ruang kosong dalam diri seseorang, seolah-olah mereka kehilangan sesuatu yang belum pernah benar-benar dimiliki.

Harapan yang tidak terpenuhi ini tadi juga dapat berpotensi memperpanjang proses pemulihan emosional. Dalam hubungan tanpa status, dimana tidak ada kepastian yang jelas, harapa sering kali tumbuh lebih besar dibanding realita yang ada. Itu sebabnya seseorang sulit untuk melepaskan diri karena mereka terus memikirkan "bagaimana jika.." dan meratapi kesempatan yang seakan-akan hilang. Harapan yang bellum terwujud inilah yang menjadi beban emosional yang berat dan menghambat proses move on. 

3 dari 4 halaman

2. Emosi yang Dirasakan Selalu Tidak Jelas

Ilustrasi hubungan tanpa status. (Copyright Unsplash/Sander Sammy)

Hubungan tanpa status sering kali membawa perasaan yang ambigu dan membingungkan. Karena tidak ada kejelasan tentang peran atau komitmen satu sama lain, emosi yang dirasakan pun menjadi kabur. Terkadang seseorang merasa dicintai, namun di saat yang sama merasa diabaikan. Ketidakpastian ini menciptakan gejolak emosi yang sulit dipahami. Akibatnya saat hubungan berakhir, orang yang terlibat mungkin merasa bingung tentang apa yang mereka rasakan bahkan sulit memahami apakah mereka benar-benar kehilangan sesuatu yang nyata.

Itu sebabnya, mereka memerlukan waktu lebih lama untuk mengenali dan mengatasi perasaan yang sedang dialami. Mereka dapat terus mencari validasi emosional yang tidak pernah benar-benar didapatkan. Akibatnya, perasaan kepada pasangan hubungan tanpa status akan lebih sulit untuk hilang.

4 dari 4 halaman

3. Tidak ada Emotional Closure

Ilustrasi hubungan tanpa status. (Copyright Freepik/author/freepik)

Kurangnya penutupan emosional atau emotional closure juga menjadi faktor penting yang membuat move on dari hubungan tanpa status terasa lebih sulit. Dalam hubungan tanpa status, sering kali tidak ada percakapan yang jelas mengenai akhir dari hubungan tersebut. Tanpa adanya penutupan yang tegas, seseorang cenderung terjebak dalam lingkaran pertanyaan yang tak terjawab—mengapa hubungan berakhir, apakah ada yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya, dan apakah perasaan itu benar-benar hilang atau hanya terpendam. Penutupan yang tidak memadai membuat seseorang sulit benar-benar melepaskan masa lalu. Sebab, mereka terus merasa ada yang belum selesai.

Menurut Journal of Experimental Psychology (2023), penutupan emosional memainkan peran kunci dalam proses move on. Ketika seseorang tidak mendapatkan penjelasan mengenai akhir dari hubungan, pikiran mereka terus terjebak pada masa lalu dan mencoba mencari jawaban sendiri. Proses ini memperlambat pemulihan emosional, karena tidak ada titik akhir yang jelas.

Meski berakhirnya hubungan tanpa status terasa lebih menyakitkan, bukan berarti move on tidak bisa dilakukan. Sahabat Fimela hanya perlu yakin bahwa semua akan segera terlewati dan kesedihan segera berganti tawa. Semangat!