Silent Treatment Dianggap Tidak Dewasa? Berikut Alasan Psikologisnya

Ajeng Yuniarta diperbarui 29 Sep 2024, 18:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela mengenal akan perilaku silent treatment? kata lain dari perilaku mendiamkan ini, merupakan fenomena saat seseorang memilih untuk diam tanpa bicara dengan sengaja dan menolak untuk membicarakan masalah yang sedang terjadi di antara kalian. Penolakan ini dapat terjadi secara verbal ataupun elektronik yang keduanya pun memiliki tujuan yang sama yakni, tidak ingin berkomunikasi. Mungkin perilaku ini dapat dikatakan sebagai contoh merajuk yang tidak dewasa, namun hal ini pun bisa juga dikatakan sebagai alat manipulatif yang menyakitkan. Menurut psikolog John Gottman, perilaku terkadang memiliki tujuan untuk menyakiti pasangan dengan mengontrol mereka, hal ini pun dapat merujuk ke kondisi hubungan yang lebih buruk.

Lantas mengapa seseorang kerap menunjukkan sikap penolakan komunikasi ini? Apa dasar dari perilaku diam yang ditunjukkan itu? Yuk, simak ulasannya berikut ini!

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

1. Belum Mampu Mengolah Emosi dengan Sehat

ilustrasi silent/copyright pexels/Liza Summer

Pengelolaan emosi dan dan konflik dengan cara yang sehat merupakan aspek penting untuk kesehatan mental kita. Menurut Daniel Goleman, orang yang mengelola emosi dengan baik tergolong sebagai orang yang memiliki kecerdasan emosional. Oleh karena itu, saat seseorang menggunakan silent treatment sebagai reaksi atas terjadinya suatu masalah, tandanya orang tersebut belum siap dan belum memiliki kedewasaan emosional dalam menghadapi masalah secara langsung. Mereka cenderung mengurung diri, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, dan berujung pada masalah yang semakin bertambah, bukannya terselesaikan.

3 dari 4 halaman

2. Kesehatan Mental Terganggu

ilustrasi silent/copyright pexels/Keira Burton

Orang yang belum berdamai ataupun selesai dengan keadaan secara mental juga merupakan alasan di balik bagaimana seseorang bisa menunjukkan perilaku silent treatment. Menurut Sigmund Freud, saat seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menyampaikan perasaan emosi mereka dengan jelas, menunjukkan bahwa ada ketidakseimbangan mental dalam diri orang tersebut. Untuk itulah guna menghilangkan perasaan cemas dan depresi yang makin memperburuk kesehatan mental, terkadang seseorang menggunakan silent treatment sebagai bahan pelarian mereka. Menunjukkan pula belum adanya kedewasaan yang kuat untuk bisa menyelesaikan masalah yang sedang di hadapi, alih-alih mereka hanya memperdalam konflik pada diri mereka sendiri

4 dari 4 halaman

3. Trauma dan Pola Asuh

ilustrasi silent/copyright pexels/Liza Summer

Adanya trauma buruk yang terjadi di masa lalu, mendorong seseorang untuk melakukan penolakan berbicara untuk menyelesaikan masalah. Pengalaman menyakitkan yang pernah dialami seseorang bisa merujuk pada ketidaktahuan seseorang untuk mengekspresikan ataupun memberikan reaksi harus bagaimana dalam mengahadapi suatu masalah. Jiwa solutif yang seharusnya ada di setiap jiwa manusia, tertutupi dengan pengalaman traumatik yang menghantuinya.

Tidak adanya kebiasaan untuk berbicara dan mengekspresikan diri dalam pola asuh semasa kecil juga mempengaruhi terciptanya perilaku silent treatment pada seseorang. Jika seseorang berada dalam lingkungan yang mendukung perasaan emosional mereka ditekan atau selalu menghindari konflik, bisa menjadi pemicu munculnya sikap penolakan ini. Jika terus-menerus terjadi, dapak yang dibawa akan mengerikan, baik yang membawa ataupun yang menerima.

Itulah alasan di balik seseorang kerap berperilaku silent treatment di saat masalah menghadapinya. Dengan dukungan dari para ahli di atas, apakah Sahabat Fimela sidah mulai menyadari mengapa seseorang mengonsumsi perilaku silent treatment ini? Segeralah bantu teman ataupun orang terdekatmu yang masih terjebak dalam lingkaran penolakan berbicara ini!

 

Referensi:

Gottman, J. (1994). Why marriages succeed or fail. Simon & Schuster.

Goleman, D. (1995). Emotional intelligence. Bantam Books.

Freud, S. (1923). The ego and the id. W.W. Norton & Company.

Williams, K. D. (2001). Ostracism: The power of silence. Guilford Press.